33 : why?

20.4K 401 3
                                    

Anas POV

"Mencari ini?" Ucap lelaki itu.

Aku terpaku.

Adi ada di hadapanku sekarang.

"Memangnya siapa yang hamil?" Ucap Adi lagi.

Sial. Apa yang harus kulakukan sekarang? Orang yang ku tinggal dulu, ada di hadapanku. Dan tertangkap basah olehnya aku sedang membeli alat tes kehamilan. Apa yang kulakukan? Sekujur tubuhku terasa panas seperti tersiram air panas. Hangat rasanya. Tanganku tak bisa bergerak untuk mengambil alat tersebut dari tangan Adi. Rasanya jarak tanganku ke tanganya jauh sekali. Susah sekali untuk menggapai alat itu dari tanganya.

Apa yang harus kujawab dari pertanyaan Adi?

Iya..... itu untukku. Karena aku hamil, anak dari Jared.

Tidak, tidak. Mengingat kejadian saat mereka berkelahi membuat niatku urung untuk menjawab dengan jawaban tersebut. Apa yang harus kukatakan?

"Ah iya..... sahabatku merasa mual dan pusing. Ia tidak bisa membelinya jadi ia meminta pertolonganku untuk membelikanya." Ucapku bohong.

Maafkan aku Adi.

"Ah....... begitu. Aku kira kau yang hamil. Hahaha." Jawab Adi.

"Bagaimana kabarmu, Nas?" Ucap Adi sambil memerhatikan badanku dari ujung rambut sampai ujung kuku kakiku, aku merasa ditelanjagi oleh matanya Adi.

"Bb....bbbaaa.....ik...... Adi....." balasku gugup.

"Hahahaha mengapa begitu gugup nas? Grogi berapa dihadapan cowo ganteng?" Balas Adi tertawa renyah.

"Ah tidak.... aku berpikir temanku sangat membutuhkan alat ini sekarang. Aku pergi dulu ya, di. Terimakasih sudah membantuku mengambilkan alat ini. Daaaah." Ucapku panjang lebar dengan nada sedikit cepat dan segera bergegas pergi dari tempat itu. Membuat darahku beku saja.

"Tunggu, nas." Ucap Adi saat aku sudah berbalik dan meninggalkan tempat itu.

"Yaaa?"

"Bisakah kita bicara kapan kapan?" Ucap Adi pelan namun pasti.

"Ehmmm.... ya tentu saja, bila kau punya waktu." Balasku gugup. Benar benar gugup.

"Baiklah. Aku akan meneleponmu. Sampai jumpa."

•••••

Jared POV

Tok tok tok.

Kenapa Anas tidak membukakan pintu untukku?

Apa dia ngambek gara gara aku menghamilinya? Tidak mungkin kan.

Tok tok tok tok.

Tiba tiba saja ada yang memelukku dari belakang. Aku mencium bau yang sangat familiar. Aku pun langsung tahu siapa orang ini.

"Hey kau.... habis darimana?" Ucapku sambil berbalik dan mencium sekilas keningnya.

"Beli ini." Ucap Anas sambil menunjukan alat yang baru saja dibelinya.

Alat tes kehamilan.

"Ayo masuk. Aku akan mengetes kehamilanku." Ucap Anas sambil menarik tanganku untuk masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam ada Kak Diaz yang sedang menonton televisi. Dia pun melihatku dan memberikan senyum sekilas diwajahnya, aku pun membalas demikian.

"Tumben jar kesini." Ucap Diaz sambil memencet tombol di remot tv.

"Hah? Tumben? Aku sering kesini kak, mungkin kakaknya tidaka ada di rumah. Hahahaha." Ucapku tertawa.

"Ah masa iya? Hahah iya nih kerjaan lagi banyak sekali, Jar."

"Aku akan ganti pakaian, kalian ngobrol ngobrol dulu saja." Ucap Anas sambil bergegas keatas untuk menuju kamarnya.

Aku pun segera menuju ke sofa dan memilih tempat duduk di sebelah Kak Diaz.

"Kak, boleh tanya sesuatu?" Ucapku sambil menatap layar tv yang tak kupahami isinya.

"Hmm. Kenapa Jar." Balas Kak Diaz sambil terus menatap layar tv.

"Dulu aku tidak sengaja melihat kakak dihajar habis habisan sama Adi, mantanya Anas itu."

"Hubungan kakak apa sih sama si Adi?" Lanjutku.

•••••

Hai!!!!!! Aku bakal berusaha update secepat mungkin yah...... soalnya lagi gaada insprasi nih + aku juga lupa dulu alur ceritanya kek gimana 😂. Thankyou banget buat yang rela nungguin cerita aku dari taon 2015 sampe sekarang, im so so so sooooooo sorry for the very late update. Jadi sekarang aku ngerubah gaya ucapanya Jared sama Anas nih, jadi lebih formal dan sopan. Gimana menurut kalian? Lebih suka yang sekarang apa yang dulu? Komen yaaa biar aku bisa nentuin lebih bagus yang mana. Kalo penasaran dan mau tau kelanjutanya, baca terus yaaaak!!💟💟💟

Unpredictable.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang