"Bi! Abi!" Aku berjalan tanpa menghiraukan panggilannya. Seperti biasa, lelaki itu akan terus berusaha mengejar langkahku. Dan seperti saat ini, dia telah berada di sebelahku dan menarik lengan kiriku hingga aku berada tepat di hadapannya.
"Mengapa kamu terus menghindariku seperti itu?" Lagi. Pertanyaan ini lagi yang ia tanyakan selama satu minggu ini.
"Karena kamu menggangguku." Lagi. Pernyataan itu lagi yang aku jawab selama satu minggu ini.
"Aku hanya ingin berteman denganmu. Apa itu salah? Apa itu dilarang?" Berteman. Teman. Aku tidak ingin itu. Aku ingin kita lebih dari itu. Namun, apa daya diriku yang bahkan melihatmu saja aku tak mampu. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam.
"Ya. Itu salah dan itu dilarang. Berhenti menggangguku." Cukup. Aku tidak ingin terus memakimu seperti ini.
"Siapa yang menyalahkannya? Siapa yang melarangnya?"
"Aku. Aku yang menyalahkannya dan aku juga yang melarangnya." Maaf, Daniel. Aku tidak bisa seperti ini. Aku lebih nyaman jika aku diam dan tidak berhubungan denganmu. Aku tidak ingin hal apapun terjadi dengan dirimu.
***
Malam ini, aku duduk termenung menghadap langit. Sambil sesekali menguap, aku menatap bulan dan bintang di langit. Malam ini cukup tenang. Aku dapat membayangkan apa saja dalam tenang. Aku sangat suka langit dan bintang-bintang yang ada didalamnya.
Orion, Altair, Sirius..
Dia Orion-ku, rasi bintang yang dikenal sebagai sang pemburu. Seperti dirinya, dia sangat pandai memburuku, membuatku hanya dapat melihat dirinya, menjadikanku mangsanya dan hingga detik ini aku terperanjat karena pesonanya.
Dia Altair-ku, bintang yang berputar dengan sangat cepat. Bintang yang berada di rasi Aquila yang berotasi sangat cepat. Seperti dirinya, hanya dia yang dapat membuat hariku berputar dengan sangat cepat.
Dia Sirius-ku, bintang yang paling terang di langit malam. Bintang yang paling dikenal diantara beribu-ribu bintang di galaksi Bima Sakti. Dia bintang tercerah. Seperti dirinya, dia selalu menjadi seseorang yang paling terang dihatiku, dia selalu menjadi seseorang yang paling cerah dipikiranku.
Hanya dirinya yang menjadi bintang dihidupku, dipikiranku, dan akan selamanya menjadi bintang di hatiku.
Malam ini ku tutup dengan serangkaian air mata yang membasahi sebagian wajahku. Air mata yang menunjukan bahwa aku bahagia. Air mata yang menunjukan bahwa aku cukup senang.
Bahagia dan senang.
Dua kata yang memiliki arti yang mungkin sama. Namun memiliki makna yang sedikit berbeda.
Aku sangat bahagia, meskipun aku hanya dapat mencintaimu dalam diam.
Aku sangat senang, meskipun aku hanya dapat melihatmu tertawa di kejauhan.
Itu saja, sudah cukup untukku.
***
Guyuran hujan siang ini cukup membuatku harus mengeluarkan lebih banyak tenaga untuk sampai di sebuah kafe diseberang jalan ini. Aku menutup payungku dan meletakannya ditempat yang disediakan kafe ini. Aku membuka pintu kafe dan terdengar suara pelayan yang menyambutku dan aku membalasnya dengan senyum. Aku menabrakan indra penglihatanku pada kafe ini. Kafe yang menjual berbagai jenis kopi dan beberapa camilan kue yang menarik ini menjadi pilihanku untuk mengistirahatkan pikiranku sejenak. Bau kopi yang khas dan suasana yang tenang dengan alunan musik lembut membuat diriku semakin terhanyut ke dalam konsep kafe ini. Lantai kayunya yang menahan langkahku dan warna cokelat dan putih yang dipadu dengan hiasan berupa lukisan vintage ini membuatku menyadari satu hal --bahwa kafe ini sangat klasik. Alunan musik jazz yang diperdengarkan membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasakan hawa retro yang mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIGAIL
Short Story"They don't care about pathetic people like us." Semua orang pasti pernah bersedih. Semua orang pasti memiliki alasan mengapa ia bersedih. Begitupun aku dan dirimu. Aku memiliki alasanku mengapa aku bersedih. Dan kamu memiliki alasanmu mengapa kamu...