Author POV's
"Cie yang kemaren berduaan sama Gunthur,"
"Loh Ram lo tau dari mana?"
"Ya tau lah gua juga dateng kesana kali,"
"Ih kok lo gak nyamperin gua sih,"
"Ogah yang ada jadi nyamuk gua,"
"Yaelah," kata Aletha sambil memutar bola matanya.
Hari ini mulai diadakan pembelajaran tapi tetap saja ada guru yang tidak masuk.
"Eh ta, mau kantin gak?"
"Kuy lah,"
Mereka sampai di destinasi yang mereka tuju, kantin. Disaat jam pelajaran saja masih lumayan ramai, ada yang hanya duduk sambil mengobrol, makan, minum. Aletha kira akan sepi tapi ternyata tidak.
"Lo mau pesen apa?"
"Bakso sama jus alpukat aja,"
"Oke,"
Ponsel Aletha bergetar tanda ada notifikasi masuk. Ada satu pesan dari nomor yang ia tidak tau siapa itu.
Al gue pengen ketemu
Satu kalimat yang singkat tapi membuat kerja jantungnya tidak karuan. Tanpa diberitahu pun ia sudah tau dan yakin kalau jordan yang mengirimkan pesan itu via sms. Karena hanya Jordan yang memanggilnya dengan panggilan 'Al'.
"Woy ngelamun ae lu itu makan baksonya ntar dingin gak enak loh. Lu kenapa deh jadi ngelamun gitu?"
"Eh sejak kapan lo disini?"
"Sejak lo ngelamun tadi,"
"Eh maaf gua jadi sering ngelamun. Oh iya makasih ya udah dipesenin,"
"Iya sama - sama,"
Aletha : Yaudah nanti ketemu di taman deket SMP dulu.
Tidak sampai beberapa menit pesannya dibales.
Jordan : Oke. Sampai ketemu :)
*****
Aletha berjalan di koridor kelas 12. Rencananya sih mau bertemu Arsena ingin memberitahunya kalau Aletha akan pulang sendiri. Bukan pulang kerumah dulu tapi.
"Eh lo!" Aletha celingak celinguk. Sepertinya ada yang memanggilnya tapi tidak ada wujudnya.
"Woy gua dibelakang!"
"Ke--kenapa ya kak?" Aletha kaget ada sekitar tiga orang perempuan dengan seragam SMA dikecilkan makeup nya menor sekali.
"Lo tuh ngapain hah lewat sini? Berani banget," kata salah satu orang yang berdiri disamping. Menurut pendapat Aletha mereka se-geng.
Ini orang dandan beneran kayak ondel ondel. Mungkin yang dimaksud Arsen orang kayak gini kali ya.
"Malah diem lagi, punya mulut gak?" kata yang satu lagi.
"Pu--punya kak,"
"Yaudah ngapain lo kesini hah,"
"Cindy ngapain lo gangguin adek gua,"
Perempuan yang dipanggil Cindy itu langsung diam tidak bergeming. Mata nya langsung terbelalak seperti ingin keluar saat mendengar kata 'adik' dari kalimat Arsena barusan.
"I--itu sen nanya namanya siapa,"
Aletha memutarkan bola matanya. Kalau ia sedang kesal nih bakal dia laporin apa aja yang dia omongin tadi. Aletha hanya tersenyum menang dalam hatinya.
Kali kali ada untungnya juga punya kakak ehe.
"Bohong lu. Itu adek gua ampe gitu banget mukanya. Awas lu ya ganggu dia bakal dapet hadiah dari gua," Arsena berjalan mendekati Aletha dan menunjukan kepalan tangannya dan menarik Aletha untuk segera pergi dari tempat itu.
"Lo gak apa - apa kan? Gak diapa - apain kan?" arsena mulai melihat adiknya dari atas sampai bawah dengan muka cemas.
Aletha hanya tersenyum hangat dan menggeleng. Ia tau seberapa paniknya Arsena dengan kejadian tadi.
"Eh iya kak gua mau ke taman deket SMP yang dulu,"
"Yaudah gua anterin aja nanti lu kenapa - napa lagi,"
Dan sekali lagi Aletha hanya tersenyum.
****
Aletha berjalan dengan gugup. Ia takut Jordan ingin bertemu dengannya hanya untuk mengajak nya balikan. Karena terakhir kali ia bertemu dengan Jordan, anak itu hanya memintanya untuk kembali.
Aletha berjalan sampai di sebuah bangku yang punya banyak sejarah disana. Ditempat itu mereka jadian, dan ditempat itu juga mereka mengakhiri semuanya. Dari belakang sudah ada seorang laki laki sedang duduk dan tampaknya gusar.
"Hai? Maaf ya lama,"
"Iya gapapa kok,"
"Jadi mau ngomong apa," aletha melihat raut muka orang dihadapannya ini semakin gugup. Dan sekaligus itu membuatnya tambah bingung dengan anak ini.
"Al,"
"Iya?"
"Hhm.. gua.."
"Lo kenapa?"
"Gua kangen lo al. Gua pengen kita kayak dulu,"
Aletha menelan ludahnya, tenggorokan-nya sudah sangat kering. Rasanya ingin menangis sejadi jadinya. Tapi yang bisa ia lakukan hanyalah menangis dalam hati. Air mata itu tidak mau keluar didepan laki - laki ini. Entah kenapa. Aletha menarik nafas, berusaha sebisa mungkin dan senormal mungkin untuk mengeluarkan jawaban.
"Kita bisa jadi temen kan?"
"Tapi gua pengennya jadi pacar lo Aletha bukan sekedar temen yang deket gitu aja,"
"Cinta itu kayak novel Jor, lo baca buku itu berkali kali juga akan sama endingnya. Tapi kalo kita temenan kita bisa jauh lebih deket kok,"
"Jadi lo gak mau?"
"Bukan gak mau. Kalau pun kita jodoh, kita bakal ketemu lagi kok. Tenang aja. Jalanin aja dulu. Let it flow."
"Iya oke, gua ngerti kok. Maaf ya kalo gua cuma buang buang waktu lu buat kesini,"
"Gakpapa kali justru gua juga pengen ketemu sama lo. Emangnya gaboleh ya kangen sama mantan?" Aletha hanya tersenyum miris dan memandang kearah lain.
"Lo masih sama ya kayak dulu. Tapi sekarang tambah cantik aja,"
"Ah lo bisa aja. Gua balik duluan ya? Mau ada acara lagi," ia berbohong. Karena semakin lama Aletha disana yang ada rasa sakit itu akan terus muncul dan menyayat hatinya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Siluet Langit Violet
Ficção AdolescenteAku pikir tadinya perasaan itu tidak ada. Tapi ini, malah menjadi cinta.