*****
"Woy! Bengong ae dah lu! Kesambet baru tau rasa!"
Yuki melonjak kaget saat Alissa, teman semasa SMP nya menepuk pundaknya dan muncul gitu aja gada angin gada ujan didepannya. Lagian ni anak ngapain coba di kelas IPA? Bukannya dia anak IPS ya?
"Gue mau ngajakin lo sama Manda ke kantin nih! Laper owe!" Icha, nama panggilannya, duduk di depan meja Yuki sambil memegangi perutnya dengan wajah memelas.
"Emang udah istirahat?" Tanya Yuki, melirik kearah Manda yang sedang merapikan alat tulisnya.
"Udaaaah keleuusss..."
"Lu mah mau makan sebakul juga dikata masih lapar, Cha! Kan lu mah perut karung!" Sindir Manda dengan senyuman miringnya, Icha mengerucutkan bibirnya sebal.
"Yaudah sih ayo. Laper ini!" Icha menarik lengan Yuki dan juga Manda, memaksa Mereka untuk pergi ke kantin.
Ditengah perjalanan menuju kantin, yang letaknya berada di sayap kanan gedung sekolahnya. Yuki, Manda serta Icha mengobrol ngalor-ngidul sambil sesekali tertawa.
Dari arah berlawanan, Maxime dan juga Saga -teman sebangkunya- tengah berjalan sambil membawa makanan Mereka sambil sesekali mengobrol.
Yuki yang melihat itu, mendadak menghentikan langkahnya lalu berbalik, berjalan cepat sebelum cowok itu menyadari keberadaannya. Icha dan Manda yang melihat kelakuan aneh Yuki, berjalan menghampiri gadis itu seraya menarik kerah bajunya dari belakang.
"Eits! Mau kemana lo? Maen kabur aja dah kayak maling ayam!" Omel Manda, menarik kerah baju Yuki dari belakang dan berdiri di hadapan nya.
Icha melipat kedua tangannya didada menatap Yuki kesal, "mau kemana sih, Yuk? Gatau apa gue laper!" Gerutu Icha kesal.
Yuki berdiri gelisah di tempat nya, sesekali Ia melirik ke balik bahunya dan berdehem, menghilangkan segala kegugupannya di depan sahabat-sahabatnya ini dan bersikap seolah biasa aja.
"Lewat sini aja ke kantinnya! Lebih lega! Lewat situ sempit! Banyak yang lewat!" Jawab Yuki cepat, Manda menyipitkan matanya dan melirik kearah balik bahu Yuki.
"Ya kali! Namanya juga jalanan, Yuk! Lu mah lucu!"
"Ah! Jauh, Yuk! Keburu gue kenyang di jalan!" Keluh Icha, karena memang harus muter lagi kalau jalan lewat situ, musti harus melewati lembah dan sungai, eh bukan deng, tapi harus ngelewatin Gedung olahraga.
Manda menghela nafasnya pelan dan memegang kedua bahu Yuki seraya membalikkan badan gadis itu secara paksa.
"Apapun masalahnya, Itu harus lo hadepin. Kalau lo ngehindar terus, apa itu nyelesain masalah? Nggak kan?" Kata Manda tegas.
Yuki berdiri kaku di tempat nya. Berhadapan dengan Maxime dan Saga yang kini sudah berdiri tepat lima langkah didepannya. Entah apa yang harus Ia lakukan, salah kan Manda yang malah membawanya berada di situasi seperti ini.
Situasi dimana Yuki tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Berhadapan dengan orang yang lo suka, apalagi dari jarak yang lumayan dekat kayak gini, apa efeknya buat lo? Pasti deg-degan dan mendadak semua yang ada di otak tuh buyar semua kan? Nah itu dia! Itu yang dirasakan oleh Yuki saat ini.
Dan kelemahan Yuki disaat Ia sedang jatuh cinta pada seseorang adalah, Ia tidak akan pernah bisa untuk berbicara atau berhadapan langsung dengan orang itu. Dan menjauh sejauh-jauhnya dari hadapan lelaki itu adalah caranya untuk tidak terlihat batang hidungnya sama sekali dihadapan dia dan malah jadi berlaku konyol diluar kendalinya.
Padahal kalau dipikir-pikir, dengan bersikap biasa aja didepan gebetan tuh sebenarnya hal yang paling wajar, lagian si Doi pun gak tau kalau lo suka sama dia, ngapain juga lo susah-susah ngubur diri dalem-dalem.
Keep it cool and down!
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Kau tuk Jatuh Cinta Lagi?
Literatura KobiecaMasih dengan perasaan yang sama dengan orang yang sama. Tentang hati yang mulai lelah menunggu, tentang cinta yang tak terungkap dan tentang rasa yang masih tertinggal. Cerita yang sama dengan "Kali Kedua" hanya ganti judul saja. Cheers, Forwia