NOTE: Harap dimaklumi jika masih ada salah ketik. Saya terpaksa tidak sempat mengedit, lagi fokus ngedit naskah lain :)
Silakan...Prita memandangi dirinya di depan cermin. Dia tampak begitu percaya diri. Inilah penampilan paling istimewa untuk menyambut kepulangan sepupunya dari Negeri Paman Sam. Rambutnya yang keriting dibiarkan terurai sampai ke bahu. Rambutnya yang keriting dicat warna kecoklatan. Kedua matanya dihiasi dengan lensa kontak warna hijau. Wajahnya yang putih makin lengkap dengan hiasan alami lesung pipit di kedua pipinya. Bibirnya memaki lipstick warna ungu sesuai dengan busana yang dikenakannya.
"Prita, mau berangkat nih, cepetan?" teriak mamanya di pintu depan.
Prita mendengar teriakan itu, namun ia tak menghiraukannya. Dia tetap asyik memandangi dirinya di depan cermin.
"Prita, ayo berangkat!" teriak mamanya untuk kesekian kali.
Prita menggerutu dalam hati, uuuh ... mama nggak sabar amat. "Iya ma, sabar, I'm coming!"
Lima belas menit berlalu. Mama dan papanya sudah menunggu di dalam Volvo Merah. Sopir sudah menyalakan mesin.
Tema hari ini adalah warna ungu. Sepatu hak tinggi, tas dan accessories lainnya pun serba ungu. Gaun dengan corak batik dengan mode yang khas, lengannya pendek dan panjangnya mencapai lutut. Betisnya yang mulus ditutupi dengan stocking ungu. Hari ini dia merasakan sangat bahagia karena akan bertemu lagi dengan sepupunya setelah hampir enam tahun berpisah. Dia membayangkan adik sepupunya yang sudah berubah. Amerika telah membentuknya menjadi manusia baru. Mungkin dia sudah lupa dengan budaya asli Indonesia karena di sana banyak bergaul dengan budaya internasional. Jika bertemu nanti dia akan menanyakan banyak hal dari mulai mode sampai resep makanan di sana.
Sudah merasa sempurna dengan penampilannya dia kemudian keluar dari kamar. Dia melangkah dengan anggun mendekati kendaraan.
"Prita, kamu sudah kebiasaan dandan suka menghabiskan berjam-jam," kata papanya.
"Pa, jangan berlebihan. Prita dandan tidak sampai berjam-jam. Prita dandan hanya menghabiskan waktu satu jam setengah. Tapi itu tidak sia-sia Pa, Papa tentu bangga dengan hasilnya bukan?" ungkapnya sembari bergaya ala model yang memperlihatkan gayanya.
Papanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Ma, ajari anakmu itu. Papa kira mama tidak seperti anaknya."
"Sudah lah, Pa. Janggan dulu membahas itu. Nanti ada waktunya. Yang penting sekarang kita sampai ke bandara tepat waktu. Jangan sampai Zaskia nunggu kita."
Kendaraan pun melaju keluar dari halaman dan ketika sudah di jalan raya, sopir menjalankan kendaraan dengan kecepatan maksimal sesuai dengan permintaan majikannya. Jalanan kota Jakarta sudah penuh dengan antrean mobil. Dari kejauhan seperti semut yang merayap. Seperti biasa, udara Jakarta pagi itu sudah teracuni oleh gas buangan dari antrean kendaraan. Sebelum ke Bandara, papa Prita diantar ke kantor. Dia tidak bisa ikut menjemput karena kesibukan yang tiada henti di kantor. Ayah Prita adalah seorang direktur sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pertambangan.
***
Penerbangan dari New York-Jakarta di bandara Soekarno-Hatta akan tiba pukul pukul 11. Prita dan mamanya duduk di sebuah bangku. Sambil menunggu Prita membaca majalah fashion. Dia juga berusaha menutupi keberadaan dirinya supaya tidak dikejar-kejar wartawan. Dia berusaha menghindar sejak turun di depan bandara. Dia ingin mencoba penampilan baru yang kini sedang trend. Sementara mamanya sibuk mengipasi tubuhnya yang merasa begitu gerah.
Usaha Prita gagal. Rupanya para wartawan itu menguntit dari belakang. Kini ia dikerubuti. Mau tidak mau dia harus melayani. Malas memang, tetapi bagaimanapun itu semua adalah konsekuensi dari profesinya. Dia pun melayani para wartawan itu dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Impian🌠
SpiritualNEGERI IMPIAN | a novel © 2016 by Jahar #87 Spiritual 310716 Sepotong kisah tentang Iqbal, Prita, Hamza dan bayang-bayang Zaskia di Amerika. Hamza, anak cerdas yang membutuhkan sosok ibu. Sosok ibu hanya bisa dia dapatkan dari Prita, sepupu ibun...