[Chapter II] Akan Tiba Saatnya

127 13 0
                                    

    Nafas dingin berhembus dari bibir ku yang membuat kabut-kabut putih di udara, cuaca dingin menemani ku yang sedari tadi duduk termenung, aku sangat membenci hal ini. Rasanya seperti menunggu hujan dikala musim panas.

Tak ada tanda-tanda kedatangan dirinya "Oh sudahlah, lebih baik aku membaca diary" gumam ku.

Aku mengeluarkan diary itu dari dalam ransel, bermaksud untuk melanjutkan membaca isinya yang kini sudah memasuki halaman ke 4, setelah membaca hingga setengah halaman tiba-tiba angin berhembus kencang dan lagi-lagi sesosok wanita yang sama berdiri dari kejauhan dan memperhatikan ku.
Perlahan ia mendekat dan duduk tepat di sebelah ku, tak ada rasa takut lagi karena aku tau bahwa ia tak akan menyakiti ku dan ia hanya ingin menemani ku membaca.
15 menit kulalui dan aku benar-benar merasa aneh mengapa semua cerita yg tertera di dalam diary ini mengisahkan sepenggal dari hidup ku, yah kali ini bukan kebetulan lagi, ini benar-benar mirip hanya waktu yang membedakan.

"Hei gadis apa kau tau mengapa diary ini mirip dengan kisah hidup ku?"

Ia enggan menjawab dan hanya menatap ku tajam dengan sedikit senyuman.

"Ku mohon berbicaralah, senyuman itu hanya memperumit suasana kau tau itu! "

Wanita itu menganggukan kepalanya dan meraih sebelah tangan ku, ia menggenggam seakan memberi isyarat dan melepasnya perlahan lalu berjalan mundur kemudian menghilang dari taman tempat ku berada saat itu. Sungguh kebiasaan yang aneh.

"Mengapa setiap kali aku membaca diary ini, sosok wanita itu selalu hadir menemaniku dengan senyum yg selalu ia tunjukan padaku? andai ia tak enggan melepas pembicaraan mungkin kejanggalan ini akan sedikit terpecahkan"

Situasi ini membuat ku merasa gila, beruntung suara riuh dari Youngjae menyadarkan ku dari semua ini.

"Suzy-ah" Seru Youngjae sambil mempercepat langkahnya.

"Baiklah kau terlambat 1 setengah jam, apa besok kau akan terlambat 2 atau 3 jam lagi?"

"Mianhae" Jawabnya dengan mengernyitkan giginya.

"Hmm, baik ayo kita mulai kerjakan tugas kita!"

"Suzy-ah apa kau marah? Tapi aku punya alasan di balik keterlambatan ku ini" gerutunya.

"Lalu? Ingat waktu kita terbatas, hari sudah semakin sore"

"Lihatlah kemari kumohon!!" Seru Youngjae.

Karena paksaan tersebut akhirnya aku menurut dan mulai menatapnya, aku bingung apa yangmg di keluarkan pria itu dari dalam tasnya.

"Bunga? Kau terlambat gara-gara bunga?"

"Ya, lebih tepatnya karena dirimu! apa aku salah jika menyukai ku Suzy-ah?"

"Kau menyukai ku? Tapi,, hmm Youngjae-ah maaf aku belum bisa, bukan tidak suka tapi ini bukan saatnya untuk itu, aku ingin tetap fokus untuk mencapai cita-cita ku, aku tidak ingin jika impian ku ini pupus hanya karena cinta, ku mohon mengertilah untuk itu Youngjae-ah"

"Gwenchana" jawabnya singkat dengan raut penuh kekecewaan.

Pernyataan itu membuat suasana berubah menjadi canggung, tak sepatah kata pun terucap lagi antara aku dan Youngjae.
.
.
Malam yang begitu tenang, dalam kesunyian aku hanya di temani diary kesayangan ku dan tak bosan-bosan untuk membacanya, hampir sebagian dari diary ini habis ku baca, aku merasa seperti membaca kisah diriku sendiri.

Fikiran ku yg tadi memikirkan diary kini beralih memikirkan maksud dari perkataan Youngjae tadi siang bahwa ia menyukai ku. Seharusnya dalam hubungan pertemanan tak pantas mengungkapkan hal seperti itu, perasaan kalut telah memenjarakan diriku.
.
.
Tepat pukul 21.00 waktu KST.
Mata ku terasa kantuk namun tak juga berhasil ku pejamkan, di balik tirai putih itu mata ku masih berkelana ke arah luar jendela kamar, memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang menciptakan ciri khas suasana di kota.
Lampu-lampu penerang memenuhi sepanjang jalan.
Melihat kondisi ini membuat ku rindu akan suasana di desa, aku merindukan alam yang hijau, dan yang paling kurindukan ialah orang tua ku, "Eomma Appa" bayangan itu membuat air mata ku tak dapat ku redam lagi dan membasahi pipi ku meski tangan ku selalu menghapusnya.

Ponsel ku berdering dan mengalahkan lamunanku, kembali ku kenakan kaca mata ku untuk melihat siapa yang menghubungi ku, rupanya Youngjae.

"Yeobosseo"

"Suzy-ah, aku sudah berada di depan rumah mu, keluarlah disini banyak nyamuk!"

"Mwo? Baiklah, tetaplah disana"
Dengan sergap aku berlari keluar dan meninggalkan buku diary yang masih tergeletak di atas ranjang ku, dalam kondisi pintu kamar masih terbuka.
Kulihat sosok Youngjae yang sudah berdiri dengan mengenakan kaos berwarna putih dan aroma parfum yang khas dan tak asing bagiku.

"Kajja!"

"Kita akan kemana malam-malam seperti ini?"

"Malam ini kita akan bersenang-senang karena aku akan mengukir senyum di wajah mu dan kau akan susah melupakannya" ujar Youngjae.

"Jinjja? Tapi tunggu aku akan mengganti pakaian ku dulu"

"Untuk apa? Lihatlah semua yang ada di tubuh mu, itu terlihat indah jika kau yang mengenakannya" serunya sambil tertawa ringan.

Aku tak pernah tau sebelumnya bahwa pria jutek ini pandai menyuratkan rayuan.
Ucapan Youngjae itu membuat ku tertunduk untuk menyembunyikan wajah malu ini.

Kini kami berdua berjalan mengelilingi kota Seoul di malam yang begitu indah, dewi malam ikut tersenyum menyaksikan kami berdua.

***

Gelak tawa terdengar saat kami berada di depan sebuah rumah makan yg menyajikan pertunjukan badut yang begitu lucunya, aku dan Youngjae tak mau melewatkan pertunjukan tersebut.
Seorang wanita berbalut pakaian pelayan datang menghampiri kami berdua, ia menawari kami kupon makan gratis karena tepat di hari itu pemilik restourant sedang merayakan grand opening.

"Gratisssss!!!!" Teriak ku girang.

Kurasakan suasana yang begitu romantis, gemerlap cahaya lampu penuh warna menambah kesan indah ruangan tersebut, meja bernomor 07 tepatnya kami duduk saraya menikmati hidangan yg disajikan beserta hiburan live music yang ada dari atas panggung.

Youngjae mengeluarkan kamera dari dalam tasnya dan mengabadikan semua moment yang ada tak terkecuali ia mengambil gambar diri ku. Ini adalah kebiasaannya, kurasa karena ia adalah calon photografer.
"Yah aku harap itu bisa tercapai"

Semua gambar telah tersimpan pada memorinya, dalam keseruan ini tiba-tiba aku teringat oleh buku diary itu yang masih tertinggal di posisi semula tepat sebelum Youngjae datang, dalam keadaan kamar tak terkunci dan itu membuat ku merasa cemas.

"Uhh mianhae Youngjae-ah aku melupakan suatu hal, itu menuntut ku untuk pergi sekarang, annyeong" seru ku sambil berlari meninggalkan Youngjae yg masih berada di dalam restourant.

"Hei ada apa? Tunggu!"

Aku tak menghiraukannya, kini yang menguasai fikiran ku hanya diary itu.

"Astaga aku begitu ceroboh"

Tak memerlukan waktu lama, rasa cemas yang berbaur telah mendorong kecepatan ku berlari dan mengantar ku sampai di rumah. Segera ku terobos pintu kamar yg tak terkunci, nasib ku sungguh tak beruntung karena diary tersebut sudah lenyap entah kemana. Seluruh sudut kamar tak luput dari pencarianku namun tak ada hasilnya, aku takut jika diary itu benar-benar hilang.

"Omo bagaimana ini?"
.
.
Bersambung~

Secret DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang