"Lo napa sih?" Kea mengabaikan pertanyaan Farel, cewe itu tetap menunduk memandang layar handphonenya yang gelap. "Kea," Farel yang duduk dibelakang Kea yang kini merasa teracuhkan, ia menarik rambut yang bermodel kuncir kuda milik cewek itu.
"Aaw-- sakit, bodoh. Apaan sih lo?" Akhirnya Kea menoleh ke Farel. "Jangan Teriak, ntar Bu Isna marah."
"Biasanya juga, lo bikin marah dia." Farel mendecak, "Ye, itu mah dianya aja yang sensitif."
"Lo kenapa sih? Sok galau, najis." Kea memutar matanya, "Jangan sok peduli sama gue deh, urusin noh cewe lo, si Juni."
Kea tampak berpikir kemudian mengkoreksi ucapannya, "Eh Jeni deh. Eh, Nama pacar lo siapa sih?"
Untuk kesekian kalinya Farel mendecak kesal, "Jena? Bukan pacar gue kali."Kea nyengir kecil, "Nah iya, itu maksud gue. Bukan pacar lo? Kan tadi pagi lo ditembak sama dia."
"Lo nge gosip ya?" Tuduh Farel karna biasanya Kea tak peduli padanya. "Ish, engga. Gue ngga nge gosip, gue liat sendiri."
"Kok gue ngga liat lo?"
"Terus, gue harus lambai-lambai sambil bilang 'Farel, gue ada disini!'. Najis banget." Farel terkekeh, "Ya engga gitu ju--aaw" ringisan Farel diakibatkan spidol yang melayang mengenai kepalanya.
"Farel Mahesa, Keana Fadilla. Keluar sekarang! Berdiri didepan pintu kelas." Teriakan Bu Isna yang memanggil nama Kea dan Farel membuat mereka menuruti perintah Bu Isna.
Kea mendorong Farel sambil berbisik, "Elo sih, ah. Pake manggil-manggil gue."
"Biasa dong." Farel berdiri didepan persis didepan pintu. "Jadi, yang Jena nembak elo, lo tolak?" Kea bertanya dengan berbisik.
"Hah?" Farel yang tak mendengar, balik bertanya. Kea mendengus kesal, Kea bertanya kembali pada Farel kini suaranya dikeraskan sedikit, "Lo nerima Jena?"
"Ngomong gausah dibisik-bisikkin gitu deh. Gue ga denger." Kea menatap Farel kesal, "LO TERIMA SI JENA?" Kini Kea berteriak meluapkan kekesalannya pada cowok disebelahnya. Tepat saat itu, Bu Isna membuka pintu dengan kencang dimana Farel tepat berdiri didepannya.
"Aaw--" untuk kesekian kalinya, Farel meringis kembali. Tapi, kali ini dikarnakan pintu kelasnya mencium kepala milik Farel. "Aduh, gila sakit banget ini mah. Bisa benjol gue." Kea yang berada disebelah kanan Farel, menyikut tangan cowok itu. Mengisyaratkan untuk diam.
"Lagian, kamu tuh ada-ada aja, berdiri didepan pintu."
Masih sambil mengusap-ngusap kepala, yang bagiannya terbentur pintu, Farel mencoba menjawab Bu Isna. "Tapi, ibu kan bilangnya didepan kelas. Ini juga termasuk depan kelas juga loh, bu. Ibu juga ga bilang kalo ga boleh didepan pintu."
Tapi, mau bagaimanapun Farel mencoba agar guru keliatan salah, "Saya memang ga bilang ga boleh didepan pintu, tapi harusnya kamu juga mikir, kalo didepan pintu bisa kejedot." Guru selalu benar.
Lalu, pandangan wanita yang lebih dari seperempat abad ini menuju kearah Kea, "Terus, ini ada apa, tadi kamu teriak-teriak?"
"Eng- gapapa kok bu. Ibu perhatian banget sama saya." Kea tersenyum polos.
Dari arah tangga, Gita berjalan menuju kelasnya. Gita yang satu kelas dengan Kea dan Farel menghampiri Bu Isna dan salim padanya, "Kamu? Kenapa dateng terlambat?"
"Saya, ada rapat osis bu." Jelas Gita diakhiri dengan senyum. "Oh, yaudah kamu masuk sana." Sebelum Gita masuk, Kea sempat melihat Gita mentertawakannya tanpa suara. "Tai lo." Umpat Kea tanpa suara membalas Gita. "Udah kalian berdua, berdiri depan tiang bendera." Selepas itu, Bu Isna kembali masuk ke kelas.
Tak lama, Bagas datang berpapasan dengan Kea dan Farel, Kea sekilas melihat Bagas tersenyum. 'Jangan gitu elah, sama gue Gas. Gue gak perlu senyum lo, basi tau ga? Cuma bisa bikin gue Gamon.' Batin Kea.
Lalu tatapan Kea melepas sosok Bagas, mengalihkan tatapannya pada sepatunya.
"Oh, gue tau penyebab kegalauan akut elo yang sudah terjadi dua minggu ini." Kea memutar matanya, "Bahasa lo apa banget coba. Kegalauan akut?"
"Lo putus sama Bagas?" Kalimat to the point yang baru dilontarkan Farel sangat menohok Kea, membuat cewek itu mengingat kejadian dua minggu yang lalu.
Kea tak menjawab pertanyaan Farel. Ia hanya menjalankan perintah Bu Isna, berdiri didepan tiang bendera, disiang hari yang terik. Cukup membuat Kea menderita, jangan ditambah pertanyaan Farel yang menurutnya sangat berbobot dibandingkan soal Fisika dari Pak Gana.
[.]
A/N :
Cukup sampai disini saja, daku kembali nge-stuck. Farel-Kea moment, wkwkwk. Tinggalkan jejak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Your Hearbeat :: Hiatus
Genç KurguIni tentang Farel Mahesa, yang menyukai Kea. Tapi ini juga tentang Keana Fadilla yang masih menyimpan 'rasa' kepada mantannya. Farel yang mengejar Kea. Dan Kea yang mengejar Bagas. Ini semua rumit bagi Kea. disatu sisi, Ia tak ingin Farel berharap...