Part 4

42 2 15
                                    

Angin sore dengan matahari cerah menerpa rambut pirang kesayangan ku. Kubuka pintu pagar rumah karena kutau darma,via,luna dan joseph akan datang untuk kerja kelompok.

Mereka disini. Tapi joseph tak terlihat sama sekali.
Apa dia tak akan datang? Kenapa dia tak mau datang? Dia kemana?
Pertanyaan demi pertanyaan mengelilingi seluruh otakku masuk melalui neuron-neuron namun tak bisa kukatakan semuanya.
"Kayaknya ada yang kurang" kataku sembari mendorong pintu pagar yang cukup berat bagiku
"Joseph aja yang ada diotak lo" kata luna sambil menghidupkan sepeda motornya dan bergegas memarkirkannya didalam merasa seperti rumah ini adalah rumahnya juga. Tanpa segan, tanpa malu, tanpa izin.  "Tadi dia ngeline gue katanya mau datang"

Kenapa dia harus ngeline luna? Knapa gak langsung ke aku? apa bedanya?  sebegitu burukkah aku dipandanhannya sampai menghubungiku saja dia tidak mau. Dasar sok jual mahal.

Kami duduk di teras rumah. Kupandangi sekitar berharap joseph segera datang. Cukup datang saja sudah membuatku senang. Sungguh. Berharap lebih dengan beberapa percakapan kecil denganmu sih. Tapi tidak, datang dan bisa melihatmu saja sudah cukup bagiku.
Luna dan darma sibuk dengan laptopnya masing-masing. "Kita ngapain vi?" Tanyaku sambil tertawa kecil
"Doa aja lah ya" kata via "belik makan yok"
"Haa yaudah kita beli makanan aja" bergegas aku dan via pergi mencari makanan sebagai cemilan sembari mengerjakan tugas.
Yah sebenarnya penuh harap jumpa joseph dijalan. Entah mengapa setiap pekerjaan yang kulakukan,ada harapan kecil itu akan bersangkutan denganmu. Maaf.

Maaf karena terlalu berharap, dan maaf karna harapan itu selalu tentangmu.
Kalaupun tidak bertemu,ya sudahlah.
Kuambil beberapa cemilan kesukaan ku. Dan beberapa permen kesukaanku juga.
Begitu sampai kembali dirumahku, sosok yang sedari tadi kutunggu akhirnya muncul.
Dia datang. Akhirnya. Seperti penantian yang teramat panjang dan berbuah manis
Seketika senyum kecil keluar dari bibirku tanpa kusadari sepenuhnya.
Dia yang masih mengenakan baju sekolahnya bergolek santai dengan headset yang kuyakin itu bukan miliknya.
Sudah aku duga dia memang tidak membantu. Tapi kehadirannya sungguh kutunggu. Entah kenapa
Sesekali dia meminjam notebook luna yang sejenak nganggur, sebenarnya aku tahu apa yang dilakukannya. Namun aku hanya diam
Luna,darma dan gladys sibuk mengerjakan tugas. Kemudian joseph malah ingin pergi

Jangan plis. Disini aja. Harapan demi harapan berkecamuk didalam hatiku agar dia tetap disini. 

"Bntar ya" kata joseph sambil merapikan bajunya yang sedikit berantakan "nanti balek"
"Udah pahit mulutnya sep?" Ejek darma
Joseph tak memperdulikannya dan langsung pergi

Dasar perokok. Jangan ngerokok terus. Aku ga suka cowo perokok.

Kamu perokok, tapi aku suka?

Omg rein,gausa perduliin dia

Tapi sulit
Ah sudahlah

Semakin aku mencoba untuk tidak peduli, semakin aku peduli.

Satu persatu cemilan masuk kedalam mulutku sambil memperhatikan jalanan luar berharap dia cepat kembali.
"Bantuin la ren, makan aja kerja lo" kata luna mulai jengkel
"Gue kan bantu doa"

Harapan terus bermunculan tiap kali kudengar suara motor dari arah luar. Cukup lama bagiku menunggu. Dan akhirnya kamu kembali.

kamu terus berbicara dan bercanda dengan yang lainnya. tetapi kenapa tidak dengan aku? aku juga ingin merasakan apa yang mereka rasakan. tapi entah mengapa sulit mencari pembicaraan yang cocok dengamu. tiap kali aku mencoba berbicara, yang kudapat hanyalah jawaban singkat jelas padat. 

hingga akhirnya kamu mulai membicarakan tentang crush mu, sang adik kelas yang menurutku gatal dan tidak cocok dengan kamu --rasty--

Aku tau tentang kamu dan dia,  sedekat apa dan sesering apa kalian berbalas pesan.  Maaf karna aku begitu ingin tau, tapi sungguh aku tak bisa menahan rasa penasaranku tentangmu. Aku selalu mencari hal-hal yang belum aku ketahui.  Meskipun terkadang tak sesuai dengan keinginanku, setidaknya aku tau.

Aku lebih memilih tau tapi sakit, dibandingkan menjadi bodoh dan tidak tau apapun.

"iya dia sampe ngirimin gue vn"

Terngiang berkalikali katakata yang kamu ucapkan saat itu.  Entah kenapa sakit rasanya. 
Entah sakit karena mengetahui kamu begitu dekat dengan dia atau sakit karena aku menyadari aku tak akan sedekat itu dengan kamu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang