Part 2

61 4 4
                                    

                 

Rasanya semangat belajarku mulai muncul.

Tidak juga sih.

Sebenarnya aku semangat kesekolah, karna sekarang aku sekelas dengan joseph. Aku sedang bermimpi kan? Masih belum bisa kusangka aku sekelas dengannya
"Astaga sadar rein, sadar. Lo cuma kagum". Gumamku dalam hati sambil mencorat-coret kertas kecil diatas mejaku

"Ya, kelompoknya bebas ya. Terserah. Bapak cuma mau minggu depan semua bawa bahannya" jelas bapak guru biologi didepan kelas

Kudengar kata kelompok. Aku tersadar dan berharap kelompokku adalah.. Ah sudah. Aku tak boleh berharap terlalu banyak. Aku tau betapa sakitnya berharap terlalu tinggi lalu kecewa.

"Satu kelompok 6 orang. Harus ada cewek dan cowoknya" tambah bapak guru lagi

Oke peluang makin besar. Keinginanku sekelompok dengannya semakin besar. Astaga. Harusnya aku tak perlu berharap setinggi ini. Kecil kemungkinan dia mau sekelompok denganku.
Luna melihatku menandakan kami pasti sekelompok. Itu selalu terjadi kalau membuat kelompok dan bebas memilih anggota. Aku dan luna selalu sama.

Aku dan luna serempak berbalik badan memandang via dan gladis dengan pandangan yang berarti "kita sekelompok"

Alis mata via bermain seolah menjawab kalau dia setuju. Masalah sekarang adalah, siapa cowok yang akan sekelompok dengan kami?

Jantungku berdegup penuh harap.kali ini aku sungguh berharap bisa sekelompok dengannya. Oke awalnya memang kagum. Tak pernah berkeinginan untuk bisa dekat. Tapi sekarang kami teman sekelas. Apa salah kalau aku ingin dekat dengannya? Hanya sebatas teman. Ya teman sekelas. Tak lebih.

"Ajak darma sama joseph?" Tanya gladis. Luna menyenggol bahuku sambil menggoda "wiihh reinna menang banyak"

Secepat kilat gladis berbalik badan "darmaaaa....."panggilnya yang sebenarnya menjijikkan namun sudah biasa kalau itu gladis.

"Mmm?" Balas darma namun tak memalingkan wajahnya dari soal yang mungkin belum bisa dipecahkannya. Aku yakin otakku pasti hangus terbakar kalau aku terus menjawab soal seperti yang dilakukan darma

"Biologi sekelompok yuukk?" Ajak gladis "josep jugaa"

"Cemana sep?" Tanya darma pada josep. Rasanya aku ingin keluar dari kelas berusaha agar tak mendengar jawabannya. Tak sanggup kalau ternyata aku tak bisa sekelompok. Berlebihan. Memang. Tapi aku benar-benar ingin.

"Gaktau" jawab josep singkat

Aku kesal. Sungguh. Kutarik nafas panjang.

"Yaudala kan masih banyak yang lain" kataku keras berusaha agar dia mendengarnya

Dasar bodoh. Gumamku dalam hati. Kenapa aku terdengar begitu kesal? Jangan begitu terlihat rein. Tahan.

Gladis mengembalikan pandangannya kearahku dan luna. "Yaudalah nanti la itu" kata via tenang kemudian keluar karena bel istirahat sudah terdengar

Aku mencoba tak memikirkan soal itu.
Sebegitunya kah dia? Hanya kelompok belajar. Dan dia tak mau sekelompok denganku?
Hhh, aku bisa gila. Aku kesal sendiri tak karuan. Harusnya tadi aku melarang gladis mengajaknya juga. Tapi aahhh
Hingga akhrinya saat pulang sekolah tiba, darma menghampiriku dan luna yang tengah berjalan menuju gerbang sekolah "beb" panggilnya

"Iuh alay" kataku jengkel karena sesungguhnya memang alay mendengar dua manusia didekatku ini berlaga mesra namun menjijikkan bagiku

"Apa?" Tanya luna

"Biologi sama ya. Josep juga" jawab darma seketika membuatku senang tak karuan. Namun kutahan. Mencoba terlihat biasa saja tapi tersenyum senang.

"Senang lah senang" jawab darma yang mungkin mengerti arti senyumku. Malu. Tapi ah sudahlah darma pasti mengerti. Akhirnya untuk pertamakalinya harapanku terkabul.
Lebay ya
Tapi jujur. Aku senang bisa sekelompok dengannya. Setidaknya aku sudah maju satu langkah dari ciwai ciwai lainnya.
Rasanya ingin tertawa bangga. Bangga karena bisa sekelompok dengannya? Aku mulai kehilangan sisi warasku

Tibalah hari dimana kerja kelompok berlangsung. Yap. Praktek menanam kacang tanah. Pakbiologi bilang kami akan buat skripsi.

Omg pak. Anak sma nih

Kami mengambil lokasi tak jauh dari pintu kelas. Sesekali aku mengajaknya berbicara dengan menyuruhnya melakukan sesuatu. Namun dia tak menjawab. Dia masih seperti anak baru yang belum mengenal siapasiapa dan canggung berbicara. Tapi aku suka

Astaga

Hanya berbicara padaku saja dia tak mau?
Apa yang salah dengannya? Apa yang salah denganku?

Selesailah menanam kacang tanah yang tak seberapa ini.
Usahaku untuk bisa dekat dengannya belum berjalan baik. Tapi karena tugas kelompok ini akan berjalan lama, kuyakin masih banyak kesempatan lainnya. Ya semangat reinna.

"Bikin laporannya gimana?" Tanya luna sambil membersihkan tangannya dan mengambil barang-barang praktek yang masih berantakan.

"Biasalah. Di markas. Rumah reinna" jawab darma tenang sambil memainkan alisnya kearahku

Yap rumahku. Joseph harus ikut. Ya oke. Rasa senang mengelilingiku sekarang. Apa sekarang aku bisa maju 2 langkah untuk bisa lebih dekat dengan joseph?
Kenapa tibatiba rasanya aku seperti tergila-gila padanya?
Ini mulai di luar kendali. Sungguh

"Yaudah" balasku singkat berpura-pura terlihat biasa saja. Ini menyiksa.

F�7����

JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang