Membatalkan pernikahan kami? Untuk Zahra? Kenapa? Beribu macam pertanyaan megalir dibenakku saat ini sementara Tante Ani mulai menangis.
Ia kemudian menatapku dan menggenggam tanganku "Shaira, kamu seorang perempuan. Kamu pasti mengerti bagaimana perasaan Zahra saat ini mengetahui laki-laki yang dicintainya akan menikah besok dengan teman masa SMA nya dulu. Tante mohon, batalkan pernikahan kalian" kata Tante Ani dan kemudian menangis sejadi-jadinya.
Tante Ani masih menggenggam tanganku ketika Naufal kemudian menarik tanganku dari genggaman Tante Ani "Ibu, tolong. Saya sudah mengatakan sebelumnya, Zahra hanya pasien bagi saya dan saya tidak memiliki perasaan apapun selain hubungan professional anatara seorang dokter dengan pasiennya. Tolong jangan mensabotase kehidupan pribadi saya." Naufal mengatakannya sambil menahan emosinya. Aku tahu itu.
Aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi disini. Naufal sudah megetahui perasaan Zahra terhadapnya? Aku hanya dapat menatap Naufal penuh pertanyaan.
"Kau pasti belum tahu bukan Shaira? Zahra, putri kami sangat-sangat menyukai Issaiah. Kami pernah meminta calon suamimu ini untuk menikahi Zahra, tapi ia menolak karena KAMU!" Kata Tante Ani sambil mengacungkan telunjuknya padaku.
Tepat ketika Tante Ani berkata seperti itu kakakku Remon dan Bunda datang begitupula Mama dan Naizar.
Kakakku Remon yang pertama kali menyadari bahwa ini bukan situasi yang baik. "Ada apa ini? Kenapa Nyonya berteriak kepada adik saya? Apa kesalahan adik saya?"
"Tidak ada apa-apa, mereka akan segera pergi" Naufal menjawab kakakku "Ibu Ani, anda sudah selesai? Jika sudah tolong, silakan pergi"
Kini suami Tante Ani yang ikut angkat bicara "Batalkan pernikahan kalian, saya mohon."
"Ada apa ini? Kenapa kalian ingin pernikahan anak saya dibatalkan? Siapa kalian?" Kini Mama yang bertanya.
"Saya orangtua dari pasien anak anda, Zahra. Kita pernah bertemu di Jerman setahun lalu." Jawab suami Tante Ani.
"Lalu mengapa kalian ingin anak saya membatalkan pernikahannya?" Tanya Mama, aku tahu Mama tidak suka dengan perangai Tante Ani yang saat ini seolah-olah hanya hatinyalah yang terluka. Hei aku disini adalah calon pengantin wanita dari seorang pemuda yang juga diinginkan oleh anak mereka. Mama kemudian memilih berada disisiku dan memelukku dari samping menenangkan.
"Karena putri kami menyukai anak anda." Jawab Tante Ani.
"Jadi karena putri kalian menyukai anak saya, maka anak saya harus membatalakan pernikahannya?" Itu pertanyaan retoris.
Tante Ani kemudian tertawa miris "Karena putri kami mengancam akan mengakhiri hidupnya jika ia tidak mendapatkan dokter pujaannya"
"Itu bukan cinta, itu obsesi!" Kini Naufal sudah tidak dapat menahan amarahnya.
"Kau seorang dokter dan pasienmu akan meninggal jika kamu tetap menikah besok. Dimana rasa keprimanusiaanmu?" Tante Ani kembali menjawab.
"Setidaknya tunda pernikahan kalian, saya mohon." Suami Tante Ani menimpali.
Kini kakakku angkat bicara "Ibu, Bapak kita tidak bisa begitu saja membatalkan pernikahan hanya karena putri Ibu dan Bapak menyukai calon adik ipar saya. Dan jika anda berbicara masalah keprimanusiaan, bagaimana dengan perasaan adik saya? Kalian tidak berpikir kesitu?"
"Shaira bisa menikah dengan orang lain, orang kaya? Ya saya bisa carikan" Kini Tante Ani sudah keterlaluan.
"Jaga bicara anda!" Kini Bunda ikut angkat bicara.
"Apa?! Bukankah itu yang anak anda inginkan? Uang?" Tante Ani berbicara merendahkanku.
Aku sudah tidak tahan. Situasi ini sudah diluar kendali. "Tante tolong jaga cara bicara Tante. Saya bukan wanita murahan. Hubungan saya dengan Issaiah bukanlah suatu hubungan yang dibangun dalam waktu yang singkat. Kami akan menikah besok dan itu sudah final."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Akan Esok
Romansa"Aku sudah mulai meyusun rangkaian puzzle itu, kau tahu" Jawabannya membuatku bingung, mungkinkah dia sudah menentukan pilihannya? "Bagaimana kamu memulainya?" aku memberanikan diri untuk bertanya. "Aku memulainya saat aku menemukanmu kembali" Sebua...