First

311 20 0
                                    


Vio dan Reagan duduk bersama dikap mobil milik Reagan. Dengan cup kopi hangat di tangan mereka masing-masing, mereka melihat keramaian ibu kota dari tempat ini. Aktifitas kemacetan ibu kota di sore hari tidak terlalu tampak jelas dari sini. Dengan suasana yang asri dan sejuk yang menambah kesan tenang tempat ini. Tidak ada di antara mereka berdua yang membuka suara. Hanya suara gemersik angin dan suara mereka yang menyesap kopi mereka masing-masing. Saat ini, Reagan tidak mengeluarkan rokoknya entah karna apa. Padahal disaat sunyi, dia selalu menghisap benda itu. Reagan menaikan sebelah kakinya menikmati pemandangan sekitar tanpa henti-hentinya. Sedangkan Viola, perempuan itu memeluk dirinya sendiri karna udara yang cukup dingin. Serta rok pendeknya yang kembang tanpa jas khas sekolah mereka. Sedari tadi Reagan sudah membuka jasnya dan mengeluarkan kemeja putih itu dari celana biru laut kotak-kotak khas sekolah mereka.

"Dingin?" Tanya Reagan pada Viola yang tampak memeluk dirinya sendiri.

Viola lantas menoleh pada Reagan lalu tersenyum dan menggeleng yakin, "nggak apa-apa."

Entah mengapa, senyuman itu sangat tulus dan begitu membekukan. Reagan tetap memandangi perempuan di sampingnya tanpa diketahuinya. Entah kenapa, laki-laki itu refleks memasuki mobilnya dan mengambil sesuatu di bagasi belakang mobilnya. Vio tidak terlalu memperdulikannya karna terlalu larut dalam pikirannya sendiri, "nih."

Perempuan itu terkesiap melihat hoodie coklat milik laki-laki itu di letakan di pangkuannya, "ini buat gue?" Tanya Vio tak percaya.

Reagan mengangguk sambil kembali duduk di tempatnya semula, "gue masih punya hati buat nggak ngebiarin cewe kedinginan."

Vio tersenyum penuh arti, "ciee punya hati..."

Reagan menatap Vio sekilas kemudian kembali fokus dengan pemandangan di hadapannya. Ponselnya di letakannya di samping ia duduk tanpa meliriknya sedikit pun, "bentar lagi ujian semester," Vio menangkup wajahnya setelah selesai memasang hoodie milik Reagan. Hoodie itu terlalu besar untuk Vio, "gue ga siap."

Reagan menaikan sebelah alisnya, "bentar lagi?"

Vio tampak gelagapan, "ehm, masih tiga bulan lagi sih."

Reagan tidak melanjutkan pembicaraan di antara mereka. Karna bosan Vio mencoba melirik sekitar dan melihat ponsel Reagan ada di dekatnya. Tanpa permisi pada pemiliknya, Vio mengambil ponsel itu dan membuka kamera depannya.

Cekrek cekrek cekrek

Reagan reflek menoleh dan mengambil ponselnya yang berada di tangan Vio, "balikin."

"Pinjem bentar," Vio mempertahankan ponsel itu, "pencahayaannya lagi bagus nih!"

Reagan mengeryit, "apa-apaan," laki-laki itu tak terima, "pake hape lo sendirilah."

Vio melepaskan ponsel itu lalu memanyunkan bibirnya, "pelit banget!"

Setelah itu tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Reagan kembali sibuk dengan pemikirannya sendiri. Vio tampak bosan berada di tempat ini tanpa adanya pembicaraan sedangkan dia datang kesini tidak sendirian. Vio mengeluarkan ponselnya.

Cekrek cekrek cekrek

Reagan kembali menoleh dengan wajah jengkel, "Vio!"

Perempuan itu hanya cekikikan karna mendapat foto candid Reagan yang sedang melamun, "ngelamunin apa sih," Vio mengetik caption untuk dikirim ke snapchat, "ntar gantengnya ilang."

Reagan mencoba mengambil ponsel perempuan itu, "siniin!"

Viola menghindar, "udah gue masukin snapchat, wleee!"

"Vio..." Reagan berdiri dari duduknya dan menghadap langsung pada Vio yang masih duduk di kap mobilnya. Perempuan itu tetap menghindar ketika Reagan di hadapannya berusaha mengambil ponsel itu dan semakin maju dan mendesak Vio semakin mundur, "siniin!"

Reagan menatapnya tepat di manik mata. Membuat perempuan itu seakan tersihir seketika dengan mata laki-laki itu. Sedangkan di sisi lain, Reagan memandangi perempuan itu dengan tatapan meneliti dan sedikit tidak percaya. Perempuan itu memiliki mata yang indah berwarna abu-abu yang membuat Reagan tidak percaya. Laki-laki itu belum pernah mengamati Vio sedekat ini. Perempuan itu sudah berhenti mundur dan terdiam dengan posisinya yang kini menahan tubuhnya sendiri sedangkan Reagan semakin mendekat kearahnya. Tanpa disadarinya, laki-laki itu melirik bibir pink dengan liptint rasa stawberrynya. Sebagai laki-laki normal, Reagan tidak bisa memungkiri semua yang berkecamuk di dalam otaknya saat ini.

Tanpa di sadari oleh keduanya, bibir mereka sudah bersentuhan dengan mata mereka yang sama-sama tertutup. Meski ini bukan yang pertama bagi Reagan, tapi ini merupakan yang pertama bagi Vio. Laki-laki itu masih merasakan kelembutan bibir Vio pada bibirnya sebelum sebuah kesadaran membuyarkan semuanya. Reagan reflek membuka matanya dan menjauhkan wajahnya dari Vio. Vio pun ikut membuka matanya dan mereka sama-sama membuang muka.

Vio dapat melihat dengan samar dari ujung matanya bahwa Reagan berjalan menuju pintu mobil, "kita pulang sekarang."

Blam!

---

Laki-laki itu menutup pintu mobil dan menghidupkan mesinnya. Mendengar itu, Vio terdiam sejenak dan segera bergegas berdiri dan memasuki mobil dengan wajah yang memanas. Reagan tau situasi canggung yang akan mereka hadapi seperti saat ini jika dia benar-benar melakukannya pada perempuan itu. Tapi Reagan sudah terlanjur melakukannya dan keadaan canggung ini sudah tercipta diantara mereka. Reagan tidak tau apa yang mempengaruhi dirinya untuk melakukan itu pada Viola, tapi semuanya berjalan begitu saja tanpa bisa ia hentikan. Ia hanya laki-laki normal yang mempunyai banyak kekurangan.

Sedari tadi, Vio menatap keluar jendela tanpa menoleh sedikit pun pada Reagan. Bahkan perempuan itu tidak mengalihkan pandangannya sama sekali dari pemandangan selama perjalanan mereka. Hoodie milik Reagan masi dipakainya dan menutupi hampir seluruh rok yang di kenakannya. Wajah perempuan itu pun tertutup oleh anak rambutnya yang berjatuhan sehingga Reagan tidak dapat melihat dari wajahnya apa yang sedang perempuan itu pikirkan saat ini.

Reagan sangat bingung dengan situasi yang diciptakannya saat ini. Reagan beruntung jalanan cukup sepi karna dia tidak bisa berkonsentrasi penuh untuk menyetir. Pikirannya terpecah-pecah membuatnya merasa ingin berteriak saat ini juga.

Reagan mencoba untuk tidak memikirkan apa yang mereka lakukan beberapa saat lalu tapi bayangan itu terus menari-nari di otaknya. Ini sungguh lebih membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari pada saat pertama kali bersama Canayya.

Rasanya tidak sedeg-degan ini.

Karna yang Vio dan Reagan tau, hari ini adalah hari pertama.

----


Ciaaaaa...
Judulnye aje first ye wkwk.
Maapkeun gue yang asoy geboy wkwkw.

Sebenernya gue kan mau nulis kan but mood gue lansung ilang karna gue abis baca feel real kak aintnocaptain bhaakkk. Anjir gue merasa seperti seorang yang sangat tidak semangat hidup karna mengingat kata-kata Sena yang membuat gue kretek kretek af.

MOVIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang