TIGA PULUH SEMBILAN

148K 12.6K 667
                                    

"Jackie, apa kemarin menyenangkan?" tanya Max kepada dirinya ketika pada pagi harinya mereka memakan sarapan bersama – sama seperti biasanya.

Catherine sudah kembali... adalah tiga kata yang terlintas di pikirannya ketika ia menatap Max yang begitu kecil dan polos.

"Sangat menyenangkan Max," jawab Jacqueline dengan cepat.

Sangat menyenangkan ketika Warren menciumnya... Jacqueline menggeleng – gelengkan kepalanya dan mengenyahkan pikiran itu.

Sialan, ada apa dengan dirinya? Kenapa ia menjadi seperti ini hanya karena satu ciuman bodoh dengan bos sialannya itu.

"Max," Warren berjalan dari belakang dan memanggil anaknya, seketika seluruh tubuh Jacqueline menjadi menegang karena keberadaan pria itu. Lalu seluruh kejadian kemarin malam terulang kembali dan ciuman itu... Jacqueline masih dapat merasakannya.

"Max, aku akan pergi sekarang," ketika Max mengalihkan pandangannya kepada Warren, Jacqueline ikut berdiri dan membisikkan kata – kata itu di telinga Max. Jacqueline berusaha untuk melarikan diri sebelum mukanya kembali memerah dan Warren kali ini tahu kalau dirinya tersipu malu karena pria itu.

Warren menatap Jacqueline dan mengerutkan dahinya, "Kamu akan melarikan diri lagi? Seperti kamu melarikan diri setelah kita ber..."

"Max, aku akan pergi sekarang," bisik Jacqueline dan ia tidak menghiraukan kata – kata Warren yang hampir saja membuat dirinya salah tingkah.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Max dengan bingung. Sial, anak Warren terlalu pintar untuk tidak menyadarinya. "Apa kemarin sangat menyenangkan?" tanya Max dengan begitu polos.

"Tidak, sangat tidak menyenangkan. Benar bukan begitu Jack?" jawab Warren dengan nada sindir kepada Jack.

"Oh ya? Why daddy?" tanya Max dengan bingung.

"Karena aku sangat membenci orang yang melarikan diri," entah kenapa Jacqueline merasa kata – kata Warren tertuju kepadanya dan bukan kepada Catherine. Kemarin setelah mereka berciuman, Jacqueline melarikan diri ke kamarnya dan mengunci kamarnya tanpa melihat kebelakang apakah Warren mengikutinya atau tidak.

Masalahnya, bagi Jacqueline, kemarin malam adalah kesalahan. Kesalahan terbesar di dalam hidupnya adalah ketika dirinya mencium Warren kembali. Ia membalas ciuman bos sialannya itu!

"Max, kamu ingin bermain denganku?" tanya Jacqueline sekali lagi berusaha untuk pergi dari hadapan pria itu.

"Tidak, karena daddy belum selesai bicara Jackie. Ya kan daddy?" tanya Max yang masih terlihat sangat penasaran.

"Benar sekali Max. Aku belum selesai. Max, coba ingatkan daddy apa yang membuat daddy marah?" tanya Warren kepada Max.

Max terlihat sedang berpikir dan akhirnya menjawab Warren dengan berkata, "Daddy sangat marah ketika ada orang yang tidak menjawab pertanyaannya."

"Correct Max. Kamu benar sekali," Warren mengacak – ngacak rambut Max dan kali ini dengan berdiri tegak, ia menatap Jacqueline yang berdiri di belakang Max yang terlihat sama sekali tidak ingin melihatnya pagi itu, "Jadi Jack, apa kemarin malam sangat menyenangkan?"

"Pertanyaan macam apa itu Pak Warren?"

"Aku hanya bertanya dan Max ingin tahu."

"Tidak, aku juga tidak merasa senang kemarin malam."

"Hmm... begitu?" Warren sekali lagi menyindirnya dengan kata – kata pria itu membuat Jacqueline semakin kesal.

"Apa Bapak harus saya tulis email untuk mengatakan kalau saya tidak menyukainya?"

"Saya tidak tahu, coba kamu jelaskan. Semalaman atau hanya ketika kita..."

Jacqueline menyipitkan matanya dan memotong kata – kata Warren, "Tidak dua – duanya."

"Kenapa? Kamu yang memulainya."

"Bapak yang membalasnya."

"Tidak akan saya mulai kalau kamu tidak memulainya," balas Warren yang tidak mau kalah.

"Kenapa kita membicarakan ini Pak Warren?" tanya Jacqueline yang mulai lelah dengan arah pembicaraan mereka.

"Karena saya sedang menilai kamu sekarang. Wanita yang saya nikahi untuk tiga puluh hari dan wanita yang saya berikan tiga puluh dua miliar dengan cuma – cuma."

"Dan?" tanya Jacqueline menantang Warren.

"Wanita murahan."

Jacqueline tersenyum sinis dan Jacqueline menatap Warren dengan dingin, "Setidaknya, saya bukan perempuan yang meninggalkan Bapak untuk pria lain dan tiba – tiba datang lagi di hidup Bapak tanpa alasan yang jelas."

"Tapi saya menginginkannya kembali," dan Jacqueline tahu kalau Warren sedang membicarakan mengenai Catherine. Jacqueline hanya berharap Max tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan karena Max sedang memerhatikan mereka sekarang.

"Saya lelah bertengkar dengan Bapak, apa yang Bapak inginkan dan apa yang bisa saya bantu?" tanya Jacqueline.

Warren lalu tersenyum dan kali ini mengecilkan suaranya hingga Max hampir tidak bisa mendengar kata – katanya, "Karena kamu sudah bersikap sangat murah Jack, dan saya sudah terlanjur membayar kamu. Jadi wanita murahan saya, karena saya menginginkan dirinya kembali Jack."

"Kali ini tidak akan lagi saya melepaskannya."

Entah di dalam diri Jacqueline yang terdalam dan entah apa itu, perasaan aneh yang Jacqueline tidak mengerti ketika Warren mengatakan kalimat terakhirnya, membuat Jacqueline merasa kecil dan tidak diinginkan oleh siapapun. Aku ingin merasakan perasaan itu... perasaan diinginkan.

Seperti Warren yang menginginkan Catherine kembali, pikirnya. 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang