Dering jam weker membangunkan Cantika yang terlelap dengan nyenyak. Perlahan ia membuka matanya dan menguap. Dengan muka bantalnya, Cantika berjalan menuju kamar mandi setelah itu bersiap ke sekolah.
Semalam, sebelum tidur, Cantika memikirkan bagaimana hari-harinya di sekolah barunya. Kini ia merasa gugup karena puluhan menit lagi, ia akan benar-benar memulai harinya di sekolah menengah pertama.
Setelah dirasa semua sudah siap dan rapi, Cantika segera menuju meja makan untuk sarapan bersama Ibu dan Ayahnya.
"Sarapannya dihabisin, loh." Celetuk Ibu Cantika.
"Iya, Bu."
Biasanya, Cantika lama sekali kalau makan. Tapi entah mengapa, kali ini ia tak membutuhkan waktu lama untuk menghabiskan sarapannya. Cantika melihat jam tangannya. Pukul enam lewat lima menit. Ia mulai resah karena takut terlambat. Padahal bel masuk baru akan berbunyi pada pukul tujuh tepat. Masih lama.
"Ayaaahhhh!" Cantika memanggil Ayahnya.
"Sebentar, mbak." Jawab Ayah Cantika dengan lembut. Ayah Cantika memanggilnya 'mbak' dikarenakan Cantika merupakan anak pertama dan perempuan satu-satunya. Ia memiliki dua orang adik kandung, tapi keduanya laki-laki.
"Ayah, ayo! Nanti terlambat." Cantika mulai sedikit berteriak.
"Masih pagi, mbak. Gak bakal telat." Ucap Ayahnya yang kini sudah ada di belakang Cantika.
"Berangkat sekarang aja, Yah." Titahnya.
"Iya-iya."
Cantika dan Ayahnya berjalan ke arah motor milik Ayahnya yang terparkir rapi di halaman rumah. Beberapa menit kemudian, motor itu membawa pengendara dan penumpangnya di jalanan yang ternyata lumayan ramai pada pagi itu. Cantika duduk manis di belakang sambil sesekali melihat jam tanagannya.
Kira-kira sepuluh menit berlalu, Cantika sudah tiba di depan gerbang sekolahnya. Cantika mencium punggung tangan Ayahnya kemudian melangkahkan kaki ke dalam sekolah. Cantika berjalan ke arah papan mading guna mencari namanya pada kertas-kertas putih dengan tinta hitam yang tertempel disana.
Jari telunjuk Cantika menyusuri setiap nama yang tertera di sana. Sudah lima kertas yang ditelusurinya, tapi tidak terdapat namanya disana. Kertas keenam juga tidak ada. Cantika melanjutkan pencariannya pada kertas ketujuh. Jarinya terhenti di baris kedelapan di kertas itu. Ia melirik bagian atas kertas itu.
Kelas : 7G
Kemudian Cantika beranjak meuju papan lainnya yang tertempel kertas bergambar denah sekolah. Kelas 7G berada di lantai tiga.
Cantika melangkahkan kakinya di koridor yang ternyata koridor kelas delapan. Cantika segera turun dari sana karena banyak kakak kelas yang nongkrong alias duduk santai di depan kelasnya. Cantika memilih melewati pinggiran lapangan karena ia sungkan dan sedikit takut dengan kakak kelas.
Cantika menaiki tangga dan tiba di lantai dua. Ia menaiki satu tingkat tangga lagi untuk menuju ke lantai tiga. Kini ia tiba di depan kelasnya. Perlahan ia masuk ke dalam kelas. Terdapat beberapa siswa-siswi yang sudah hadir di dalamnya. Cantika berjalan menuju bangku yang masih kosong di sana.
֍֍֍
Perkenalan oleh wali kelas mengawali dimulainya hari pertama tahun ajaran baru. Setelah usai, semua murid yang ada saling berkenalan satu sama lain. Bahkan ada yang sudah bercanda bersama.
Cantika juga sudah berkenalan dengan beberapa anak di samping, belakang, dan depan bangkunya. Cantika duduk bersama seorang anak perempuan bernama Hiru. Nama yang lucu.
Ketika istirahat, cantika pergi ke kantin bersama Hiru. Mereka yang masih belum tahu seluk beluk sekolah barunya, berjalan dengan polosnya di setiap koridor yang mereka lewati. Mereka sempat menunduk ketika melewati beberapa kakak kelas yang sedang nongkrong ria di depan kelas mereka seolah mengisyaratkan kata 'permisi'. Tentu saja Cantika dan Hiru merasa sungkan dan takut kepada seniornya itu.
Di kantin, Cantika dan Hiru hanya celingak-celinguk diantara banyaknya siswa. penjual makanannya banyak memang, dan itu membuat Cantika dan Hiru kebingungan mau membeli apa. Akhirnya mereka memilih membeli makanan ringan dan sebotol minuman saja kemudian kembali ke kelas.
֍֍֍
Hari pertama tentu belum ada pelajaran. Hanya perkenalan antar guru mata pelajaran dan murid baru. Tidak melelahkan. Rasa gugup yang tadi pagi mendatangi Cantika juga jadi tidak terasa begitu ia menjalani hari pertamanya.
Waktu pulang pun tiba. Cantika langsung menelpon Ayahnya agar menjemputnya kemudian menunggu di luar gerbang seperti kemarin. Di sana, ia berpisah dengan Hiru, Bila, dan Arin−dua teman lainnya yang duduk di belakang bangkunya.
Mata Cantika melihat jalanan yang padat. Mencari-cari Ayahnya diantara kerumunan pengendara. Tapi yang ada, mata Cantika malah terpatok pada sosok bocah laki-laki yang kemarin dilihatnya. Bocah laki-laki yang kemarin dikerubungi banyak kakak kelas.
Sedetik kemudian, Cantika mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu. Ia mengangkat tangannya sebatas dada dan mendapati jam tangannya melekat di sana. Ia melihat pukul berapa sekarang dan seberapa lama ia telah menunggu. Lalu pandangannya beralih lagi tuk melihat sekitar. Kini laki-laki itu sudah tak berada di tempatnya tadi. Mungkin ia sudah dijemput atau entahlah.
Tak lama kemudian,terdengar suara klakson sepeda motor. Ternyata Ayahnya sudah berada didepannya. Dengan cepat Cantika menyambar ke arah ayahnya dan duduk di belakangsana. Mereka pergi membelah jalanan. Meninggalkan kawasan sekolah baru Cantika.
~~~~~
I'm sorry if its so bad(?) Hope you'll enjoy it! Don't forget to vote and comment!
Sincerly,
Me
3 June '16
10.09 pm(edited: May 05, 20 - 03:32)
KAMU SEDANG MEMBACA
CANTIKA
Teen FictionMenunggu itu emang gak enak, apalagi menunggu hal yang tak pasti. Tapi Cantika tetap setia menunggu Anta sejak lama dan tahan akan sikap dingin Anta. Suatu hari, Cantika mendapatkan hasil dari penantiannya yang panjang. Namun tak berlangsung lama...