Chapter 4
....
Keesokan paginya, Hani masih teringat kejadian kemarin. Saat ia duduk di meja sarapan bersama Yoongi dan Hana, pikirannya penuh dengan pertanyaan tentang pertemuannya dengan pria itu dan bagaimana pria itu memanggilnya dengan nama Jihae.
"Yoongi, Hana… aku merasa ada yang aneh kemarin," kata Hani sambil mengaduk pelan kopinya. "Nama Jihae itu… rasanya tidak asing. Aku merasa seperti pernah mendengarnya, tapi aku tidak tahu dari mana."
Hana yang duduk di seberangnya segera merespons, mencoba menenangkan adiknya. "Hani, itu hanya kesalahpahaman. Jangan terlalu dipikirkan."
Yoongi mengangguk setuju. "Iya, mungkin dia hanya sedang kebingungan. Wajahmu yang mirip dengan seseorang yang dia kenal membuatnya salah paham. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Meski mereka berdua berusaha menenangkannya, di pikiran Hana, perasaan was-was terus menghantuinya. Bagaimana jika kejadian kemarin benar-benar akan membuka kembali masa lalu yang telah ia tutup rapat? Masa lalu yang penuh dengan kelam, penuh dengan luka. Hana tidak ingin kembali ke sana, tidak ingin terjebak lagi dalam lingkaran penderitaan yang pernah membuatnya hampir hancur. Ia telah membangun hidup baru bersama Hani dan tidak mau apa pun mengganggu kedamaian itu.
Hana tersenyum tipis, menyembunyikan kegelisahannya. "Sudahlah, lupakan saja soal kemarin. Hari ini kita fokus pada kegiatan kampus dan setelah itu kita bersenang-senang. Bagaimana?"
Yoongi, yang menangkap ketegangan di wajah Hani, segera mengalihkan topik. "Iya, kita harus membuat sore ini seru. Setelah kelas selesai, bagaimana kalau kita pergi makan es krim? Aku dengar ada kafe baru yang bagus di dekat kampus."
Hani tersenyum lebih cerah, merasa sedikit lega. "Terdengar seperti rencana yang bagus. Aku sudah lama tidak makan es krim."
Mereka akhirnya berangkat ke kampus dengan rencana bersenang-senang setelah kelas. Namun, saat mereka sedang berjalan di area kampus, tanpa sengaja Hana melihat Jungkook tengah berlari melewati mereka, tampak terburu-buru menuju kelasnya. Sekilas pandangannya bertemu dengan Hana, tapi ia segera berpaling tanpa memberi isyarat apa pun.
Perasaan aneh muncul di hati Hana saat melihat Jungkook. Sosok itu, dengan semua koneksi masa lalu yang pernah mereka miliki, kini muncul lagi di hadapannya. Hatinya terasa berat, seolah ada sesuatu yang belum selesai antara mereka. Namun, ia tetap diam, menatap Jungkook dari kejauhan sementara Yoongi dan Hani terus bercanda soal rencana sore mereka. Pasangan itu terlihat begitu serasi, seolah hidup mereka penuh kebahagiaan yang Hana sendiri tidak yakin bisa pertahankan untuk selamanya.
Ketakutan dalam dirinya semakin tumbuh. Ia takut masa lalu mereka akan menyeretnya kembali ke dalam pusaran gelap yang penuh dengan konflik dan rasa sakit. Apalagi dengan kehadiran Jungkook, dan kemiripannya dengan Jihae, seolah masa lalu yang telah ia kubur siap untuk terungkap kapan saja.
Di sisi lain, Jungkook memasuki kelasnya dengan terburu-buru, hampir terlambat. Ia berusaha fokus pada pelajaran, namun pikirannya terus menerawang. Jihae—sosok yang tak pernah bisa hilang dari benaknya. Sejak kemarin, saat melihat gadis yang begitu mirip dengannya, semua emosi lama kembali muncul ke permukaan. Kenangan manis dan pahit tentang Jihae terus berputar di kepalanya, membuatnya semakin sulit untuk fokus.
Ia merasakan kegelisahan yang tak kunjung reda. Meski semua orang di sekitarnya mencoba melupakan masa lalu, Jungkook tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa benar-benar melepaskan Jihae. Pertemuan dengan Hani hanya semakin memperkuat kenyataan bahwa ada sesuatu yang belum selesai. Sesuatu yang masih mengganjal, meski ia tak bisa menjelaskan apa.
...
Hana, Hani, dan Yoongi akhirnya tiba di kafe es krim yang baru saja dibuka. Suasananya hangat dan nyaman, dengan aroma manis dari berbagai macam rasa es krim yang memenuhi udara. Mereka bertiga duduk di dekat jendela besar yang memperlihatkan jalanan kampus yang ramai. Yoongi dengan cepat memesan beberapa rasa es krim favorit mereka, sementara Hana dan Hani bercanda, mencoba mengalihkan perhatian dari segala kegelisahan yang sempat mereka rasakan.
"Coba lihat ini," Yoongi tertawa sambil menunjuk paduan es krim aneh yang ia pesan, "Kalian harus mencoba kombinasi ini, es krim stroberi dengan saus cokelat dan taburan oreo. Pasti enak!"
Hani tertawa, menggelengkan kepala, "Kau memang punya selera yang aneh, Yoongi."
Mereka terus tertawa dan bercanda, seolah semua masalah yang menghantui pikiran mereka menghilang sejenak. Hana merasa sedikit lega melihat adiknya tersenyum lagi, meskipun ia tahu bahwa di dalam hatinya, masih ada ketakutan yang belum hilang. Yoongi, seperti biasa, adalah sumber energi positif yang mampu membuat mereka melupakan sejenak kekhawatiran yang ada.
Namun, di luar kafe, Jiyoon, adik Jimin, tengah berjalan melewati jalan yang sama. Ketika ia melintasi kafe, matanya tanpa sengaja menangkap dua sosok di dalam kafe—dua gadis yang sangat mirip dengan Jihae. Jiyoon berhenti di tempatnya, tubuhnya menegang. Perasaannya kacau balau. Ia memandangi mereka sejenak dari luar, tidak percaya pada apa yang dilihatnya.
'Bagaimana mungkin?' pikirnya, jantungnya berdetak kencang.
Bayangan Jihae, kakaknya, dan semua kenangan buruk yang menghancurkan keluarganya berkelebat di benaknya. Jimin baru saja bercerita bahwa dia bertemu seseorang yang mirip Jihae, dan kini, di hadapannya, Jiyoon melihat dua gadis yang begitu mirip dengan sosok yang telah menghancurkan hidup mereka. Rasa amarah dan kebingungan bergumul dalam dirinya.
'Jika itu benar-benar Jihae… bagaimana dia bisa masih hidup setelah semua yang terjadi? Setelah menghancurkan keluarga kami?' pikir Jiyoon dengan kalut.
Pikirannya memutar ulang masa lalu, tentang kehancuran keluarganya setelah kematian Jihae. Ibunya yang kehilangan akal, kakaknya yang selalu dihantui rasa bersalah, dan dirinya yang harus menyaksikan semuanya runtuh. Sosok Jihae seakan menjadi bayangan hitam yang terus menghantui kehidupan mereka, meski ia sudah tiada.
Tidak sanggup menahan perasaan yang berkecamuk, Jiyoon segera pergi dari sana. Langkahnya cepat, hampir berlari, seolah ingin lari dari kenyataan yang baru saja dilihatnya. Namun, di sepanjang jalan, pikirannya terus-menerus memutar pertanyaan yang tak terjawab. Jika itu memang Jihae, apakah ini berarti balas dendamnya belum selesai? Apakah Jihae benar-benar kembali untuk menghancurkan lebih banyak lagi?
Jiyoon menggenggam tasnya erat-erat, merasa ketakutan dan marah pada saat yang bersamaan. "Kenapa semuanya harus kembali sekarang?" gumamnya pelan, sambil berjalan cepat menjauhi kafe, berusaha sekuat tenaga mengabaikan apa yang baru saja dilihatnya.
Di dalam kafe, Hana yang tidak menyadari kehadiran Jiyoon, terus tersenyum dan bercanda bersama Hani dan Yoongi. Namun, jauh di lubuk hatinya, ketakutan yang sama terus menghantui. Meskipun saat ini ia berhasil menyembunyikan rasa khawatirnya, ia tahu bahwa cepat atau lambat, semua akan terungkap. Dan saat itu tiba, dia tidak yakin apakah dirinya atau Hani bisa bertahan dari semua yang akan terjadi.
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae (미안해) 2
FanficMIANHAE SERIES II [END] 🚫[PROSES REVISI]🚫 Sosok Park Jihae yang sudah pergi lima tahun lalu membuat banyak orang menderita karnanya. Bahkan setelah bertahun-tahun lamanya, rasa sakit, penyesalan itu tetap datang. Bagaimana cara menebusnya? Bagaima...