[2]

201 9 2
                                    

"Mau gue? Cuma nyiksa lo aja, iya nggak?" Anne Della menepukkan kedua tangannya, dengan seketika kedua dayang terkutuknya pun datang. Nama mereka Maya dan Lia.

"Ada apa An?" Ucap Maya.

"Si aneh, biasa lah." Ujar Anne seraya menampar pipi kiri ku. Merah, pipi ku sekarang merah yang pastinya menyisakan bekas biru memar. Mahasiswa yang ada di sini pun ikut mendukung Anne, mereka menyorak kan ku, melempar gumpalan kertas. Bagiku ini adalah hal biasa, diperlakukan seperti ini adalah hal biasa. Bahkan, biasanya aku diperlakukan lebih buruk dari pada ini, rambut ku dijambak, dan sebagainya.

"Oh dia, apa kabar lo sama temen halus lo itu?" Ejek Maya kepada ku.

"Mau kalian apa sih? Gue salah apa coba sama kalian?" Tanyaku menunduk sembari meneteskan bulir-bulir air dari pelupuk mataku.

"Salah lo? Lo itu aneh! Ga bakal ada yang percaya sama lo! Kata kata lo itu bullshit semua! Kalo bullshit nenek gue juga bisa, ya ngga guys?" ujar Anne si wanita jalang.

"Iya bener," tambah Maya dan Lia.

"Ta- Tapikan gu- gue begini ngga nge- rugiin ka-lian juga, hiks." Lontarku pada mereka.

"Ga ngerugiin? Ya ngerugiin kita banget lah cewek gila! Adaaaaa aja yang lo buat! Nyari perhatian guru lah katanya indigo! Bullshit itu semua bullshit b*bi!" Gertak mereka kepada ku. Aku bisa apa, aku hanya terdiam menunduk sambil menarik lendir di hidungku berkali-kali.

Lia menghampiri ku lalu menarik rambut sebahuku dengan sangat keras, hingga sebagiannya rontok. Lalu mengobrak-abrik isi dalam tas jinjing ku dengan mengeluarkan seluruh isi di dalamnya.

Aku berlari kecil menghampiri tas ku, dengan cepat aku memasukkan kembali isinya ke dalam, sesekali aku menyeka air mataku agar tidak mengalir lebih banyak.

"Cuk- Cukup Anne, Maya, Lia, udah hiks, udah cukup kalian ngebully aku, aku udah ga ku- ga kuat lagi hiks diperlakuin sama kalian kayak gini,"

"Oo jadi princess Alin udah nggak kuat ya? Umumu," Bukannya menghentikan perbuatannya, Anne malah mencubit kedua pipiku dengan sangat keras.

"Anne, hiks. Udah Anne, aku malu Anne." Pintaku pada iblis tersebut.

"Malu? Yaudah ke WC aja ayo!" Ujarnya lalu menarik diriku secara paksa menuju wc yang cukup jauh dari ruang kelas.

Di koridor, mereka-mahasiswa yang lain- menertawakan ku dengan keras. Sesudah ini, muka ku akan di taruh di mana lagi. Aku malu, aku tak berani untuk melawan Anne, aku sangat lemah. Alin, kau sangat lemah! Kau sekarang hanya bisa meneteskan air mata saja! Lawan ia!

Kini aku dengan Anne,Maya, dan tentu saja Lia telah berada di WC.

"Kalo di sini nggak malu kan? Kan ngga ada siapa-siapa." Anne menekan kedua pipiku dengan satu tangan, sangat keras sehingga membuat bibir ku seperti ikan.

"Hiks.. hikss" Tangisan ku tak dapat untuk meluluhkan hati batu nya.

"Loh kenapa nangis? Alin Halderman yang katanya indigo, bisa liat makhluk gaib, tapi kenapa ngga ada satu pun temen gaib lo yang bantu? Hah? Bullshit semua!" Gertak Lia yang tak kalah sadisnya dengan Anne.

"Yayoyiiaa. Lu apain Alin b*ngsat!?" Teriak om cowboy tanpa memunculkan sosoknya.

"Siapa lo hah?! Berani lo sama kita? Sini kalo emang lo ada lawan kita k*parat!" Tantang Anne, dia melepas tangannya dari pipiku.

Anne mengaitkan tangan kanannya pada pinggangnya, bergaya seperti preman pasar. Ia benar-benar berani.

Bug

psikopatxx-slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang