One Shoot

846 96 9
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Pair : SN

Ide : Lumayan pasaran
.
.
.

Happy Reading

.
.
.

Naruto tidak peduli pada jalan yang dilewatinya, sekalipun jalan itu belumpur dan mengotori sepatu berwarna abu-abu yang ia kenakan, kotor atau bersih sepatunya itu tetap tampak sama didepan matanya. Jelek, kusam dan sudah tidak layak pakai. Hanya karena belum dapat gantinya lah ia tetap bertahan memakainya.

Jalan yang tidak ditutupi aspal yang ia lewati membawanya sampai kesebuah gubuk kecil. Gubuk itu adalah rumahnya, peninggalan kedua orang tuanya yang berarti satu-satunya warisan yang ia miliki.

Tidak ada seorangpun di dalamnya selain keheningan ketika ia membuka pintu, ingin ia mengucapkan kata 'tadaima' namun seolah tidak akan berarti jika tidak ada yang menyahutnya.

Ia membuka lemari kayu berukuran kecil tempat ia menyimpan pakaiannya. Lemari yang juga sudah tidak layak pakai. Bahkan sudah banyak lubang yang menjadi penerang ketika ia membuka pintu lemari itu.

Pulang sekolah seperti biasanya, hal-hal seperti ini lah yang paling ia sering lakukan. Memandangi keadaan rumahnya kemudian meratapi nasibnya. Ingin sekali ia menjadi kaya, punya banyak uang sehingga tidak perlu lagi bersusah payah dan di kasihani oleh orang-orang, seperti dirinya tidak berdaya menghadapi takdir meski begitu kenyataannya.

Ia lelah, selama 10 tahun bertahan hidup seorang diri, meminta-mina di jalan hanya untuk membuatnya bertahan hidup dan menjadi besar. Setelah besar menjadi orang pengangguran dan tidak berguna.

Seharusnya dulu ia memantapkan diri untuk mati, menyusul kedua orang tuanya kealam baka sana.

"Ho, jadi disini rumahmu hn?"

Ia tidak sadar jika dirinya sudah berada di luar rumah dan sedang berjalan. Suara didepannya yang menyadarkannya dari lamunan panjang yang hampir setiap hari ia ulang-ulang.

Uchiha Sasuke berdiri didepannya dengan tatapan mencemooh dan angkuh, antek-anteknya berdiri di masing-masing sisinya dan juga belakang tubuhnya.

Jika Naruto melihat, orang kaya yang satu ini tengah menyombongkan diri, dengan lagatnya yang sok-sok an.

Naruto mendengus, ia jadi berpikir ulang untuk menjadi kaya, takut seperti orang sombong didepannya yang beberapa hari ini selalu menganggunya.

Selalu berdiri didepannya sejak pertemuan mereka di sekolah yang baru beberapa bulan Naruto masuki karena paksaan dari seseorang yang mengaku sebagai teman baik ayahnya.

"Apa mau mu?"

Naruto memberikan suara beratnya, terdengar tidak menyukai kedatangan seorang Uchiha ke wilayah kekuasaannya.

Seringai dari orang-orang didepan Naruto adalah balasan yang ia terima. Naruto memasang kuda-kuda bersiap-siap jika orang-orang tidak punya kerjaan di depannya itu menyerangnya.

Dan seperti apa yang ia duga, mereka menyerangnya secara bersamaan hanya Uchiha yang masih berdiri ditempatnya namun pemuda itu tidak menyeringai lagi seperti tadi Naruto tidak bisa membaca raut wajahnya yang sekarang, begitu datar dan dingin.

Ketiga antek-antek Sasuke sudah berhasil ia lumpuhkan.
Lelah jelas terpatri pada wajahnya, juga nafasnya yang tersenggal-senggal. Naruto menumpu kedua tangannya pada lutut, ia membungkukkan tubuhnya demi menetralkan kembali nafasnya. Semua yang dilakukan Naruto tidak luput dari onyx pemuda yang masih berdiri didepannya.

Naruto terkejut dan kembali menegakkan tubuhnya saat langkah kaki Sasuke mendekat.

"Sa... Uzumaki-san kau hebat seperti biasanya."

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang