3//My Hero

152 5 0
                                    

PRILLY POV

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru rumah mencari wanita paruh baya yang selama ini telah keluargaku percaya untuk membantu mengurus rumah, namun hasilnya nihil. Pandanganku tidak berhasil menangkap Bi mer dirumah ini.

"Assalamualaikum"

Aku menoleh ke arah sumber suara, disana berdirilah wanita paruh baya yang sedari tadi kucari sembari menenteng plastik belanjaan yang sudah kupastikan isinya adalah bahan-bahan untuk memasak. "Waalaikumsalam Bi, bibi abis belanja?"

"Loh non Prilly mau kemana? Maaf non, bibi belum sempat buatkan non sarapan. Tadi waktu bibi mau masak, ternyata bahan masak habis"

Aku tersenyum hangat kearah Bi mer yang tengah memasang wajah penuh rasa bersalahnya. "Gapapa bi, gausah minta maaf. Aku juga enggak laper. Aku ada urusan bi, aku nitip Arka sama Aleesha sebentar. Bibi masaknya nunggu aku pulang aja, nanti aku pulang bawa makanan. Sekalian beli titipan makanan yang Arka mau. Assalamualaikum

"Waalaikumsalam non, hati-hati dijalan"Ucap Bi mer yang kubalas dengan anggukan kepala lalu berlalu dari hadapannya.

[•][•][•]

Aku terus melajukan motorku menembus padatnya ibukota menuju suatu perusahaan yang kuketahui sedang membuka lowongan pekerjaan, sebelumnya aku memang ragu dan belum ada niatan untuk melamar perkerjaan karena pertama aku belum menyelesaikan sarjanaku dan kedua pada siapakah Arka dan Aleesha akan kutitipi? Namun setelah menimbang-nimbang semuanya, tidak ada salahnya bukan bila dicoba? Seiring jalannya waktu sepertinya aku bisa menemukan solusinya.

Aku tersadar dari pikiranku saat motor yang kugunakan sedikit oleng dan menimbulkan ketidaknyamanan. Ck! Sepertinya bannya mengalami masalah. Buru-buru kutepikan motorku di tambal ban yang tidak jauh dari lokasiku sekarang.

"Mas, ini tolong dicek ya, ada apa dengan bannya?" Tanpa berlama-lama petugas tambal ban itu langsung bergerak memeriksa keadaan ban motorku saat ini.

"Ban motornya bocor mba, mba nya agak bersabar sedikit ya, karena pelanggan hari ini sedang banyak jadi kemungkinan agak lama. Mba nya bisa tunggu disitu dulu"Ucap petugas tersebut yang hanya kubalas dengan anggukan kepala tanda mengerti.

Aku berjalan kearah tempat yang ditujukan petugas tambal ban tersebut dengan kesal. Tidak bukan kesal kepada petugas tambal ban tersebut, tapi lebih tepatnya kesal kepada ban ku yang bermasalah diwaktu yang tidak tepat. Kini rencanaku mendatangi perusahaan itu hancur sudah.

"Hai, elu Prilly kan?"

Aku menoleh ke suara tersebut berasal, disampingku berdiri pria yang menggunakan kemeja berwarna putih lengkap beserta dasi berwarna biru tua dan diluarnya terlampir jas dan celana biru tuanya yang aku akui membuatnya sangat tampan.

"Udah puas pril ngeliatin gue? Terpesona ya sama ketampanan gue?"

Aku sengaja mengabaikan ucapan pria ini, tidak mau berlarut-larut dalam pembahasan itu."Eh? I-iya gue Prilly. Gue yakin lo gak sepikun itu karena kita baru aja ketemu kemaren"

Pria itu tertawa. Membuat tingkat ketampanannya meningkat dan membuatku lagi-lagi terpesona karenanya. "Hahaha, gue kan cuman memastikan. Lo ngapain disini pril?"

"Ban gue bocor, terpaksa deh gue terjebak disini. Lo sendiri ngapain disini li?"

Aku mendongakan kepala sedangkan jari telunjuk ku kuletakan di dagu, bertingkah layaknya orang yang sedang berfikir. "Kerja"

Tiba-tiba sebuah tangan menarik hidungku dengan sangat kencang, membuatku meringis karena kesakitan. Tapi anehnya tubuhku sama sekali tidak melakukan penolakan, bahkan kesakitan itu seakan menghilang digantikan oleh detakan jantungku yang berdetak dua kali lebih cepat. Ada apa dengan jantungku?. "Apaansi sok-sokan mikir lama tapi jawaban tetep salah! Gue senasib kali sama lo, terjebak dengan ban yang bocor"

Terjadi keheningan diantara kami setelah percakapan yang berlangsung beberapa menit yang lalu, aku memilih untuk bungkam. Hanya sesekali aku melirik jam tanganku yang melingkar dengan sangat manis di pergelangan tanganku.

"Mas, kebocoran yang dialami mobil mas sudah kami tangani"Ucap petugas tambal ban yang memecahkan keheningan yang sedari tadi tercipta diantara aku dan Ali

"Baik mas, ini ya uangnya berdua sama pembayaran kebocoran yang dialami motor mba ini. Sekalian juga saya titip motor mba ini disini ya, nanti biar supir saya yang mengambil" Ucap Ali yang sukses membuatku membelalakan mata tidak percaya. Punya hak apa dia memerintah petugas ini untuk meninggalkan motorku disini?

"K-kenapa motor gue ditinggal disini?"

"Lo pulang sama gue, biar gue yang anterin lo pulang"

"Gausah dianter gue bisa pulang sendiri, udah sana mending lo berangkat kerja sebelum bos lu marah dan mecat lo"

"Mana ada bos yang memecat dirinya sendiri, Prilly Ashadiya Claretta?" Tubuhku menegang seketika saat pria ini menyebut namaku secara lengkap dan benar. Dan tunggu.. Apa maksud perkataanya tadi?

[•][•][•]

"Ali..."Panggilku dengan lembut kepada pria disampingku yang tengah mengendarai mobilnya membelah padatnya ibukota dengan sangat baik

Aku menoleh kesamping. Ali hanya diam, tidak memberikan respon panggilanku. Namun sesaat aku melihat dirinya yang menegang dan ditambah dengan pengurangan kecepatan mobilnya. Ada apa dengan dia? . "I-iya? Kenapa? Apa yang kau inginkan?"

"Eum, apa lo keberatan kalo kita mampir dulu ke restoran cepat saji diujung jalan sana?"

Ali tersenyum kecil. "Dengan senang hati, kebetulan gue juga belum sarapan"

Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini mobil Ali telah terparkir mulus sesuai dengan permintaanku. Dihadapanku tampak sebuah restoran cepat saji yang sudah mulai dipenuhi oleh pelanggan.

"Pril, kenapa diem aja disitu? Katanya tadi mau kesini"Ucap Ali yang sukses menyadarkan diriku dari lamunanku.

Aku tersenyum kikuk. "Eum, maaf kayaknya kita gabisa makan disini deh"

"Loh kenapa?"

"Sepertinya Arka sudah meronta-ronta meminta sarapannya, ini sudah diluar batas waktu perjanjian gue dengannya. Arka dirumah belum sarapan, tadi pagi dia nitip salah satu menu breakfast kesukaannya. Dan salahnya, gue justru nyuruh bi mer masak setelah gue pulang. Andai aja bi mer udah masak dirumah, seengaknya Arka bisa mengganjal perutnya demi menunggu menu breakfast kesukaannya. Kalau memang lo laper, lo makan aja disini gausah nganterin gue balik. Tapi... Sorry banget gue gak bisa nemenin lu sarapan"

"Gue akan tetep nganterin lo balik, kalau tidak keberatan kita drivethru dan sarapan bareng-bareng dirumah lo, tapi kalau memang keberatan lo gausah mikirin gue. Gue masih bisa sarapan dimana aja selepas nganterin lo balik. Gimana?"

"Gue enggak keberatan asal itu tidak merepotkan lo"

Sebuah tangan berhasil menjitak kepalaku dan lagi-lagi membuat meringis. Siapa lagi kalau bukan tangan si Reynali Arviansyah. "Kalau gue merasa kerepotan, gue gaperlu ribet-ribet nawarin lo lagi lemot!"

=================================
My hero!

A/N: Haii, selamat malam✋
Yang masih melek jangan lupa Vote&Comments yah!

Happy reading❤!

Selasa, 21 Juni 2016

My Hero!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang