Pernahkah kau melihat mimpimu hancur tepat di depan matamu? Pernahkah kau merasa dunia tak adil padamu? Pernahkah kau tak kuat atas dinginnya udara di sekelilingmu? Lalu kau mencoba mencari perapian untuk menghangatkan tubuhmu namun tidak ada perapian disana bahkan cahayapun tak ada. Tidak ada yang kau pandang selain warna hitam yang pekat. Bayangkan kau sendirian disana, tidak tau harus berbuat apa, ingin kau berontak untuk situasi seperti ini, namun apalah hasil dari berontak itu. Pernahkah kau melihat wanita tua yang renta di pinggir jalan dia menopang tubuhnya pada tongkat lalu kemudian tongkat itu ada yang merapas darinya sontak wanita itu akan terjatuh di pinggir jalan. Tubuh lemahnya yang terus mencoba berdiri namun semua usahanya sam dengan nol, sehingga dia hanya bisa pasrah pada keadaan itu dan berharap seseorang dapat membantunya.
Itulah yang ku rasakan saat ini. Betapa lemahnya aku, mimpiku kandas, cahayaku hilang. Tubuhku rapuh tak memiliki topangan. Ingin aku memberontak pada situasi ini tapi tak ada hasil dari semua amarahku, dayaku, upayaku, semua sama dengan nol. Haruskah aku mengakhiri semua ini? Kurasa membunuh diriku dengan racun adalah hal yang terbaik saat ini dari pada harus mati terbunuh dengan rasa sakit yang sangat luar biasa.
Ya, aku tau apa yang harus ku lakukan saat ini.
Betapa beratnya kelopak mataku saat ini untuk di buka. Sedikit demi sedikit cahaya telah dapat ku lihat di balik sela-sela bulu mataku. Tubuhku masih sangat lemah jika harus mengingat buah hatiku berada jauh dari ku. Sakit sekali membayangkan dirinya kelaparan, sendirian di kegelapan, mencari arah yang tak berpetunjuk. Semua hanyalah karena kelalaian ku mengurusnya, tidak ada orang lain yang bersalah selain aku.
Perlahan-lahan aku membawa tubuhku bangkit dari ranjangku. Ku bawa tangan ku untuk meraih pegangan laci berwarna coklat di samping ranjangku. Aku mengumpulkan kekuatan untuk membuka laci coklat itu dengan menariknya ke luar.
Dapat langsung terlihat kablet-kablet obat mag dan obat darah rendahku setelah lacinya terbuka. Aku memang menyimpan obat itu untuk berjaga-jaga perihal aku yang sering telat makan karena kesibukanku dan juga memiliki tekanan darah yang rendah. Tapi hari ini, detik ini juga obat-obat itu bukan lagi penyelamatku dalam kondisi sakitku. Tapi mereka malaikat mautku.
Aku harus melakukannya.
Aku mengambil obat-obat itu dan membukanya satu per satu. Aku tau ini harus ku lakukan, untuk apa aku hidup jika belahan jiwaku pergi dariku. Anakku adalah segalanya dan tampanya aku bukanlah siapa-siapa.
Entah tujuh atau delapan atau mungkin sembilan aku tak dapat menghitungnya. Aku membawa tanganku yang berisikan obat-obat yang telah ku buka ke dalam mulut. Kemuadin...
"Emely kau gila." aku terkejut dengan tangan seseorang yang menarik tangan ku. Oh Tuhan Susan telah menghetikan aksiku, rupanya dia terbangun dari tidurnya. "Apa yang kau lakukan?" dia bertanya dengan penuh amarah pada ku.
Aku bungkam tak berucap, lidahku kaku tak mampu berkata sepatah katapun. Jantungku berdebar kencang karena masih terkejut sanggahan tangan Susan yang membatalkanku meminum semua obat itu. Kini obat-obat itu telah berjatuhan ke ranjangku sebagian lagi jatuh ke lantai. Aku tak tau apa yang harus ku jelaskan padanya, aku tak kuasa menatap matanya yang sungguh tajam sekali padaku. Seakan matanya ingin mencengkram seluruh tubuhku.
"Akan ku laporkan pada James" lanjutnya lagi pada ku yang masih diam saja.
Tak lama dia mengambil handphone nya dan mengarahkan handphone nya ke telinganya. Dari raut wajahnya dia terihat sangat panik sekaligus kesal dapat ku pastikan hal itu karena aku. Tak lama dia mulai bicara pada orang yang ada di sebrang telepon sana, entah apa yang mereka bicarakan aku tak dapat menangkap suaranya. Namun yang pasti Susan bicara dengan James. Dan sekarang aku telah mengurungkan niat ku untuk mengakhiri hidupku dengan cara meminum obat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cambuk Iblis
Mystery / ThrillerEmely hanya tinggal berdua dengan anak gadisnya yang berumur 13 tahun di rumah baru mereka. Sejak awal kepindahannya ke perumahan itu Emely menyadari ada beberapa hal yang janggal mengganggu Emely di lingkungan perumahan barunya. Dimulai dari para...