Namaku reinna. Gadis 17 tahun berwajah polos dengan rambut pirang ikal kesayanganku. Dua bersaudara dengan adik perempuan ku yang berumur 15 tahun bernama arika.
Teman-temanku menganggapku cewe polos yang belum ngerti yang namanya pacaran. Gak ngerti apa itu perhatian, cemburu, galau dan sebagainya.
Sebenarnya iya juga sih, tak pernah terlintas dipikiranku tentang memiliki seorang pacar. Yang kumengerti dalam hidupku hanya keluarga, sahabat dan teman-temanku. Walaupun aku dianggap cewe yang doyan mandangin orang ganteng,yaa itu cuma sekedar kagum aja. Bukan berarti aku punya rasa sayang atau sebagainya sama dia. Rasanya adem banget kalau mandangin cowo ganteng
Tapi semua itu udah berubah karna kamu,jo. Kamu yang rubah semua prinsip aku buat prioritasin temen daripada cari pacar. Kamu yang rubah aku jadi cewe yang takut buat punya rasa sama yang lain. Kamu yang rubah aku jadi seperti sekarang
Aku ingat pagi itu aku ke sekolahan bareng sahabat sehidup semati aku--luna-- masuk lewat gerbang depan sekolah yang nyaris ditutup karena bel sudah berbunyi. Entah itu sebuah keberuntungan atau memang takdir berkata kami tidak akan telat meskipun macet dan telat bangun. Aku bangga akan hal itu.
Kulewati semua murid yang bergegas lari menuju kelas sementara aku dan luna berjalan santai sambil mentertawakan hal hal bodoh yang terjadi disekitar.
Kelas sudah ramai namun guru belum masuk. Kabar burung disekitar mengatakan kalau hari ini belum dimulai belajar karena hari pertama ditahun ajaran ini. Rasanya surga dunia bagiku. Aku cinta pada kelas tanpa guru.
"Ada anak barulo" kata salah seorang teman dekatku --darma--. "Yg duduk disebelah lo itu?" Tanya ku padanya. "Iya, joseph. Lo pernah suka kan?" jawab darma yang membuatku lemas terbodoh memandangi tasnya yang terletak rapi diatas bangkunya
Terlintas kembali di otakku kalau dia pernah menjadi salah satu cowo ganteng yang doyan aku pandangin sepulang les di masa smp. Yap sebenarnya dia teman sekolahnya jessie. Dia ganteng. Aku sering mengikutinya,memandanginya dan mencari tahu tentangnya. Tapi itu sudah lama, sekitar 3 tahun lalu.
Yang aku tau, dia memang satu sekolah denganku, namun kelas kami berjauhan. Berhubung sekolahku yang cukup luas dan rumit, kemungkinan bertemu juga tidak terlalu besar. Perlahan rasa kagumku padanya berganti dengan cowo lainnya yang lebih mudah kutemui.
Aku memang pernah menceritakan pada darma soal joseph karna aku tau darma pernah sekelas dengan joseph saat dikelas X.aku menceritakan tentang perasaan kagumku. Namun mulut harimau dan super ember luna membubuhi ceritaku dengan beberapa momen yang membuat hal itu terdengar seperti aku jatuh cinta padanya. memang yang diceritakan luna bukanlah hal yang salah, tapi entahlah.
Mulai dari situ darma sering mengejekku. Aku tak begitu perduli, toh itu hanya masa lalu. biarlah masa lalu tetap menjadi masa lalu
"Oy" luna mendorong bahuku, menyadarkanku dari lamunan sambil memandangi tas joseph--si anak baru-- yang masih belum bisa kusangka kalau dia sekarang teman sekelasku.
"Ha? Ya? Apa? Oh joseph" kataku bingung sendiri
Aku keluar, duduk di bangku depan kelas memandangi sekitar. Tak terlihat batang hidung si anak baru. Aku mencarinya? Ohtidak
Bukan, jujur saja aku hanya kagum. Ya sungguh
Luna menghampiri dan ikut duduk disebelahku, terbodoh dan terdiam. "Gue yakin dia gak akan betah dikelas kita" kataku pada luna yang sibuk dengan hpnya. "Siapa? Josep? Kenapa?" Tanya luna
"Aku tau dia anak nakal, malas, suka ngerokok, taunya hepi aja" jawabku. "Lo yang paling tau. Liat aja nnti" Balas luna singkat membuatku diam.
bukan aku yang paling tau. bukan
Kudapati diujung sana, badan tinggi menjulang dengan seragamnya yang mulai berantakan dan kupastikan itu dia. meskipun jarang bertemu, aku hafal caranya berjalan yang sedikit membungkuk dan aku dapat mengenali postur tubuhnya meskipun dari jauh. Aku hanya diam duduk didepan kelas berharap dia juga ikut duduk sebab ac didalam kelas belum menyala dan pastinya didalam cukup panas.
Semakin lama dia semakin dekat, harapanku semakin tinggi karna dia mulai melirik kearahku. Dia berjalan lurus dan membuka pintu kelas.
Dia masuk.
Tak kunjung keluar.
Harapanku musnah
"Gue masuk deh" kataku pada luna yang masih asik dengan hpnya dan kuyakin dia masih mencari tahu tentang mantan pacarnya yang sekarang sedang dekat dengan cewe lain. Free pukpuk buat luna
"Ikut" kata luna "ooooooohhh itu yang namanya josep" bisik luna ditelingaku ketika masuk dan mendapati si tinggi itu dibelakang sana.
Aku tak menjawab luna. Aku duduk dan mengambil headsetku didalam laci mejaku mencoba tidak memperdulikan sekitar.Sesekali aku melirik kebelakang, berakting dengan mengajak darma--teman sebangkunya-- berbicara. Namun dia hanya sibuk dengan hpnya saja. Aku rasa dia memiliki banyak gebetan yang harus dibalas chatnya. aku tau dia pernah dekat dengan teman sekelasku dulu, mereka sering berbalasan chat hingga tengah malam, bahkan sampai pagi. apa mereka masih dekat hingga sekarang ini?
tak lama setelah itu, dia kembali keluar. kupastikan dia ke kelas lamanya dulu menemui temna-teman dekat ya mungkin bisa dikatakan teman se-geng-nya. aku tau kalau dia memang tak akan betah dikelas ini. "Dar, dia ngapain aja tdi? Liatin hp terus" tanyaku pada darma kepo. "Eeeee nanyak nanyak" ejek darma. Luna datang menghampiri dan duduk dibangku josep, mengusap tasnya seolah-olah ingin membuatku cemburu. Aku biasa saja. Serius.
"Bau rokok" kata luna. "Iya ngerokok dia" jawab darma yang duduk tepat disebelah luna. "Gue tau" kataku. "Cieee tauu" ejek luna dan darma serempak
Dasar idiot. Kuarahkan wajah kesalku pada mereka berdua. berpura-pura marah meskipun aku tau mereka tak akan perduli
Tawa lepas keluar dari mulut darma layaknya pemenang yang bangga akan kemenangannya dan akulah lawannya yang berhasil dikalahkan.
sebenarnya dia lebih mirip orang stress. sungguh.
"Udah ga waras lo?" Tanyaku pada darma
"Lo yang ga waras. Yakan beb?" Darma mengarahkan pandangannya ke luna yang terus menyandarkan kepalanya diatas tas joseph
Mereka memang idiot. Ya sungguh. Aku tak berbohong
"Iya beb. Aku belain kamu kok" jawab luna sambil tersenyum bodoh
Jelaskan? Mereka temanteman idiotku.