Chapter 46: "Aku tidak bisa lagi"

533 62 9
                                    

"Hey aku Ella dan ini temanku Lily" ucap Ella

Sesuatu benar-benar terlihat tidak baik tentang dia. Tapi Lily terlihat malu-malu dan ia hanya melambaikan tangan.

Mereka terlihat sekitar umur 17 atau 18 tahun.

"Halo" Louis menjawab dan bersalaman dengan mereka.

Mereka berbincang-bincang sebentar.

Aku hanya dipojokan bmengobrol dengan Ed.

Ella 'tanpa disengaja' terjatuh ke tangan Niall.

Aku bersumpah jika ia melakukannya lagi aku akan menghajarnya.

"Hanya perasaanku atau Ella mencoba mencari perhatian terhadap Niall?" ucap Ed kepadaku.

"Untungnya bukan hanya aku yang menyadarinya" jawabku.

The lads pergi untuk berbicara kepada Paul tentang suatu hal.

Ella dan Lily datang menghampiriku dan Ed.

"Um hey" ucapku.

"Ed bisakah kami berbicara dengan Elizabeth sendirian? Kami penggemar beratnya" Ella mengucapkannya dengan senyum.

Palsu...

"Um tentu" Ed jawab.

Ia menatapku dan mengangguk.

Ia pergi dan aku menghampiri kedua perempuan itu.

"Ingin berfoto?" tanyaku.

"Diamlah" bentak Ella.

W=Cara yang bagus untuk memulai perbincangan...

Lily mundur kebelakang. Ia terlihat gugup dan takut.

"Kenapa kau mengencani Niall? Kenapa kau berteman dengan mereka? Mereka mau berteman dengamu hanya karena mereka kasihan dengamu. Kau tahu. Dengan permasalahan ayahmu dan semuanya" ucapnya.

"Itu tudak benar" jawabku.

"Ayahmu menjadi tukang pemabuk dan menyakitimu" ucapnya.

"Stop" ucapku.

"Kau di bully di sekolahmu dan itu membuatmu bertambah buruk. Kau mencoba membunuh diri tapi kau tidak bisa" lanjutnya.

"Kumohon... Berhentilah..." pintaku.

"Ayahmu menculikmu dan membawamu selama berhari-hari. Hanya untuk menyakitimu. Ia senang melihatmu tersiksa, bukan?" ucapnya.

"Hentikan." Bisikku yang melemah.

"Tidak. The Boys bersamamu hanya karena mereka kasihan. Tidak ada yang menyukaimu bersama dengan Niall. Menjauhlah dari mereka. Ini adalah cari terbaik untuk fans mereka" ucapnya.

Aku hancur.

Aku tidak bisa menahannya lagi.

"HENTIKAN!" teriakku.

Ella menamparku dengan sangat keras sampai aku terhentak ke tembok.

Lily terlihat ingin menangis.

"Apa yang terjadi disini?!" Liam berteriak.

Aku merendahkan badanku bersandar ke tembok, aku jongkok dan memeluk kakiku."

"Oh tidak ada. Dia hanya terjatuh" Jawab Ella.

"Liz kau tak apa?" Niall bertanya.

"Dia baik-baik saja. Dia tersandung dan menabrak tembok" jawab Ella lagi.

"Tidak, dia tidak!" Lily berteriak.

Aku melihat ke arahnya.

"Kau mengancamnya dan menghajarnya" teriak Lily.

Paul segera memegang Ella.

Ella berteriak dan bergeliat dan mereka pergi.

"Aku minta maaf. Aku ingin menghentikannya tapi aku takut ia menyakitiku" ucap Lily.

"Tak apa" ucapku. Lily pun pergi.

"Apa yang terjadi?" tanya Niall.

Semuanya menatap kearahku.

Aku berdiri.

"Aku tidak bisa melakukannya lagi" bisikku dengan tangis lebih kencang.

"Tidak bisa melakukan apa?" tanya Niall khawatir.

"Ini!" ucapku melihat ke tangan Niall yang menggenggamku.

"Apa maksudmu?" tanya Niall.

Mata Niall mulai berkaca-kaca dengan air matanya.

"Para penggemar. Mereka tidak ingin kita bersama. Semua ini menyakitkanku untuk melihat betapa bencinya mereka kepadaku hanya sebagai teman kalian. Tapi ketika aku menjadi pacarmu...... semua kebencian kepadaku bertambah parah" ucapku

"Elizabeth. Jangan." ucap Niall menggenggam tanganku lebih erat.

Aku melepaskan dan menjauh darinya.

"Kau tidak mengerti. Kebencian seperi apa yang aku dapat. Kamu tidak mengerti apa yang terjadi." ucapku.

"Kumohon! Jangan lakukan ini!" pintanya kepadaku.

"Aku tidak bisa lagi" bisikku dan menunduk.

Ia meletakkan jarinya dibawah dagu-ku dan menaikkan wajahku untuk menatapnya. Tapi aku menatap ke arah lain. Aku tidak bisa menatapnya. Ini hanya akan membuatku ingin berada disisinya selamanya.

"Niall. Aku tidak bisa. Jika ini apa yang mereka inginkan biarlah" ucapku dan aku pergi.

"TIDAK!" teriak Niall.

Ia menggenggam tanganku dan membuatku menghadapnya.

"Niall. Biarkan aku pergi. Aku tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Kumohon" pintaku.

Aku melihat ke matanya yang benar-benar berair.

"Kumohon" bisikku.

Ekspresinya masih sama.

"Niall. Mate. Biarkan ia pergi" ucap Louis pelan.

Niall melihat ke arah Louis. Dan ia kembali melihat ke arahku.

"Kumohon" kataku tanpa suara.

Ia mulai menangis.

Genggamannya melemah dan aku lari ke hotel.

DIsitulah.

Niall dan aku tidak bersama lagi. Kami putus.

Sekarang kalian para 'fans' bahagia?!

.

.

.

.

(Vote nya jangan lupa hehehheeee)

Niall Horan Is My Guitar Teacher (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang