PRILLY
Aku berlari mengejar seorang Pria yang sudah berjalan jauh didepanku. "Digo.. Jangan tinggalin aku, Digoooooo.." isakku terus berlari mengejarnya namun Pria yang kukejar tetap berjalan tanpa menoleh kearahku.
"Digoooooo..." teriakku lagi. Air mataku menetes semakin deras.
"CUT," ucap seorang Pria didepan monitor. Aku menghela nafas, akhirnya syuting melelahkan ini berhenti juga.
"Huh," Aku menghela nafas kasar.
"Prill, Lo memang hebat," ucap Mila sahabat sekaligus asistenku memberikan dua jempolnya padaku. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Hari ini ada jadwal apa lagi?" tanyaku membuka tutup botol yang Mila berikan padaku.
"Tidak ada, Lo bisa pulang," jawab Mila mengelap keringat di wajahku.
"Huh, Akhirnya."
***
"APAA????!! Dijodohkan?" pekikku setelah mama dan papa mengucapkan hal yang menjadi pemikirannya akhir-akhir ini.
"BIG NO!" tolakku tegas seakan tidak dapat diganggu gugat hakim manapun. Enak saja? Aku masih muda kali, umurku baru saja 21 tahun. Umurku masih panjang untuk memikirkan pernikahan lagipula aku juga sudah memiliki kekasih yang amat aku cintai.
"Aku tidak mau ma. Aku sudah punya kekasih," elakku, mau ditaruh mana pacarku nanti?
"Putuskan saja, dan menikahlah dengan pilihan mama, mama tidak akan salah pilih, mengerti?" tegas mama membuatku mendengus kesal. Putus? Semudah itu?
"What? Nggak bisa gitu dong Ma. Pokoknya aku nggak mau dijodohin!"
"Papa.." rengekku beralih mendekat kearah papaku.
"Sudahlah terima saja, lagipula Pria pilihan Mama lebih baik dari pada Cakk Cakk itu!" Aku mendengus. Sebal melihat mereka berdua, selalu seenak jidatnya. Lagi pula tidak ada untungnya melawan mereka.
***
"Kenapa lo?" tanya Mila menghampiriku yang sedang tidak ada mood sedikitpun.
"Nggak apa apa," jawabku malas menjawab.
"Udah deh nggak usah bohong, Lo nggak bakat," desak Mila, namun aku masih sama menggeleng. Mila menghela nafas dan beranjak pergi.
"Ya udah terserah, kalo ada apa-apa cerita ke Gue," ucapnya sebelum beranjak, namun aku memegang tangannya.
"Mil.." panggilku lirih.
"Hmm.." dehem Mila kembali duduk disampingku.
"Lo tau?? gue mau dijodohin Mil," rengekku pada Mila. Mila membulatkan matanya namun sedetik kemudian tertawa.
"Hahh? Emang jamannya Siti Nurbaya apa?" tawa Mila membuatku kesal.
"Terus Cakka?" tanyanya menghentikan tawanya. Aku hanya menggeleng.
"Emang sama siapa? Lo udah ketemu?"
"Hmm.. ntar malam gue bakal ketemu kata mama," ucapku.
"Dan lo tau? Gue gak boleh nolak. Gila gak tuh."
"Lo temuin aja dulu, siapa tahu dia 'jauh lebih baik' dari Cakka," ucapnya sengaja menekan kata jauh lebih baik yang membuatku semakin geram. Aku mencubit tangannya.
"Aww!! Siapa tau fakta," ucapnya yang langsung berlari meninggalkanku.
"Anjirr, awasss Lo."
***
ALI
Aku benar-benar heran dengan mama dan kakakku mereka suka sekali mencarikan jodoh untukku, memang mereka pikir aku tidak bisa apa mencari jodoh sendiri. Ckckck!! Kali ini mereka menjalankan ide konyol itu lagi. Benar-benar anak dan ibu tidak jauh beda, tapi kenapa selalu aku yang jadi sasarannya?