Liburan kali ini terasa membosankan bagiku, sudah 2 minggu aku di rumah terus, paling keluar rumah menyusul Dante dan Mamah di Taman kanak-kanak 100, meter dari Apartemen, atau diperintah Mamah membeli barang kebutuhan di mini market.
Hingga suatu hari aku di ajak Papah pergi ke Studio foto di Jakarta, Pagi hari pukul 8, aku dan Papah pergi ke Studio kerja Papah menggunakan mobil SUV hitam, sesampainya di sana Papah menyuruhku untuk jalan-jalan melihat galeri foto yang ada di situ, ada ribuan foto yang sangat menakjubkan, di ambil dari fotografer terbaik dunia, salah satunya ada foto gubug tua di tengah sawah, melihat foto itu seakan aku sedang berada di sawah dibawah foto itu tertera tanda tanga Ginanjar, itu menunjukan foto itu karya jepretan Papah. Papah naik ke lantai 2, karena meja kerjanya ada di lantai atas, studio itu sangat besar, lebih besar dibanding Studio foto Papah di Singapura.
Ketika aku duduk di sofa, suara langkah terdengar menuruni anak tangga, aku melihat ada cowo, wajahnya tampan, putih, bersih, badanya tinggi, tegap, atletis, kemudian ia mendekati aku, jika dilihat dari dekat ternyata seperti seumuran denganku, jantungku tiba-tiba bedetak lebih cepat karena malu dan gerogi.
"Kamu anaknya Om Ginanjar kan."
"Iya" kujawab singkat.
"Aku Chiko" sambil mengajaku bersalaman.
Aku bersalaman, "Vanila" kembali kujawab singkat.
Kemudian Chiko duduk di sofa, aku duduk berhadapan dengan Chiko, aroma parfum Chiko wangi sekali membuat aku semakin malu karena aku tidak sempat berdandan tadi pagi dan hanya menggunakan bedak natural.
"Kamu sudah kuliah." Chiko bertanya Padaku.
"Belum, masih kelas 12"
"Oh berarti sama denganku, pasti kamu lagi liburan yah."
"Iya sedang liburan, kamu kerja disini" tanyaku basa-basi.
"Bisa jadi, jika dibilang bekerja, aku tidak terlalu mahir memotret, jika dibilang tidak bekerja tapi aku yang mengatur Studio ini"
aku tidak paham dengan jawaban itu, hanya mengangguk.
"Kamu besok ada waktu gak"
"Waktu ?" tanyaku bingung.
"Maksudnya kamu besok ada acara apa engga?"
"Sepertinya tidak ada"
"Bagus, besok aku jemput kamu, kamu mau kan jalan denganku"
Astaga, baru saja bertemu, dia langsung mengajak aku jalan, mulutnya yang manis membuat aku tidak bisa menolak tawaran itu.
"Boleh" aku menyetujui tawaran itu.
Papah datang dengan menuruni tangga, jantungku yang sejak tadi deg-degan sekarang menjadi lebih lega dengan kedatangan Papah.
"Oh, ternyata kalian lagi di sini" Papah menyapa kami berdua, "Vanila kamu disini saja atau ikut Papah mencari tempat yang bagus buat foto"
"Aku ikut Papah aja." Sebenarnya aku masih betah dengan Chiko tapi aku mencoba jual mahal dengan ikut Papah, tidak terbayang jika aku tetap disitu, aku akan kikuk jika berduaan dengan Chiko. Aku berpamitan dengan Chiko.
"Aku tunggu kamu besok ya" pamitku genit.
Chiko hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
Teen FictionSetelah kejadian kapal boot tenggelam dan berbagai kejadian aneh lainya di Singapura. Vanila dan keluarga pindah ke tempat kelahiran Ayah dan Ibunya. Walaupun Ayahnya takut dengan ilmu hitam yang dilakukan Gono mantan pacar istrinya, mereka nekat un...