11~Menuju Rumah

133 11 0
                                    

Kendaraan menyusuri jalan-jalan di kota Bandung yang berkelok-kelok. Kendaraan melewati jalur Cileunyi, lalu terus menyusuri jalur Cibiru, Cicaheum, Suci, dan berakhir di kawasan Ledeng. Pemandangan kanan kiri jalan, yang diliputi bangunan-bangunan, pertokoan, gerbang perumahan, pusat-pusat perbelanjaan, gedung khas zaman kolonial, dan poster-poster besar di pajang di kiri kanan jalan atau di atas jembatan penyeberangan.

"Bandung, sekarang sudah berubah ya," kata Zaskia sambil melirik Prita di sampingnya yang tengah menyaksikan pemandangan di luar kendaraan.

"Tentu saja, Zas. Kamu kan lama di Amrik. Empat tahun."

"Pak, dipercepat ya, panas nih pengen cepat sampai rumah," kata Prita kepada sopirnya.

"Baik ... baik, Non," jawab lelaki berkulit coklat paruh baya itu.

"Beberapa bulan ke depan, aku akan bepergian ke beberapa kota di Jawa Barat. Aku diminta untuk jadi pembicara di sejumlah perguruan tinggi dalam seminar pendidikan dan workshop kepenulisan kreatif."

"Waah keren, Zas. Pulang walaupun hanya liburan tapi banyak kerjaan di sini. Kota mana aja?"

"Ciamis, Tasik, Majalengka, Sumedang, Bogor, dan Kuningan. Kamu bisa ikut kan?"

"Boleh ... boleh ... sekalian aku pengen jalan-jalan. Aku bosan bolak-balik Jakarta-Bandung terus."

"Aku juga mau minta bantuan sama kamu, Zas. Boleh kan? Aku ingin kamu temani aku di acara Festival Film yang digelar di Bandung dua hari lagi. Zas, filmku masuk nominasi dalam festival itu. Mama dan Papa katanya nggak bisa hadir. Mereka sedang ada urusan bisnis ke Singapore."

"Okey, Pretty Women. Kamu memang layak dapat penghargaan karena kemampuanmu itu."

***

Zaskia dan Prita tiba di Bandung. Mereka berdiri di teras depan menunggu pintu di buka. Zaskia memandangi sekeliling rumahnya. Bunga-bunga mawar, Lili, dan dahlia di halaman rumah itu sedang mekar. Keharuman mawar yang terdiri berbagai warna itu bisa dia hirup. Zaskia begitu menyukai bunga mawar. Mawar-mawar itu dialah yang menanamnya. Ketika ke Amerika, dia menitipkan mawar itu kepada mama dan pembantu kepercayaan keluarga bernama Sumi. Sumi itu masih seumuran dengan Zaskia. Dalam hati, dia berkata suasananya masih persis sama seperti tahun kemarin ketika dia pulang. Zaskia memang jarang pulang. Sewaktu kuliah dia hanya pulang dua kali. Tahun kemarin dan sekarang. Zaskia memeluk Ibunya dengan erat.

Pintu telah terbuka. Sumi tersenyum kepada Zaskia.

"Nona Zaskia rupanya. Ayo masuk. Saya mau memberitahukan nyonya. Beliau pasti sangat senang."

"Ya ... makasih Mbak Sum," ucap Zaskia.

"Ma, aku sangat merindukan mama," ucap Zaskia .

Ibu dan Anak itu berpelukan dengan erat. Air mata berlinangan. Kerinduan keduanya kini telah terobati. Prita tersenyum menyaksikan kebahagiaan keduanya.

"Iya, mama juga sayang. Maaf, sayang mama kemarin nggak bisa jemput."

"Nggak apa-apa, Ma. Om, tante, dan Prita sudah cukup kok."

"Papa belum pulang ya, Ma?" tanya Prita sambil masuk ke dan melihat-lihat seisi rumah. Dari belakang mamanya dan Prita mengikuti.

"Papamu lagi ada urusan ke luar kota. Oya papamu sekarang terjun ke dunia politik. Dia mau mencalonkan diri jadi anggota Dewan di Pusat. Sekarang papamu lagi kampanye ke daerah-daerah."

"Kok Papa nggak pernah cerita-cerita sih Ma ..."

"Ya mungkin belum sempat aja. Mungkin dia terlalu sibuk."

"Ma, sekarang Mama kelihatan kurus, Mama kenapa?" Zaskia memandangi mamanya dari bawah ke atas.

"Ah enggak biasa aja. Justru kamu yang kurus. Mama sangat mengkhawatirkanmu. Pasti kamu di sana melakukannya segalanya sendiri."

"Ya tidak apa-apa, Ma. Justru itu baik buat aku. Aku bisa buktikan sama mama dan Papa bahwa aku bisa hidup mandiri di negeri orang."

Negeri Impian🌠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang