Keeaokan harinya, Dion dan kawan kawan kembali ke sekolah. Dengan gaya cool nya dia menuruni tangga berkumpul bersama keluarganya makan pagi bersama.
"Hai semua!!" Teriak anak bungsu keluarga itu. Menuruni tangga drngan tergesa gesa sampai dia harus berpegangan agar tidah jatoh dari atas.
"Leyna, hati hati.." ucap ayahnya.
"Iya yah.." jawab Leyna lalu duduk di sebelah kakaknya yang terlihat senyum senyum sendiri menatap makanan pelan pelan memasukkannya kedalam mulutnya.
"Kak Dion gapapa?" Bisik ke ayahnya yang sedang membaca koran lalu ikut ikutan menoleh ke arah anaknya itu. Dilihatnya Dion masih tetap senyum senyum sendiri dan menatap makanan di depannya.
Ayahnya pun berdehem lalu memberi kode kepada istrinya.
"Em, yon. Tumben kamu nggak buat masalah lagi?" Tanya ayahnya dengan tatapan menyelidik.
"Eh, apa.. yah?" Tanya Dion gelagapan.
"Kamu ngapain senyum senyum sendiri?" Kata ayahnya to the point kepada anaknya dengan senyum jail.
"Kakak nggak lagi kesambet tuyul pas pulang nganterin kak Kirana kan? Eh, ups.. Maaf kak" dengan rasa tak bersalahnya Leyna melanjutkan makannya sambil menahan tawanya. Sedangkan Dion memukul dahinya merutuki kebodohannya pulang malam lalu mengendap ngendap dan akhirnya bertemu dengan ms. Kepo alias Leyna.
"Loh, katanya kamu kerumah temanmu? Jadi kamu keruma--"
"Eh, bun yah. Dion berangkat dulu ya.. Yok Ley." Niatnya ingin makan dengan damai akhirnya diakhiri dengan makan pagi introgasi dari ayah bundanya. Sedangkan adiknya hanya mengikutinya dari belakang sambil menggerutu karena nengganggunya menghabiskan makan paginya.
* * *
Ditempat lain Kirana yang sedang berada di mobil kakaknya hanya menatap cendela sambil tersenyun kecil membuat kakaknya hanya geleng geleng sendiri.
"Idih, baru hangout sekali aja udah senyum senyum. Awas dek, entar disamain sama mbak kunti mau?"
"Ih, apaan sih. Siapa yang senyum senyum. Lagian kakak iri kan? Huh, dasar jomblo."
"Iyadeh yang enggak. Udah sampek, ati ati kalo ada apa apa telpon kakak."
"Oke kak. Bye kak!"
Kirana berjalan menuju kelasnya sambil tersenyum. Hatinya saat ini masih berbunga bunga bermekaran di taman. Tak ada yang bisa mendeskripsikan kesenangannya saat ini kecuali dirinya sendiri.
Sampai di bangkunya, dia duduk lalu mengambil hpnya di tas dengan earphone bertengger di telinganya dengan raut wajah yang sama, tersenyum.
"WOY!"
"Eh, kalo nggak teriak kenapa sih?!" Sahut Kirana dengan mencopot sebelah earphone nya.
"Yee, lagian dipanggilin dari tadi nggak kedengaran malah nyelonong aja jalan masuk kelas. Kenapa sih?" Tanya Laras heran.
"Iya kenapa sih?" Tanya Dea dengan duduk di sebelahnya sambil membawa ciki kesukaannya.
"Gatau" sambil memasang earphone nya lagi lalu memilih lagu kesukaannya sambil senyum senyum.
"Eh, lo kesambet apaan?!" Tanya Dea heboh dengan diikuti pelototan Laras yang sama hebohnya dengan Dea.
"Ih, gue gapapa.." ucap Kirana dengan kesal lalu membenamkan kepakanya diatas tumpuan kedua tangannya.
Sesaat kemudian...
Kok ada yang nepuk pundak gue ya? Batin Kirana. Pasti kedua temannya yang iseng. Dengan cepat dia mendongak dan berkata
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis
HumorHey! Siapa yang ingin hidup sengsara? Kirana Dewi Alexandra, adalah seorang ketua osis yang tegas dan berwibawa. Tetapi tak disangka setelah kedatangan makhluk yang ia sebut 'pembawa sial' berhasil mengacaukan harinya. Dion Sastro Devano, adalah mur...