Prolog

62 3 0
                                    

11 Mei 2010

Indah nya malam ditemani bulan dan bintang-bintang yang berterbaran di langit kelabu menambah kebahagiaan dua anak adam ini.

Faris dan Intan.

Tepat di malam yang indah itu, mereka saling mencintai satu sama lain. Cinta mereka tulus bahkan sangat sangat tulus, tetapi mereka tidak tahu bahwa cinta yang tulus itu akan membawa malapetaka untuk keduanya.

Intan POV

Aku mengenal nya saat itu. Saat dia berkunjung ke Coffee Cafe, usaha kecil milik kedua orangtua ku. Pakaian nya sangat rapi dan wajahnya terlihat begitu menenangkan.

Mengenakan hoodie tebal dan memesan sebuah coffee latte. Aku menyukai kehadirannya yang membuat ku entah mengapa sangat senang. Dia seringkali datang ke cafe akhir-akhir ini. Duduk sambil memasang headset dan memesan coffe latte. Setiap hari nya selalu seperti itu, membuat ku bingung sekaligus penasaran. Mungkin itulah alasan mengapa aku seringkali juga memperhatikannya.

Aku sendiri adalah Intan Ramadhani, gadis berusia 16 tahun yang ingin sekali jatuh cinta. Apakah ini rasanya jatuh cinta?

"Hai, gue mau bayar, kok lo ngelamun?" Ujar lelaki itu sambil menjetikkan jari telunjuknya di kening ku.

Hah? Apa ini? Apa yang dia lakukan?

"Oke, lo masih ngelamun. Lo mau gue kabur gak bayar?" Suara nya terdengar naik 1 oktaf.

"Ahh hm sorry, totalnya 15rb"

"Jangan sering ngelamun nanti kalo kerasukan gimana? Kan repot" ucapnya tersenyum sambil menyerahkan uang pas 15rb.

Lelaki itu berjalan menjauh. Baru beberapa langkah, ia membalikkan tubuhnya.

"Nama lo siapa?" Tanyanya dengan nada yang dingin.

Aku terdiam, membeku. Sangat kaget.

"Oh god, please. Lo sering ngelamun ya? Hello? Gue nanya nih"

"Ah sorry, gue Intan. Intan Ramadhani" jawabku berusaha untuk tersenyum ke arahnya.

"Ohh, okey. Kenalin gue Faris" lelaki yang ternyata bernama Faris itu balik tersenyum kepada ku seolah dia membalas senyuman ku tadi.

"Gue cabut duluan ya, sampai jumpa" lanjutnya.

Aku dan lagi lagi hanya berdiri mematung. Faris? Akan ku ingat nama itu. Dan seketika seulas senyum terukir di wajahku.

••••

Hari ini sebelum aku menjaga cafe, aku pergi ke sekolah sebagaimana seperti rutinitas ku biasanya. Tak ada yang menarik dengan kehidupan sekolah ku, aku hanya murid seperti biasanya.

Datang ke sekolah untuk belajar dan berteman atau mungkin jatuh cinta? Entahla.

Sepulang sekolah, seperti biasanya aku menjaga cafe kecil ditengah kota Jakarta ini.

Mengganti pakaian dan melayani pelanggan yang datang. Begitulah yang ku lakukan setiap harinya.

Tepat pukul 16:30, lelaki itu datang kembali. Tidak, maksud ku Faris datang kembali. Duduk di meja yang biasa ia duduki dan memesan coffee latte, seperti biasanya.

"Pesanan seperti biasanya" ucapnya datar.

"Baik" jawabku.

"Eh, tunggu. Gue belum selesai mesen."

"Apa?" Tanyaku heran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Psycho LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang