04. Invisible Pain

240 61 37
                                    

******

Malam itu Dinasta menyempatkan diri keluar dari kamarnya untuk menuju taman belakang rumah keluarga Zeundya ini. Dari jendala kamarnya terlihat banyak bintang bersinar dan juga bulan sabit yang menemaninya. Membuat mata Dinasta gatal ingin segera cepat-cepat menghitung bintang dan juga mencari bintang yang paling terang.

  "Ah indahnya. Jarang-jarang gue ngeliat bintang pas di Jakarta." Gumam Dinasta pelan sambil merebahkan dirinya diatas rerumputan taman belakang rumah keluarga Zeundya itu.

  "Satu, dua, tiga, empat, Oh itu yang paling gede!" Ucap Dinasta kegirangan sendiri ketika menemukan bintang yang ia cari sedari tadi.


  "No, no, no, yang paling gede itu," ucap Aldi yang langsung membuat Dinasta menengok padanya sambil melebarkan kedua bola matanya yang kecil.

  "Gue kira pocong, Allhamdulillah bukan pocong!" Seru Dinasta sambil mengelus-elus dadanya dan menghembuskan napas lega.

  "Kurang ajar gue dibilang pocong!" Seru Aldi sambil menarik hidung mancung milik Dinasta.

Dinastapun hanya bisa berteriak dan terus menerus memukul lengan kekar milik Aldi.

  "Ada bulan ada bintang, ada Aldi dan ada Dinasta!" Seru Aldi sambil melayangkan tangannya diudara dan tersenyum lebar menatap langit.

  "Receh lo," gumam Dinasta namun masih tetap mengikuti Aldi, tersenyum lebar menatap langit.

  "Sta, tau ga rumah Zeus enak lho kalo buat ngeliat bintang gini, dia punya gazebo di belakang rumahnya dan gazebo itu ngadep kearah kolam renang rumahnya terus atapnya terbuat dari kaca gitu, pokoknya kapan-kapan gue bakal ajak lo ngeliat bintang dirumah Zeus. Leon, dia punya anjing lucu banget namanya Stacie ya sebelas dua belas lah sama nama lo Stacia, lucunya juga sama, untungnya lo bukan anjing," ucap Aldi terkekeh kecil yang membuat Dinasta ikut tertawa mendengar segala celotehan Aldi yang tidak bermutu.

  "Terus masa anjingnya Reymond dikasih makan brokoli,  emang dia pikir kucing yang mau makan dikasih brokoli, Frengki aja gamau dikasih brokoli. Oiya lo tau ga sih Sta sebentar lagi level hay day gue mau naik akhirnya bentar lagi gue bisa beli mesin buat bikin keju. Masa ya Sta gue baca di internet, Jepang ngelarang warga negara wanitanya mempost-ing foto lagi makan pisang, katanya biar gak ningkatin hormon lelaki. Terus yaa Sta menurut penelitian ternyata bumi kita ga bulat tapi lonjong, tapi menurut gue bumi ini bulat, iyakan Sta, menurut lo gimana?" Tanya Aldi yang menghentikan segala ocehan yang bener-bener tak bermutu sama sekali.

Namun, Dinasta tetap disana dan memperhatikan segala hal yang Aldi bicarakan dari penting sampai tidak penting, dari bermutu sampai tidak bermutu.

Dan karna itulah Aldi mencintainya, mencintai Dinasta, wanita yang selalu mendengarkan apapun yang ia bicarakan sekalipun ia hanya menanggapi sekilas atau justru mencak-mencak karna Aldi yang tidak pernah berhenti berbicara.

Namun, Dinasta tidak pernah sekalipun mengalihkan pandangannya dari Aldi ketika ia sedang membicarakan hal yang tidak penting seperti itu, sekali pun Dinasta bosan sekali mendengarnya, namun anehnya ia justru menghafal apa saja yang Aldi ceritakan padanya hari ini sebelum ia menuju alam mimpinya.

****

  "Sta seragamnya udah ada?" Tanya Aldi sambil teres menggedor pintu Dinasta.

  "Yang roknya warna bata sama bajunya putih terus lambang Lirdigan kan Al?" Tanya Dinasta dari dalam kamarnya tanpa membukakan pintu untuk Aldi.

  "Iyaaa, yaudah siap-siap gue tunggu di bawah ya. Lama gue tinggal," ucap Aldi sambil terkekeh kecil.

Dinasta segera berlari sambil membawa roti saat dilihatnya Aldi yang sudah memakai helm yang berwarna sama dengan motornya itu sedang men-starter motornya.

Quand Il PleutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang