Chapter 0 - Beginning

25 4 0
                                    

"Aku lapar"

"Ssst, ini adegan penting kumohon diamlah." Aku berdecak kesal melihat responnya yang tetap mengacuhkanku.

"Lugeee! Aku lapar." Ucapku sambil memasang muka semelas mungkin walaupun ia tidak bisa melihat ekspresiku sekarang. Ya sejak tadi aku memang tiduran di pahanya. Tidak ada jawaban dari Luge, Ia tetap fokus dengan filmnya dan mengelus-elus rambutku.

Sejenak muncul pikiran jail di otakku. Aku beranjak dari tidurku dan duduk di sebelahnya. "Daritadi kau menghiraukanku. Sekarang, biarkan aku yang memasak! Biarkan aku mengobrak abrik isi kulkasmu dan dapurmu!" Ancamku sambil menatap intens ke arahnya.

Aku semakin kesal dibuatnya karena Luge hanya mengangguk mengiyakan ucapanku. "Ah bodo! Aku ke dapurmu sekarang! Bye!"

Aku melangkahkan kakiku dengan kesal menuju dapur rumahnya. Ujung bibirku langsung terangkat begitu sampai di dapur. Aku segera mengambil panci yang berada di dekat kulkas. "Luge!! Bisakah kau mengambilkanku pancinya? Aku tidak bisa menggapainya! Luge!" Bohongku. Dengan sengaja aku menjatuhkan panci itu ke lantai.

*Prang!!*

Aku mengintip Luge dari dapur, Ia terlihat ingin beranjak dari duduknya tapi masih enggan dilakukan karena film itu. Aku pun sengaja memukul gelas dengan sendok.

*tung Trung PYAR!*

"Ops! Luge!!! Gelasnya pecah." Tidak aku sama sekali tidak memecahkan gelasnya. Kini aku melihat Luge sudah berdiri dari duduknya tapi Ia tidak segera berjalan menuju dapur. Argh jinjja Luge! Tunggu masih ada satu lagi. "Luge!! Dimana kau menyimpan pisaunya?!"

"Dekat wastafel cari saja disitu!" Aku tersenyum akhirnya Luge merespon kali ini.

"Argh! Luge!! Aku memotong jariku sendiri sakit luge sakiit!" Aku tertawa kecil begitu mendengar suara langkah kaki yang cepat. Dengan segera aku mengambil panci yang berada di dekatku.

"Nari-ah! Gwenchanayo? Apaka-" Aku menyodorkan sebuah panci begitu sosok Luge berada di depan dapur.

"Gege aku lapar. Masakan aku makanan."

Luge menyipitkan matanya begitu ia melihatku baik baik saja tanpa ada goresan luka sedikit pun di jariku. Aku memasang wajah puppy eyesku di hadapannya seolah-olah menyuruhnya untuk segera memasakanku makanan. "Arra, arra... berikan pancinya kau diam dan duduk saja disana." Ucapnya sambil menunjuk kursi di depan kitchen counter.

Aku tersenyum puas dan menuruti perintahnya. Sedangkan Luge dia sekarang sibuk menyiapkan makanan untukku. Kupandangi terus menerus muka serius Luge saat ini. Aku tidak tau kenapa aku bisa menyukai pria ini. Karena tingginya? Tidak, dia tergolong pendek untuk ukuran pria. Karena sikap Manly? No, Big No! Dulu, dia sama sekali tidak bisa bersikap dewasa atau bahkan bersikap Manly. Dan juga, pria ini tidak bisa dibilang tampan. Ya, Luge memiliki wajah yang cantik bahkan aku saja merasa gagal jadi wanita karenanya. Tapi yang jelas aku selalu merasa nyaman bila didekatnya.

Aku sangat beruntung bisa mendapatkannya. Kau tau? Cukup susah untuk bisa mendapatkan hatinya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Pretty BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang