Hari ini Leviana masuk sekolah setelah 2 hari terkapar terkena demam. Demam? Papanya bilang Levi terkena deman. Padahal dia hanya shock mengingat kejadian malam itu. Pagi harinya Levi terbangun dengan nyeri dibagian leher. Tentu saja bekas gigitan makhluk imortal itu.
"Levi... Lev....!" Panggil seorang.
Levi sangat mengenal suara itu tapi Levi pura-pura tak mendengarnya. Dia terus berjalan melintasi halaman sekolah Santo Leo high school yang cukup luas. Beberapa siswa meliriknya. Wajahnya yang cantik menarik perhatian. Tapi sikapnya yang kadang judes membuat orang enggan mendekati gadis itu.
"Leviana! Huh... "kata Helena menepuk pundak Levi.Nafasnya terdengar berat,nampaknya dia berlari mengejar Levi.
"Helena,kamu berisik sekali, teriakanmu mengundang perhatian." Kata Levi ketus tanpa menghentikan langkahnya.
"Lev, ngomong-ngomong demammu sudah turun? Jaga kesehatan dong, kan sebentar lagi UTS!" Kata Helena.
Levi hanya terdiam mendapat nasihat dari sahabatnya itu. Entah seperti apa reaksi Helena jika tau apa yang terjadi pada Levi sebenarnya. Tapi Levi tentu tidak ingin semua orang yang menyayanginya cemas. Dia memilih bungkam meskipun terus bergidig ngeri sstiap kali mengingat malam yang mencekam itu.
"Oh iya ada anak baru loh di kelasku. Temen kecilnya Jean. Ganteng banget." Kata Helena dengan Antusias.
"Ahh...ganteng itu relatif," ucap Levi singkat sembari memutar bola matanya. Levi yakin betul murid baru itu akan jadi korban Helena selanjutnya.
"Helena, Levi...!" .
Levi menghentikan langkahnya dan mengedarkan pandangan ke sekitarnya mencari asal suara yang sangat familiar di telinganya itu. Jean,tentu saja dia juga sahabat Levi,tapi entah sejak kapan mereka bertiga menjadi akrab.Cewe itu mendapati Jean bersama seseorang dari arsh gerbang. Nampaknya mereka juga baru sampai. Jean melambaikan tangan kepada Levi dan mempercepat langkahnya.
"Jean...Petra...! " teriak Helena kegirangan.
Levi menatap seseorang yang bersama Jean,rasanya wajahnya sangat familiar, Levi merasa pernah bertemu dengannya. Eh Dia?
"Helen, aku harus ke perpustakaan dulu. Aku ada janji dengan penjaga Perpustakaan." Kata Levi langsung meninggalkan Helena dengan setengah berlari.
"Loh... Lev...!" Teriak Helena manggil Levi.Tapi Cewe itu sudah menghilang di tengah kerumunan siswa. Levi terus berlari menuju perpustakaan. Dan dia meringkuk di balik rak buku paling ujung. Perasaan takut berkeliaran dalam benaknya.Peluhpun mulai membasahi keningnya dan tanpa dia sadari tubuhnya sudah bergetar hebat.Yang bersama Jean sangat mirip vampire yang menyerangnya.Itu memang benar-benar dia,tak salah lagi.
"Apa yang dia rencanakan! Vampire hidup berbaur dengan manusia. Ini gila!" Keluh Levi berulang-ulang.
" Apa yang harus ku lakukan?" Tanya Levi pada dirinya sendiri.
" Arghh, "
Levi terhenyak,setelah mendengar erangan seseorang dan itu membuat Levi menjadi was-was. Memang belum ada berita tentang vampire yang menyerang kota.Tetapi setelah melihat ada Vampire yang berbaur dengan manusia kemungkinan ada vampire lain yang juga melakukan hal sama.
Perpustakaan teramat sepi pagi ini, memang pintu perpustakaan selalu dibuka setiap pagi, tapi tentu saja jarang ada yang ke perpustakaan sepagi ini. Levi menggelengkan kepalanya di sertai lantunan doa di dalam hatinya, dia juga berharap hanya salah dengar.
"Ja-ngan arhh,"
Suara erangan itu kembali terdengar, rupanya berasal dari balik rak buku yang dia sandari.Levi menggigit jarinya, ia sudah membayangkan seseorang di balik rak ini mati memucat kehabisan darah.Tanpa pikir panjang Levi mengendap mencoba memeriksa keadaan.Di sana seorang cewe terpojok dengan kurungan lengan seorang siswa.Posisi kepala siswa itu berada tepat di lekukan leher,seperti sedang menghisap darah cewe dalam pelukannya itu.Levi menelan ludahnya,dia takut. Tapi tentu saja Levi tak ingin teman sekolahnya itu mati.
" Astaga Levi berpikirlah!"umpat Levi pelan.
Dia melirik buku tebal di rak tepat di hadapannya.Levi meraih buku tertebal dan dengan cepat dia lemparkan ke arah siswa yang dianggapnya vampire itu.
" Aww...," Pekiknya siswa itu merasa sakit pada kepalanya yang terkena lemparan buku tebal.
" Kenapa sayang? lohhh Levi. ..," seru cewe itu panik saat Levi langsung menarik tangannya untuk berlari.
" Levi tunggu dulu... Lev," kata cewe itu menahan Levi agar tidak berlari.
" Cepat Karen, nanti vampire itu mengejar kita!" Seru Levi setelah mengenali cewe itu adalah Karen teman satu kelasnya. Karen sendiri terdiam mencerna kata-kata Levi, sesaat kemudian tawa Karen pecah.
" Ahahaha, Lev itu Raditya pacarku. Dia bukan vampire. " Karen tak bisa menahan tawanya. Karen melepaskan genggaman tangan Levi dan mendekati Radit yang terduduk di lantai perpustakaan sembari mengusap kepalanya.
Sementara itu Levi hanya berdiri terpaku. Jelas-jelas dia melihat Karen sedang digigit. Lalu kenapa Karen menertawakanya?
" Sakit ya sayang," tanya Karen pada kekasihnya itu.
" Ah sial, " keluh Radit masih memegangi kepalanya.
" Lev,sinih! " Ajak Karen memberi isyarat Levi mendekat. Tapi Levi takut melihat Radit menatapnya tajam.
Levi bergeming,dia benar-benar takut sekarang.Bukan takut pada vampire melainkan takut lemparan buku tebal membuat kekasih Karen itu amnesia.
" Sini kamu!"bentak Radit membuat Levi terkejut dan hampir menangis.
" Sayang,jangan kasar gitu sama temen aku. Dia cuma salah paham kok. "
"Maa...maaf ....maafin aku," kata Levi lirih.
" Salah paham apa nya? Ini kepalaku sakit tau,"
" Dia ngira kamu vampire yang lagi gigit aku," kata Karen sembari terkikik ."Emang lagi gigit sih," lanjutnya dalam hati.
Radit melongo, kemudian reaksi Radit sama persis dengan Karen. Cowo itu akhirnya tak jadi marah pada Levi setelah mengetahui kepolosan Levi.
" Kancing seragammu kembali Karen, dan kamu siapa namanya? Aku tak ingin meracuni otak polosmu itu. Tapi sungguh aku merasa kasihan padamu. Lupakan yang tadi kamu lihat dan jangan beri tau siapapun tentang hal yang kami lakukan tadi!" Kata Radit panjang lebar. Sejujurnya cowo itu gugup karena kepergok sedang berbuat tak senonoh bersama kekasihnya.
Levi berusaha mencerna kata-kata Radit. Vampire telah mendominasi otaknya.Yang dipikirkan Levi hanya vampire saja, apa itu yang membuatnya salah paham terhadap Karen dan Radit?
" Tapi tadi? Karen?" Levi menubruk Karen dan menarik kerah seragam cewe itu. Tanda merah terlihat berbekas di bagian leher Karen membuat Levi mengernyit bingung.Sedangkan Karen malah tersenyum lebar.
" Kissmark Levi. Kau masih terlalu polos untuk tau hal seperti ini."Kata Karen mengerti tatapan bingung Levi.
"Di dunia ini tak ada Vampire, jangan kebanyakan baca buku fantasy, isi otakmu itu memprihatinkan" cetus Radit .
Levi menundukan kepalanya, ia merasa bersalah. Sekarang dia paham kenapa Radit dan Karen menertawakanya. Dia juga merutuki otaknya yang hanya memikirkan vampire dan sama sekali terpikir adegan film dewasa yang sering diceritakan Helena.
"Sudah, ayo balik ke kelas!" Ajak Karen tak tega melihat ekspresi murung Levi."Yang bisa balik ke kelas sendiri kan?" Tanya Karen melirik Radit yang tampaknya sudah tak mengeluhkan sakit lagi.
"Hemm," jawab Radit singkat lalu mendekati Karen dan mencium pipi kekasihnya itu . Kemudian Radit melangkah pergi,diiringi tatapan heran Levi.Karen menggandeng Levi dan menyusul Radit keluar dari perpustakaan.Tanpa mereka sadari seseorang telah bersembunyi di balik rak dan mendengarkan percakapan mereka..
" Polos hn?" Ucapnya lirih menatap punggung Levi yang mulai menjauh.
¤TBC¤
HUH maaf lama updatednya. Sebenernya malu bikin cerita begini. Tapi apalah daya,otak ku memang hina. Hihihihi.....
Semoga suka cerita ku... :).
Vote n comment jgn lupa ya. Biar Sia tau cerita ini layak apa enggak di lanjutin.
Salam cinta
Akasia
KAMU SEDANG MEMBACA
VAMPIRE +++
VampirVampire mesum! Levi bergidig ngeri mengingat kejadian di perpustakaan sekolah. Di mana Petra membuka satu kancing seragam sekolahnya dan mendekatkan wajahnya ke leher Levi. Gadis itu menahan nafasnya,pasalnya dia yakin betul Petra akan mengigit dan...