.
.
.Yuki menggeliat dari posisi duduknya. Merenggangkan beberapa anggota tubuhnya yang terasa pegal. Sebuah kebiasaan yang tak bisa Yuki hilangkan saat tenggelam dalam buku adalah melupakan segala hal, termasuk waktu.Gadis itu sedang membaca sebuah buku dari penulis kesayangannya. Buku yang diberikan Kinan padanya sebagai hadiah karena telah pulih dan kembali ke rumah.
Untuk sementara, Yuki akan tinggal bersama Kinan dan keluarganya di Jogja. Kinan dan kedua orangtuanya sama sekali tidak keberatan dengan keberadaan Yuki. Ayah dan Ibu Kinan sudah menganggap Yuki sebagai putri mereka sendiri, karena Kinan pun merupakan anak tunggal di keluarganya, sama seperti Yuki.
Gadis itu sangat berterimakasih dan bersyukur pada Tuhan karena diberikan teman yang sangat baik dan perhatian pada dirinya. Cobaan yang diberikan Tuhan beberapa waktu lalu telah membuka matanya, bahwa mereka yang benar-benar tulus mencintai dan menyayanginya pasti akan bertahan di sampingnya. Sementara dia yang hanya berpura-pura akan tersingkir dengan sendirinya.
Sebuah pesan masuk di telepon genggamnya.
Hai Yuki. Bagaimana perasaanmu saat ini? -Kim
Yuki tersenyum saat membacanya. Dokter berwajah baby face yang sangat baik terhadapnya ini telah mengiriminya sebuah pesan. Seperti pertanyaan yang biasa dilontarkannya saat melakukan visitting di ruang perawatan.
Baik. Sangat baik. Tapi Dokter Kim mungkin lupa jika saya sudah bukan pasien lagi :) -Yuki
Saya tidak mungkin lupa. Kamu barangkali yg lupa. Kamu sudah berjanji memanggil saya 'Mas Kim' saat di luar rumah sakit. -Kim
Jujur saja, panggilan itu sungguh lucu :D -Yuki. Gadis itu tertawa kecil, selalu merasa geli saat dokter manis itu bersikeras ingin dipanggil 'Mas Kim'.
Apa kamu sekarang tertawa? :) -Kim
Tentu saja. :D dan semua karena kamu.-Yuki
Yuki meruntuki ketidak-sopanannya memanggil dokter muda itu dengan sebutan "kamu". Bagaimana mungkin Yuki bisa se-lancang itu padanya? Padahal usia dokter Kim ternyata sudah melampauinya, jauh berbeda dengan perkiraan usia saat melihat wajah manis lugu khas remajanya.
Saya tersanjung kamu tersenyum karena saya -Kim.
Syukurlah dokter Kim tidak marah. Yuki menghembuskan nafas lega. Pemuda itu benar-benar orang yang sangat baik.
Besok bagaimana jika saya ajak kamu mengelilingi Jogja?-Kim
Apa boleh saya mengajak teman?-Yuki
Tentu saja. Besok saya jemput pukul 8 pagi. Selamat istirahat Yuki. Jangan tidur terlalu larut dan jangan lupa meminum obatnya. Have a nice dream -Kim
Terimakasih 'Mas Kim' :D -Yuki
Gadis itu tersenyum senang dengan kebaikan dokter muda itu kepadanya. Yuki yakin, saat melihat kebaikan dokter Kim yang begitu tulus padanya, pemuda itu akan menjadi pasangan yang tepat bagi Kinan, sahabatnya.
------000000--------
"Kim..." sebuah suara memanggil namanya dari balik pintu kamar. Kim segera berjalan menuju pintu dan membukanya. Menemukan sosok sang kakak, Aki Kurniawan tengah berdiri tepat di depan kamarnya.
"Ada apa, Kak?" Tanya Kim saat melihat wajah sang kakak yang tampak suntuk dan lelah.
"Aku malem ini tidur di sini, ya? Tapi jangan ngadu sama Papa " Ujar sang kakak santai sambil masuk ke kamar Kim dan langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang adiknya tersebut. Saat itu Kim bisa mencium aroma alcohol dan rokok yang menyengat dari tubuh kakak semata wayangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Gift From GOD ( AL/YUKI)
Random#AGFG #Drama A Gift From GOD Indonesian Fiction Created by Odes Dra/Ro Tidak diperkenankan di Re-Publish dan CopyPaste. ---00000---- Melupa... Itu yang tengah berusaha Yuki lakukan. Berharap semua luka dan dukanya menemukan sebuah muara. Agar dia bi...