Jodoh untuk Mira - 1

162K 9.2K 559
                                    

"Onty, sini deh kata Bunda perut Bunda ada adeknya." Aku tersenyum mendengar Rafka, keponakanku yang lucu terlihat begitu bahagia dengan kehamilan ketiga Kak Alin. Aku tersenyum dan duduk di sebelah Kak Alin, sambil mengusap-usap perutnya yang masih datar.

"Onty kata Bunda tujuh bulan lagi dedeknya keluar dari perut Bunda." Aku menarik tangan Rafka dan mendaratkan kecupan di pipi gembilnya. Ini anak lucu banget sihhhh, padahal Bapaknya kaku banget kayak es balok.

"Kakak nggak ngidam?" Tanyaku pada Kak Alin.

"Nggak, cuma muntah-muntah aja sih kalau pagi."

"Ngidam deh kak, biar Bang Andra kelabakan." Kak Alin tertawa mendengar ucapanku.

"Janganlah, kasian dia nanti repot." Aku kadang iri banget sama Bang Andra sama Kak Alin ini. Mereka tuh nggak pernah romantis-romantisan depan umum tapi kok kayak saling memahami banget. Abang aku itu kakunya nggak ketulungan tapi kalau uda masalah istrinya dia jadi orang yang paling peduli.

"Mir, kamu beneran nggak mau tinggal di sini? Rumah sepi nggak ada kamu." Kata Kak Alin sambil mengusap-usap punggung tanganku.

"Maunya Mira sih tetep di sini kak, cuma ya gimana sekolah tempat Mira ngajar kan jauh dari rumah ini."

"Kamu kenapa nggak ngajar di sekolah yang deket-deket sini aja sih." Kakak iparku ini kadang suka manja begini, tapi aku salut sama abang yang bisa naklukin kak Alin.

"Iya Onty tinggal di sini aja, biar Rafka ada temennya main silat-silatan." Keponakanku itu sekarang memperagakan gerakan-gerakan silat di depanku. Dia emang suka banget kalau di ajarin bela diri, sama kayak aku dan Bang Andra dulu.

"Nggak belajar silat sama Ayah, bang?" Wajah Rafka berubah sendu, dia duduk diantara aku dan kak Alin.

"Kalau silat sama Ayah susah Onty, ayah kuat banget." Aku tertawa begitu pula kak Alin, emang dasar itu abangku satu sama anak sendiri aja nggak mau pura-pura ngalah.

"Kok Onty sama bunda ketawa? Rafka serius ayah itu kuat banget, coba deh nanti lawan ayah." Aku kembali menunduk dan mencium gemas pipi Rafka.

"Onty nggak boleh cium." Katanya sambil mengusap bekas ciumanku di pipinya.

"Loh kenapa?"

"Kata Bu guru nggak boleh cium. Nanti dimarahin kayak Rian yang cium Meisya." Aku dan Kak Alin melongo mendengar ucapan spontan dari Rafka, anak kelas 1 SD uda berani cium-cium!

**********

Aku masih memikirkan ucapan Rafka tentang ciuman yang dilakukan oleh teman sekelasnya. Menurut cerita Rafka temannya yang bernama Rian memaksa mencium Meisha saat sedang jam olahraga. Setelah itu Meisha menangis kencang dan langsung digiring ke ruang guru, Rian akhirnya dipanggil dan diberikan penjelasan. Aku miris sekali mendengarnya, ini anak SD loh dan mereka uda berani cium-cium, gimana kalau uda SMP atau SMA?

Hal inilah yang membuatku banting stir menjadi Guru. Seharusnya sekarang aku menjadi Obgyn dan menikmati merawat pasien ataupun memandangi bayi-bayi mungil yang ada di rumah sakit. Tapi di detik terakhir aku mengubah pilihanku. Aku memilih mengambil FKIP dan memutuskan mengabdikan diri sebagai guru sejak tiga tahun lalu. Kenapa aku memilih menjadi seorang guru, tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan. Mulia banget cita-citanya? Nggak juga karena sebeneranya ini tugas bersama sebagai warga negara Indonesia.

Aku miris melihat kehidupan siswa-siswa jaman sekarang, dikuasai gadget, berpikir pendek dan sulit bersosialisasi. Apalagi sekarang guru hanya dianggap sebagai pengajar saja, bukan sebagai orang tua kedua, bukan sebagai pembina apalagi pendidik. Sekarang guru lebih banyak menjadi penonton dan tidak boleh memarahi anak didiknya karena dianggap menyalahi HAM, entahlah sampai kapan hal seperti ini terjadi. Padahal kalau dilihat dari didikan guru-guru lama dulu, banyak sekali orang-orang sukses. Tapi lagi-lagi jaman telah berubah... Gurupun harus lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan perannya.

Makanya aku berinisiatif untuk menjadi guru, setidaknya ada hal bermanfaat yang bisa aku lakukan untuk mengubah bangsa ini ketimbang hanya berkomentar di sosial media. Banyak yang kecewa karena keptusanku ini, rata-rata Tante di Palembang tidak setuju aku lebih memilih menjadi guru daripada dokter.

Apa bedanya? Sama-sama menyelamatkan orang lain. Yang satu menyelamatkan nyawa dan satu lagi menyelamatkan jiwa. Mungkin banyak orang yang bilang jadi dokter itu kerena ketika di tanya dengan bangganya sambil membusungkan dada menjawab, aku seorang dokter, tapi bukan itu yang aku cari. Sebuah profesi itu untuk ditekuni dan bermanfaat bagi orang lain, bukan hanya untuk disombongkan.

Aku membasuh wajahku lalu mengeringkannya dengan handuk. Sejak tiga tahun yang lalu aku memutuskan untuk tinggal sendiri di rumah kontrakan ini. Rumah ini tidak besar, hanya terdiri dari ruang tamu, satu kamar, dapur dan juga kamar mandi. Aku ingin belajar mandiri, tidak tergantung lagi dengan Tante Ita ataupun Bang Andra. Walaupun Kak Alin dan juga Rafka sering memintaku untuk kembali ke rumah.

Kak Alin menganggap kepergianku adalah pengalihan dari gagal move on yang aku alami. Yah dibalik ketegaran yang berusaha aku tunjukkan ada kerapuhan di dalamnya. Pada akhirnya Almira Wiratama hanyalah seorang wanita berusia 23 tahun yang masih berharap bisa bertemu dengan cinta monyetnya.... Ahh aku tidak mau bilang itu cinta monyet, karena hingga tujuh tahun sejak terakhir aku bertemu dengannya rasa itu tidak pernah hilang. Di dalam hatiku sekuat apapun aku mengingkarinya masih terukir jelas namanya.

Dia yang memiliki selisih usia 8 tahun di atasku.

Dia yang merupakan rekan kerja kakakku.

Dia yang memiliki tampang dingin tapi berhati malaikat.

Dia yang selalu mengusap kepalaku.

Dia yang selalu memperhatikan hal kecil tentang diriku.

Dia yang selalu menganggapku adik kecilnya.

Dia yang memilih pergi setelah aku mengungkapkan perasaanku.

Dia.....

Akradani Lawardi....


*******

Tadinya mau ngeluarin ini nanti-nanti aja, abis NABT abis haha, tapi karena Bang Ed juga uda selesai dan banyaknya permintaan bikin cerita ini. Jadilah ini aku keluarin.

Ada yang tau ini cerita tentang siapa? Hahhaa yang baca Move On pasti semangat 45 baca ini.
Aku nggak janji update cepet ya, aku usahain selalu update setiap minggu, tapi nggak tau cerita yang mana.
Yang mau baca ceritaku harap sabar-sabar.

Komen dong, mau dilanjutin nggak nih cerita Mira haha, apalagi yang uda nagih nagih yaa awas kalo nggak komen hahaha ngancem.

Happy reading.

31 Mei 2016

Jodoh Untuk Mira (DI HAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora