******
"Udah bisa jalan, Sta?" Tanya Aldi saat melihat Dinasta keluar dari kamar nampak seperti biasa saja.
Dinasta balas dengan gumaman kecil sambil melewati Aldi dengan langkah sempoyangan dan juga rambut acak-acakan khas orang bangun tidur.
Aldi mendecak pelan, memegang bahu Dinasta dan menuntunnya duduk disofa yang berada di balkon rumahnya.
"Kalo nyawanya belum masuk semua jangan bangun dari tempat tidur dulu," ucap Aldi sambil merapihkan rambut Dinasta yang helai-helainya keluar dari kunciran pony tailnya.
Dinasta berdehem kecil untuk menghilangkan kecanggungan, ntah Aldi menyadarinya atau tidak, saat ini jantung Dinasta benar-benar berada dikecepatan abnormal. "Ehm, Al, laperrrrrr,"
"Maksudnya, gue laper," sergahnya ketika menyadari bahwa tadi suaranya sangat-amat manja dan menjijikan.
Aldi meneggakan tubuhnya dari sofa kulit berwarna putih tulang tersebut dan mengulurkan tangannya pada Dinasta, "mau ikut ke bawah atau disini aja? Nanti gue yang bawain makanannya."
Dinasta buru-buru menggeleng dengan gerakan cepat dapat dibilang antusias, "ngga, gue mau makan dibawah aja sama Tante Anna, Om Lukman dan Almira."
"Ini udah lewat jam makan malem jadi, pasti mereka udah pada makan."
Dinasta menghela nafas kecil, dan menatap Aldi dengan pandangan sendu, "lo juga udah makan ya?"
Aldi segera menggelengkan kepalanya pelan dan menatap gadisnya ini lembut, "belum, nungguin lo. Lo kan gak suka kalo makan sendiri."
Seketika senyum manis Dinasta pun menguar dari bibir mungilnya dan menggandeng lengan Aldi menuruni tangga, "Yey!! Kita harus makan yang banyak ok!" Serunya sambil tertawa, membuat Aldi tanpa sadar ikut melambungkan senyum indah miliknya.
***
"Sta, pinjemin pr Kimia Drian dong, Sta," ucap Zeus yang ntah sudah berapa kali berbicara seperti itu bahkan saat Dinasta baru datang bersama Aldi pun ia sudah mengatakan perkataan yang tak bermutu itu.
"GAK BOLEH ZEUS!" Teriak Dinasta yang seketika itu juga membuat segala kericuhan yang ada di kelas meredup karna mendengar suara 'emas' milik Dinasta.
"Ah Cici, ayolah Ci, mintain sama Drian pr Kimia Ci, ini hidup dan mati kita semua, Ci," ucap Alex yang lagi-lagi memohon pada Dinasta dan memanggilnya dengan sebutan 'Cici' hanya karna matanya yang sipit.
"ALEX LO RASIS BANGET SIH! MANGGIL GUE CICI MULU!! GUE BUKAN CICI LOOOOOOOO!" Teriak Dinasta kembali sambil mencak-mencak dan keluar dari kelas yang sangat ribut ini di karnakan hari ini adalah pelajaran Mrs. Dwiqa seorang guru Kimia yang benar-benar tidak mempunyai rasa toleran sama sekali.
Aldi yang mendengar segala keributan itu dan teriakan Dinasta pun hanya dapat menghela nafas sambil geleng-geleng kepala, "sekarang tanggal berapa?" Tanya nya yang langsung membuat semua anak-anak menengok ke arah Aldi.
"5 July," ucap Defina yang sedang menyeruput teh manis nya dengan nikmat dan terus memandangi game yang ada dihandphonenya.
Aldi menghela nafas kecil dan mengeluarkan buku tulis panjang yang bersampulkan kertas coklat serta plastik bening, "Dinasta lagi dateng tamu mangkannya marah-marah. Nih," ucap Aldi sambil memberikan buku tulis itu.
Namun, dari mereka semua tidak ada yang mengambil buku itu, alih-alih mengambil justru menatap Aldi dengan pandangan bermacam-macam membuat Aldi mengernyit heran melihat teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quand Il Pleut
Teen FictionAldi mencintai Dinasta. Alfha menyayangi Dinasta. Dan Gensa ingin memiliki Dinasta. Jika kalian pikir cerita ini hanya sebatas friendzone atau cinta menye-menye(?) yang sangat infinity. No. Its not. Too much pain that they've tasted just because...