Terima Kasih

868 83 15
                                    

Seokjin Pov.

Pemandangan hijau nan cerah di hiasi bunga matahari di taman luar begitu indah terlihat dari dalam jendela ruangan ini

Ruangan yang berbau obat obatan namun tetap terasa nyaman bagi orang yang hanya mengharapkan ke sembuhan seperti dia.

"Kakak, sekolah itu asyik tidak?"
Tanya riang ia, seorang gadis yang terduduk di kasur kamar rawat ini

"Sama sekali tidak. Karena aku juga tidak hadir"
Jawab ku malas

"Cobalah, mungkin kau bisa tahu dan menikmatinya"
Bujuk adikku Umji sambil menatap ku datar bermaksud menyuruhku sekolah lagi

"Kalau aku lebih pintar mungkin itu akan menyenangkan. Tapi aku masih bodoh. Di sana bukan tempatnya orang bernilai rendah"
Jelas ku seadanya

"Kalau begitu belajar saja. Apa belajar tidak menyenangkan?"
Pertanyaan polos lagi dari Umji

"Jelas tidak lah. Namanya juga belajar"

"Kalau teman? Apakah berteman itu asyik?"
Kini nada suaranya bersemangat

Aki hanya menarik napas panjang dan menggeleng
"Nonton tv atau main game sendiri lebih asyik.
Dari pada mengikuti kemauan teman, atau tertawa pada lawakan mereka yang tidak lucu cuma bikin bosan"

"Begitu ya, aku pikir belajar itu asyik"
Ucapnya sambil menatap pemandangan luar jendela namun tetap terjaga duduk di dalam selimut kasur rawatnya

"Aku juga berpikir demikian soal teman, menyenangkan pasti"
Lanjutnya dengan tersenyum sendiri di sana

Aku yang duduk di samping kasrenya hanya tersenyum paksa melihat adikku yang hanya bisa duduk di kasur rawat rumah sakit ini

"Oh iya. Ini"
Aku memberi Umji sebuah bungkusan yang di ambilnya dari tas ku

"Woaah"
Ia tampak senang sekali menerima bungkusan itu dan menatap girang diriku

"Terima kasih kakak!"
Senyum Umji hangat padaku.

- - - - -

"Dasar bodoh!"
Teriak sopir pengendara mobil itu dan pergi melaju kencang

Aku hanya membungkukan badanku meminta maaf
Kejadian seperti ini sering terjadi saat aku tengah memarkirkan mobil mobil yang lewat
Ya, menjadi tukang parkir jalanan lah pekerjaan ku

Aku hanya menatap mobil tadi dari kejauhan dengan kosong
Hari yang terik membuat aura panas dan kursakan keringat bening muncul di kening ku dan melanjutkan pekerjaaku itu
Terus mengarahkan mobil mobil lain agar lalu lintas berjalan lancar

Aku tidak tahu untuk apa aku hidup
Aku tidak tertarik pada orang lain.
Adalah jalanku untuk hidup melewati hidup orang lain.

Hanya berkerja untuk mencukupi hidup sampai besok..
Ya, secukupnya..
Tapi aku juga selalu mengjungi adikku

Setelah berkerja sepanjang hari aku pergi ke sebuah toko dan membeli sebuah komik

Dengan uang yang ku dapatkan, aku membelikan dia komik.
Selalu datang ke toko buku dan secara asal mengambil buku yang di pajang di etalase,
Entah aku pernah beli buku itu atau belum
Mungkin sampulnya berbeda dan dia tak mendengarku bicara, entahlah.
Tapi..

"Terima kasih kakak!"
Senyum Umji padaku sambil membuka bungkusan itu dengan tampak terkejut dengan komik yang baru ku belikan untuknya

Dan mulai membuka buka lembaran komik itu dan membacanya dengan senyum itu

Arigatou (One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang