I Still Love Y

728 65 1
                                    

—震えた気がして電話を見て 気のせいだとがっかりしたりもして

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—震えた気がして電話を見て 気のせいだとがっかりしたりもして

次はいつになるとあえるかな 思い続ける—

I look at the phone, thinking it had vibrated

I realize it was just my imagination and I feel let down

I keep wondering

when we will be able to meet next time

.

.

.

[I Still Love Y]

.

.

.

Musim panas identik dengan terik matahari yang sangat menyiksa kulit, suara serangga yang berderik mengisi kesunyian jalan dan orang-orang yang memilih berlindung di tempat teduh namun pemuda itu malah sibuk dengan bunga matahari di ladang kecil miliknya dan tidak peduli kulit putihnya yang memerah terbakar matahari.

"Jaejoong-kun!"

Pemuda itu mengangkat kepala dan tersenyum ke arah pelanggan yang memanggilnya di depan pagar. Ia berdiri lalu menepuk lututnya sebelum berlari kecil ke arah pelanggan itu.

"Ah, siang, Bibi An,"Jaejoong tersenyum lebar sembari membuka pintu pembatas kebunnya.

"Ara ara, wajahmu terkena tanah lho." Bibi An menunjuk wajah Jaejoong sambil tertawa kecil.

"Ah?" Jaejoong mengusap wajahnya dengan sarung tangan yang dikenakannya, ia lupa kalau sarung tangannya itu penuh dengan tanah. Sang Bibi tertawa ketika melihat ekspresi terkejut Jaejoong ketika Jaejoong sadar kalau wajahnya semakin kotor.

"Uh, aku mau cuci muka dulu. Ah, Bibi mau bunga yang biasa kan?"

Bibi An tersenyum dan mengangguk, Jaejoong tersenyum kecil sebelum beranjak masuk ke dalam tokonya.

Udara sejuk dari pendingin ruangan langsung menyapanya ketika ia membuka pintu depan. Aroma segar dari bunga yang tersusun rapi membuat senyumnya semakin lebar. Ia menghampiri wastafel di ujung ruangan, ia tersenyum geli melihat wajahnya yang penuh dengan tanah, ia lalu melepas sarung tangannya dan mencuci wajahnya. Ia menggapai handuk di samping wastafel dan tak sengaja menatap ponselnya yang bergetar di atas meja. Dengan senyum lebar dan tatapan berharap ia menggapai ponselnya namun senyuman dan tatapan itu hilang ketika tidak ada notifikasi apapun di ponselnya.

"Ternyata hanya perasaanku saja," menghela nafas Jaejoong kembali menaruh ponselnya.

Ia meraih gunting tanaman dan berjalan riang ke etalase bunga. Sesekali menatap ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu kembali menghela nafas. Ia membungkus bunga itu lalu mengikatnya dengan pita merah. Sekali lagi menatap ponselnya sebelum keluar toko.

"Bibi." Jaejoong mendekati Bibi An lalu menyerahkan pesanannya.

Bibi An menghirup aroma bunga pesanannya, "Segar seperti biasanya."

Jaejoong tertawa kecil mendengarnya. Bibi menatap kebun kecil di samping toko Jaejoong.

"Himawari..."

Jaejoong refleks menatap kebunnya lalu kembali menatap Bibi An yang menatap kebun itu sembari memegang pipinya, "Sudah 3 kali musim panas yang terlewati semenjak aku melihatmu merawat kebun itu dengannya."

Jaejoong tersenyum kecil mengingatnya, "Sudah 3 tahun ya..."

"Kapan dia kembali?"

Jaejoong terdiam lalu mengangkat pundaknya, "Entahlah."

"Kau tidak takut jika dia," Bibi An terdiam ketika melihat senyum kecil di wajah Jaejoong, "Ah, kau sangat mempercayainya ya."

Jaejoong tertawa kecil, "Aku mencintainya dan dia mencintaiku, aku yakin hal itu karena itu aku tak pernah khawatir ataupun takut. Dan aku percaya dia akan kembali."

Bibi An tersenyum mendengar ucapan Jaejoong yang penuh keyakinan.

"Semoga dia cepat kembali ke sisimu." Bibi An menyerahkan uang untuk membayar pesanannya ke Jaejoong.

"Aku pun berharap seperti itu."

Bibi An tersenyum lalu pamit pulang, Jaejoong tersenyum lebar membalas senyumannya sebelum kembali berbalik dan sibuk dengan kebun kecilnya. Bibi An mengamati bunga yang dibelinya dari Jaejoong, teringat kembali ketika 4 tahun lalu dia muncul dan menjadi bagian dari hidup Jaejoong, senyuman lebar Jaejoong yang terlihat sangat manis benar-benar menjadi obat hati bagi Bibi An, namun ketika hari ke pergiannya, walau tetap tersenyum, jelas terlihat kesedihan di wajah Jaejoong. Ah, Bibi An benar-benar merindukan senyuman manis Jaejoong, ia benar-benar berharap kalau dia cepat pulang dan kembali membuat Jaejoong tersenyum manis seperti dulu.

Kring Kring

Bunyi bel sepeda dari kejauhan membuat Bibi An berjalan lebih ke samping untuk menghindari laju sepeda.

"Bibi An!" Pengendara sepeda itu memanggilnya dari kejauhan. Bibi An terdiam mencoba mengamati pengendara sepeda itu. Sang pengendara sepeda semakin mendekatinya dan Bibi An akhirnya sadar siapa itu dan tak bisa menyembunyikan senyumannya.

Sang pengendara sepeda hanya melambaikan tangan dan tersenyum lebar ketika melewati Bibi An, tak ada niat sedikit 'pun untuk mengurangi kecepatan sepedanya dan Bibi An mengerti mengapa.

Dia hanya ingin cepat kembali ke pelukan orang yang dirindukannya.

Bibi An sekilas tersenyum ketika mendengar pekikan Jaejoong. Ah, doanya terkabul.

"Hari ini sangat indah, ne, Jaejoong-kun."

.END.

Himawari : Bunga Matahari

I Still Love YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang