•ᴥ•
Langkah Yein terhenti, tepat tak jauh dari tempat ia berdiri terdapat beberapa anak perempuan tengah mengelilingi seorang anak laki-laki di dekat jendela tepat di depan kelas. Anak-anak perempuan itu bagaikan segerombolan semut yang baru saja menemukan makanan untuk persediaan mereka.
Yein menghela napas kesal. Ia menatap kumpulan itu dengan jengah. Entahlah, ada rasa sesak sekaligus risih melihat pemandangan itu. Sangat mengganggu, menurutnya.
Gadis itu menaikkan volume musik yang sejak tadi didengarnya melalui earphone yang bertengger manis di telinganya. Ia bahkan tak peduli kalau volume keras itu nantinya akan merusak gendang telinganya. Saat melewati gerombolan itu, dirinya berusaha keras untuk tidak membuat kontak mata dengan anak laki-laki itu, ah bukan, bahkan dirinya berusaha keras untuk tidak menoleh ke arah mereka.
Tanpa disadarinya, ada sepasang mata yang sejak tadi tengah mengekor sosok Yein. Bibirnya tersenyum simpul saat tahu betapa kerasnya usaha gadis itu untuk tak peduli. Ada perasaan bahagia menyeruak di sana. Seolah kau telah berhasil melakukan sesuatu yang bagus. Seperti itu mungkin.
###
Di atap sekolah, gadis yang rambutnya diikat ekor kuda itu menatap kosong pada birunya langit siang itu. Pikirannya melayang entah kemana. Tangannya yang sejak tadi menari di atas sketchbook kini terhenti. Pensil yang sejak tadi digunakannya untuk menggambar kini tengah dijepitnya diantara bibir bagian atas dan hidungnya.
Ingin rasanya hari ini cepat berlalu saja. Ia ingin pulang, berendam di bak mandi kesayangannya sambil mendengarkan lagu klasik. Atau setidaknya makan patbingsu dengan serutan es yang banyak di dalamnya. Ah... Memikirkannya saja sudah membuat dirinya menelan ludah.
"Oho!"
Sebuah suara menginterupsi lamunan Yein siang itu. Dalam sepersekian detik, sketchbook yang sejak tadi ada di pangkuannya, kini sudah berpindah tangan.
"Waaah... Lihat ini, ternyata Jung Yein selama ini diam-diam menggambar wajahku dan mengaguminya sendirian." Ujar anak itu bangga. Yein menatap jengah anak laki-laki yang tengah asyik dengan sketchbooknya.
"Kim Wonwoo-ssi, kemarikan sketchbookku." Pinta Yein.
"Kalau aku tak mau?" Tantang anak laki-laki bernama Jeon Wonwoo itu, senyuman jahil kini menghiasi wajahnya.
"Kembalikan sketchbookku atau kau akan menemui situasi sulit. Karena aku tidak akan berbicara denganmu selama satu minggu." Ancamnya.
Dahi Wonwoo tampak berkerut, kedua alisnya yang tebal itu hampir menyatu. Ia berpura-pura memikirkan tawaran Yein.
"Em, bagaimana kalau aku tetap tidak mau?" Tanyanya lagi. Senang sekali rasanya bisa menjahili anak perempuan di depannya itu. Setiap respon yang diberikannya selalu berbeda. Dan Wonwoo menikmatinya.
"Itu artinya kau akan segera membuktikan kebenaran dari ucapanku." Jawab Yein kesal. Ia beranjak dari tempatnya duduk dan melangkah meninggalkan tempat itu.
Oops, sepertinya kali ini waktunya tak tepat mengerjai gadis satu itu. Wonwoo masih terpaku melihat kepergian Yein yang tengah ngambek itu. Sebuah senyuman menghiasi wajah tampannya.
Dengan sedikit berlari, Wonwoo mengejar Yein yang kini tengah menuruni tangga. Di bawanya sketchbook Yein ditangan kirinya, sedangkan tangan kanannya bertengger di bahu Yein.
"Hey, Dolphin~ Kau benar-benar tidak akan berbicara padaku selama seminggu?" Tanya Wonwoo memastikan. Sayangnya tak ada balasan yang keluar dari bibir mungil Yein. Yang ada malah ketukan langkah kaki mereka yang memenuhi koridor.
"Ah... Sepertinya kau benar-benar marah ya. Padahal aku ingin mentraktirmu patbingsu sepulang sekolah nanti." Godanya. Wonwoo melepaskan rangkulan tangannya pada bahu Yein dan berjalan mendahuluinya.
Yein yang mendengar tawaran itu melambatkan jalannya. Matanya menatap Wonwoo yang tengah berjalan santai di depannya sambil bersiul-siul. Dasar aneh.
"Ya! Jeon Wonwoo!" Yein sedikit berlali mengejar ketinggalannya. Dipukulnya punggung lebar Wonwoo.
"Kenapa kau malah menawariku patbingsu bukannya cokelat atau apalah?"
"Karena aku tahu kau suka patbingsu." Jawabnya singkat.
"Ada satu hal lagi."
"Eh?"
"Aku juga suka Jeon Wonwoo." Imbuh Yein yang dengan tiba-tiba pula mengecup pipi kiri Wonwoo.
Anak laki-laki jangkung itu mematung setelah aksi tiba-tiba Yein tadi. Saat ia sadar, Sketchbook yang sejak tadi dibawanya kini sudah diambil Yein. Senyuman yang lebih lebar kini tersungging di bibirnya. Tangannya menyentuh pipi kirinya yang kini bersemu merah.
Inilah alasan lain kenapa dia menaruh hati pada gadis tomboy itu. Sungguh gadis yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] Annoyed
FanfictionA little story about Yein from Lovelyz and Wonwoo's Seventeen. It's all about my delusion... ^^ Disclaimer : Wonwoo and Yein are belong to the GOD who created. I just try to capture an idea which pop up in my head. Ide cerita pure dari otak saya. In...