Radhinka

1.8K 113 6
                                    

Sore ini hujan tampak menangis meraung-raung. Marah diiringi teriakan-teriakan petir. Kilatan cahaya putih saling beradu seakan takut kalah dengan kilatan cahaya yang lain. Hawa dingin mulai menyapa indra peraba.

Beauty queen of only eighteen
She had some trouble with herself
He was always there to help her
She always belonged to someone else

Arinka sedang berdiri di lobby dengan kepala yang menunduk. Mungkin dengan menatap ke bawah akan lebih baik daripada menegakkan kepala lalu menatap ke depan. Kilatan petir semakin menjadi, membuat Arinka semakin menundukkan kepalanya lebih dalam.

Lelaki itu -Radhian- menghampiri Arinka, apa yang membuat cewek gopeknya betah berdiri di sana? Radhi pura-pura batuk ketika di samping Arinka. Dasar kadal, receh bener. Gak ada manis-manisnya ngedeketin cewek!

"Rinka, ngapain disini? Nunggu reda ya? Bareng sama Mas Radhi pulangnya, mau?"Tanya Radhi sekaligus menawarkan diri untuk mengantar Arinka pulang.

Arinka menjawab dengan malas, "Apa sih, Mas? Ganggu aja deh... udah ah sana."

"Ya Allah, Rinka yang cantik yang manis punyanya Mas Radhi kok jawabnya gitu? Sedih aja dijawab gitu, udah hujan dijawab gitu lagi sama lo, Rin."

Radhi ini laki-laki spesies apa sih?

"Lagi nunggu hujan nya reda, Mas. Hehe."Jawab Rinka sambil tertawa garing.

"Oh sama deh kalo gitu. Jodoh mah gak kemana, ya Rin? Yaudah, nunggunya sama-sama aja."

Bodo, gumam Arinka dalam hati.

Langit mulai berhenti menumpahkan segala tangisnya sore ini. Arinka bersiap untuk pergi dari lobby. Namun, ucapan dari Radhi menahannya untuk tetap tinggal.

Radhi kembali menawarkan mengantar Arinka pulang, "Rinka, lo mau gak pulangnya sama gue aja? Gak baik cewek naik taksi jam segini, udah hampir maghrib juga ini."

"Iya, boleh."Menurut Arinka itu tawaran yang menggiurkan sejak awal Radhi menawarkan tumpangan pulang kepadanya. Rasa gengsi yang membuat Arinka tidak mengiyakan tawaran Radhi sebelumnya. Berapa sih Rin harga gengsi lo? Kalo boleh gue beli, ya gue beli deh.

Akhirnya mereka sampai di depan rumah Arinka, ketika membuka pintu mobil dan telah mengucapkan terima kasih atas tumpangan yang diberikan Radhi, Arinka terdiam sejenak. Radhi yang bingung pun lantas bertanya.

"Loh Rin, kok diem aja? Gamau pisah sama gue ya? Terus gimana, mau ikut pulang ke rumah gue, Rin?"Tanya Radhi bingung dengan kening berkerut.

Arinka kesal mendengar ucapan Radhi, "Lo itu ya, heran gue, Mas. Lo niat gak sih anterin gue pulang? Berhentiin gue yang ada genangan air nya, lo pikir gue bisa turun? Atau lo nyuruh gue lompat dari sini? Udah ah, majuin dikit lagi mobil lo."Arinka merepet menjelaskan kepada Radhi. Arinka selalu merasa kurang stok kesabaran menghadapi Radhi.

"Gak usah pake marah, Rin, bilangnya. Nanti cantiknya hilang loh."Jawab Radhi sabar menghadapi Arinka yang selalu senewen kepadanya.

Setelah mobil Radhi sudah di majukan. Arinka sekali lagi berterima kasih lalu pamit pulang, "Makasih banyak, Mas. Hati-hati."Ucap Arinka sambil menutup pintu mobil.

Antara Kita dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang