Prolog.

128 10 0
                                    

WAJIB DENGERIN PLAYLIST YANG ADA DI MULMED!!

Remaja perempuan itu berdiri kaku di depan cermin, ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Ia menghela nafas berkali-kali seiring air mata yang mengalir di kedua pipinya. Dadanya sesak, seolah ada batu besar yang menghantamnya.

Betapa mengerikannya. Seragam sekolah yang sedari pagi belum diganti masih melekat di tubuhnya—tentunya dalam keadaan lecek, mata sembab, dan rambut cokelat acak-acakkan.

Ini terlalu menyakitkan. Ini terlalu dalam. Dan seharusnya semua ini tidak boleh terjadi.

Ia membenci takdir, sangat. Ia merasa takdir seolah mempermaikannya, bukan ia yang menjadi tokoh utama. Tapi hatinya, hatinya lah yang menjadi pemeran utama.

Salahkah ia bila jatuh cinta kepada dirinya?

Salahkah ia bila menginginkannya?

Salahkah ia bila berharap kepada dirinya?

Bukankah semua orang memiliki hati. Hati berhak jatuh ke tangan siapa pun. Memang kita lah pengendali hati, tapi takdir yang akan menentukan, akan jatuh dimana hati ini.

Semua orang berhak jatuh cinta, tetapi mengapa takdir seolah tidak memperbolehkannya untuk jatuh cinta?

Pertahanan remaja perempuan itu runtuh. Lututnya menekuk di lantai, dengan wajah yang menunduk. Kepalan tangannya menepuk-nepuk dada kiri, tepat di jantungnya berdetak, bahunya bergetar karena menahan isak tangis.

Saat ini untuk bernafas pun sulit.

Ia mengigit bibir bawahnya, merendam suara tangis. Ia pernah merasakan sakit hampir sama seperti ini, dulu, ketika ia kehilangan kedua orang tuanya. Tapi tidak sehebat ini, tidak sesakit ini, dan tidak seperih ini.

"Dara. Keluar Dek."

Itu pasti Kakaknya. Kakaknya yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya berkali-kali, memanggil namanya berulang-ulang. Ingin rasanya menyahut, tapi sulit. Ini terlalu sesak, ia tidak bisa bicara, ia tidak bisa bernafas karena sakit di hatinya terlalu hebat.

Astaga. Bahkan ia tidak tau akan sesakit ini.

Saat ini lah titik jenuhnya. Dimana ia bertemu satu titik suatu kelelahan mengejar sesuatu, dimana ia merasa kalah dan menyerah. Malam ini, tepat jam Sembilan malam di tanggal Sembilan di bulan September.

Ini lah resiko mencintai seseorang. Siap bahagia dan siap sakit. Siap untuk jatuh dan siap untuk bangkit.

Ketika kamu ingin jatuh cinta, siapkah kamu untuk merasakan patah hati yang hebatnya tidak pernah kamu kira? Sayang, cinta itu bukan sekedar kata. Cinta itu melibatkan perasaan satu sama lain, cinta itu pengorbanan, cinta itu kerja sama, dan cinta itu racun yang paling mematikan.

Pada dasarnya mencintai seseorang yang hanya menjadi angan untuk kita sangatlah menyakitkan.

Mencintai seseorang yang tidak mengharapkan kita, dan memperjuangkan seseorang yang tidak memperjuangkan kita. Semuanya menyakitkan.

Begitulah yang dirasakan, Adara.







A/N. Ketemu lagi sama gue dengan cerita yang berbeda wkwk. Ini cerita gue yang kedua, dan gue berharap feedbacknya bagus. Tenang ajaa WIF bakal gur lanjut, sebenarnya ini cerita udah ada dari awal bulan. Pengennya sih dipublish setelah WIF selesai, tapi tangan gatel banget buat neken tulisan publish wkwk. Maaf ya kalo cerita ini mengecewakan atau apalah. Ini masih prolog, jadi gaterlalu panjang. Maaf juga kalo ada typo. Vote dan comment! Pleaseeeee.....bhay love u;3

AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang