-my fate-

138 24 22
                                    

Derasnya hujan sore itu membuat tubuh ini kedinginan, aku menunggu hujan reda di halte dekat sekolah selagi menunggu kendaraan umum lewat, sejenak menggosokkan kedua tanganku agar terasa hangat. Kurasakan ada seseorang menghampiriku. Aku menengadahkan kepala ku ke atas terlihat jelas sebuah payung milik seseorang melindungiku dari hujan, sesegera ku menoleh melihat sosok yang selama ini ku kagumi tersenyum menatap
ku, senyuman yang mampu membuat masalah dalam hidup ini seakan musnah.

"Hei.. kenapa kau melamun, ayo cepat kita pulang!ibumu sudah menunggumu"kata Chan.

"OMO..Hei kenapa kau tiba tiba muncul seperti setan saja"

"Hahahaha, karena aku ingin menghantuimu."

Chan dan aku bercanda tawa sewaktu dalam perjalanan pulang, Chan adalah teman baik ku mulai dari kecil walaupun dia berbeda dua tahun lebih tua dariku, tapi perbedaan usia tidak menghalangi pertemanan kami.
Aku dan Chan bersekolah di SMP yang berbeda, namun jalur kita berangkat sekolah sama.

"Hei, ayo kita main? Ajak teman temanmu" ucap Chan
"Sebentar lagi ujian, lebih baik kau ajak orang lain saja." Aku menolak ajakan Chan dan segera bergegas sekolah.

Sore hari yang cerah aku dan Chan bermain di taman, sambil menatap birunya langit diiringi kicauan burung, aku dan Chan bermain ayunan di sana.

"Tunggu aku ya! Aku pasti kembali saat aku sudah jadi orang pintar
"Maksudmu Chan? Aku tak mengerti!"
"Pokoknya tunggu saja!"

Sudah beberapa hari ini aku disibukkan dengan ujian akhir semester, begitu juga dengan Chan, setelah beberapa hari akhirnya ujian selesai aku berencana mengajak Chan bermain bersama.

Tok.... Tok... Tok...

Berkali kali aku mengetuk pintu, tapi tiada jawaban dari penghuni rumah.
"Nak mencari Chan ya?" kata seorang ibu tak sengaja lewat
"Iya bu... Saya ketuk pintu nya berkali kali tidak ada yang membuka."
"Chan dan keluarga nya sudah pindah ke Amerika sejak tadi pagi berangkat
, appanya dipindah tugaskan kesana."
Dengan hati kecewa aku pulang kerumah,
"Nak, kenapa mukamu murung begitu" tanya eomma sambil memainkan remot tv.
"Eomma! Chan jahat dia pindah ke Amerika tanpa memberitahuku sebelumnya, dia bahkan tak mengucapkan apa apa sebelum kepergiannya, apa ini yang namanya teman?"
"Mungkin dia punya alasan tertentu nak!"

Tak terasa air mataku tiba tiba saja jatuh bersamaan dengan berita yang tak sengaja lewat di tv tentang kecelakaan pesawat hari ini tujuan Indonesia- Amerika. Sungguh kenapa takdir ini begitu kejam, tak memberi kesempatan bagiku untuk bertemu dengan Chan walau hanya mengucapkan salam perpisahan.
Sejak kepergian Chan aku semakin kehilangan semangat dan keceriaan ku lagi, bagaimana bisa aku kehilangan sahabatku sekaligus cinta pertama ku, bahkan aku tak berkesempatan menyampaikan ini padanya.

Menginjak tahun kedua di SMA, selang empat tahun kepergian Chan, bayangan laki-laki itu menghampiri dan aku pun kadang merindukannya.

"Hey kau melamun memikirkan Chan?" Ucap Seo Jin teman baikku di SMA.

"Sudahlah biarkan dia tenang disana, dia bakal bahagia kalau kamu bahagia."

"Andai saja aku punya satu permintaan, aku harap ucapan Chan waktu di taman saat itu masih berlaku, aku akan menunggu Chan." ucap ku sambil melihat keluar jendela.

"Hahaha. Jangan mengkhayal!"

Karena tugas biologi untuk mengamati tumbuhan di taman , aku dan Seo Jin memutuskan untuk ke taman dekat sekolah, melihat ayunan di taman itu aku teringat kata kata Chan agar aku menunggu dia kembali, tapi nyatanya saat ini ucapan itu tak berarti lagi.

"Ayo kita pulang, mendung, sebentar lagi hujan!"
"Tapi Seo Jin, tugas nya belum selesai, besok harus dikumpulkan, kau pulang duluan rumahmu jauh, kalau hujan aku tinggal lari saja dari sini!"

"Aku pulang duluan, maaf ya, hati-hati!"ucap Seo Jin sambil membereskan bukunya.

Beberapa menit kemudian tebakan Seo Jin benar, hujan mengguyur lingkungan disekitarku dengan derasnya, akhirnya kuputuskan mencari tempat berteduh sambil menunggu hujan reda, aku menggosokkan kedua tanganku agar hangat, hari mulai petang tetapi hujan masih belum reda.

"Sudah satu jam ,hujannya belum reda, aku harus lari, sepertinya kali ini aku bakal basah kuyup"

Aku pun memutuskan untuk bergegas lari dengan kedua tanganku diatas menutupi kepalaku, walaupun aku tahu cara itu tak merubah kenyataan bahwa aku akan basah kuyup. Sesaat selangkah sebelum aku akan berpindah dari tempat itu dan berlari aku merasakan sesuatu telah melindungiku dari hujan, benar saja payung milik seseorang itu membuatku tidak jadi basah kuyup.

Aku pun menoleh kebelakang, melihat siapa yang memberiku payung, mataku membelalak tak percaya, lidahku terasa kelu untuk berbicara, jantungku berdegup kencang seirama dengan getar tubuhku, seorang pemuda berpostur tinggi dengan manik mata kecoklatan serta senyuman manis itu mengingatkan ku pada seseorang yang tak asing lagi.

"Terima kasih sudah menungguku!"ucap seseorang itu sambil tersenyum menatapku.

"Chan....Chan! Tidak ini pasti imajinasi !"ucapku tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini, harapan ku baru saja menjadi kenyataan.

"Iya, Ini aku Chan! Ini sahabat sekaligus cinta pertamamu! kau kenapa?"

Aku benar benar tak menyangka , kukira ini hanyalah mimpi, kalaupun iya aku tidak ingin terbangun dari mimpi indah ini, nyatanya ini bukan mimpi.
Aku dan Chan berbincang banyak , kebingunganku terhadap Chan terjawab, Chan bercerita tentang semua hal yang dialaminya Chan tak mengalami kecelakaan pesawat, dia menaiki pesawat yang lain, alasan ia tak memberitahuku ia ingin memberiku kejutan ia ingin membuktikan bahwa ia mampu berubah menjadi lebih baik, Chan saat ini berkuliah di Harvard University.

Sore itu di taman dekat sekolah ditemani kicauan burung dan tarian kupu-kupu menghinggapi bunga bunga yang sedang bermekaran, aku dan Chan sama sama memutar kenangan kita waktu kecil di tempat ini, aku pun mulai membuka pembicaraan dengan menanyakan rasa penasaranku terhadapnya.

"Chan bagaimana kau tahu kau cinta pertamaku?"

"Ini" Chan mengambil sebuah benda yang tak asing lagi bagiku dari tasnya dan memberikannya padaku.

"Ini buku harian ku waktu aku masih kecil, kenapa kau memiliknya, kau mencurinya?" Tanyaku penasaran dan heran.

"Enak saja, kau meninggalkan nya di taman saat dulu terakhir kita bertemu"

Kumulai membuka halaman halaman buku itu dan benar saja aku menemukan sebuah tulisan yang menyatakan kalau Chan adalah cinta pertamaku, wajahku mulai terasa panas karena memerah, namun aku menemukan sebuah tulisan milik orang lain , pernyataan bertuliskan 'kau juga cinta pertamaku, aku juga menyukaimu.'Aku tak tau bagaimana merahnya wajahku saat ini.

"Melihat wajahmu ,Sepertinya kau sudah menemukannya" ucap Chan sambil memasangkan sebuah bunga yang ia petik baru saja ke rambutku.

"Gomawoyo....channie... "

Aku hanya bisa tersenyum bahagia merasakan rasa syukur yang dalam menerima semua takdir indah yang tak terduga ini.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang