"Cam makin seksi anjirr," Verlina menggeleng-geleng, "ga tahan iman gue."
"Ehh," Vio menyanggah, "Cam itu punya gue, awas lo deket-deket!"
"Enak aja!"
Saat bel istirahat tadi berbunyi, Vio dan verlin segera berjalan menuju kantin seperti yang sudah mereka rencanakan sejak jam pelajaran pertama tadi. Pagi ini mereka akan makan soto ayam di kantin karna cuaca cukup dingin. Vio dan Verlin meninggalkan jas mereka di kelas dan menuju kantin hanya dengan kemeja tipis pendek dari sekolah.
"This specially for Stev yang makin jelek," terdengar tawa yang cukup nyaring dari salah satu meja di antara meja-meja lain di kantin. Suara perempuan itu tidak terlalu asing di telinga Vio tapi cukup membingungkan. Vio melirik ke sumber suara dan di sana ada Stev, Daffa, Reagan dan Canayya dalam satu meja. Dari sini, Vio dapat melihat Canayya menggunakan hoodie coklat yang familiar di matanya.
Satu hal yang diingat, itu milik Reagan.
Itu milik Reagan yang pernah dipinjamkan untuknya. Dan kenyataan bahwa Reagan tidak hanya meminjamkan itu pada dirinya seorang membuat Vio merasakan perasaan aneh di dadanya.
"Buat gue mana?" Suara Daffa membuat Verlin ikut-ikutan melirik ke arah meja mereka berempat.
"Daffa ntar lo gendut kan cape nge—Gym," mereka semua kembali terkekeh.
Viola memang mengetahui kedatangan perempuan itu kembali ke Indonesia. Tapi Vio tidak menyangka bahwa perempuan itu akan kembali bersekolah di sini.
"Vi, ambil meja dekat Rama sama Rezi aja!" Sepertinya Verlin melancarkan aksinya membuat Daffa -sang mantan gebetan- cemburu dengan berdekatan dengan Rama dan Rezi. Di dekat kedua orang itu, ada Farid yang pasti akan mengganggu acara makan mereka, "buruan."
Dengan terpaksa Vio berjalan ke arah Rama dan Rezi, "ngapain lo disini?" Tanya Rama pada Vio.
"Ini kan tempat umum, Onge," Vio duduk di depan mereka berdua.
"Jangan bilang..."
"Apaan?"
"Jangan bilang lo berdua manfaatin kita berdua buat bikin cemburu seseorang," Vio memutar matanya malas meski apa yang dikatakan Rezi tadi benar.
"Kaya ga ada cowo lain aja."
Verlin datang membawa satu soto ayam di tangannya, "buat gue mana?!"
Verlin melirik ke belakang tubuhnya dan menunjuk Farid yang membawakan soto ayam, "tuh!"
Vio tersenyum sumbringah, "wiii..." Perempuan itu menerima soto ayam yang kini sudah diletakan di hadapannya, "lu traktir ye, Rid?"
Alis laki-laki itu dinaik-turunkannya sambil tersenyum, "ENAK AJA!" Pekik Verlin, "GUE YANG BAYAR TAU! AWAS LO GA GANTI."
Vio hanya tertawa, "oya gue lupa Farid kan pelit gitu..."
Farid mengerutkan alisnya, "enak aja!" Ucap laki-laki itu, "nih ya gue bayarin makan lo berdua!" Laki-laki itu meletakan selembar uang dua puluh ribu di meja Vio karna tak terima.
"Ultah lo bang?" Tanya Rama pada Farid yang kini berapi-api, "gue sama Rezinya jugalah..."
Rama mengerutkan alisnya, "enak aja lu!"
"Farid!"
Farid menoleh pada sumber suara di tengah kantin yang memanggil namanya, "eh?"
"Sini deh!" Panggil suara itu lembut pada Farid yang kini menganga tak percaya.
"Nayya?" Farid berjalan ke arah meja perempuan itu yang juga terdapat Reagan, Steven, dan juga Dafa, "lo sekolah disini lagi?"
Laki-laki itu hendak memeluk Canayya, "eits," jedanya, "ga usah peluk-peluk Nayya," titah Reagan pada Farid yang hendak memeluk Canayya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVIE
Teen FictionGimana kalau hati Vio sebenarnya milih Reagan? Tapi saat Vio milih Reagan, Reagan malah milih yang lain. Dan saat Reagan dan Viola udah sama-sama, datang orang ketiga yang sesungguhnya tidak benar-benar mencintai Viola tapi hanya bersembunyi di bali...