III

64 1 0
                                    


Hillary yang dikenal sebagai anak yang gampang bergaul ini memang memiliki banyak teman, bahkan banyak juga yang iri dengannya karena ia dekat dengan seorang cowo yang pinternya minta ampun. Suatu saat Nathan dipanggil oleh salah satu dosen senior di kampus itu.

"Nathan, silahkan duduk"

"eh iya pak Budi, kenapa ya manggil saya? Bapak kan tidak pernah mengajar kelas saya?"

"oh bukan nate, ini soal essay yang kamu berikan ke Ibu Dian beberapa waktu yang lalu"

" oh essay itu pak, kenapa ya pak, apa ada yang salah dan harus saya perbaiki"

" tidak nate, essaymu sangat luar biasa,,, dan tanpa sepengetahuanmu kami mengajukan essay itu pada sebuah perusahaan, dan essay itu diterima dengan pujian yang sangat luarbiasa, Direktur yang membaca essay mu sangat mengapresiasi essay mu dan berharap bisa bertemu dengan mu bulan ini. Mungkin kau akan dikontrak oleh perusahaan Angkasa Jaya setelah lulus dari sini atau mungkin kau akan mengambil S2 di kampus yang lebih baik, sungguh aku bangga padamu Nate"

"terimakasih pak, Tapi saya masih terlalu muda untuk mengambil keputusan itu, lagian saya juga tidak terlalu tertarik dengan bekerja"

"terserah kau saja nate, tapi kau akan bertemu dengan Bapak Adi tanggal 15 besok, persiapkanlah dirimu, mungkin kau akan diwawancarai disana"

"hanya saya pak"

"iya hanya kau,"

"Baiklah pak saya permisi"

"terimakasih nate sudah mau datang untuk berbicara, "

"sama sama pak"

Nate tidak begitu senang dengan pemberitahuan itu, mengapa tanpa persetujuannya ? mengapa ia harus menghadap direktur sebuah perusahaan hanya karena essay bodoh yang diajukan salah satu dosen di kampusnya. Ini seperti mimpi buruk, ia tidak senang bertemu dengan orang-orang baru, apalagi buruknya mungkin ia akan diwawancarai di hadapan para senior-senior di perusahaan itu. Sungguh mengerikan batinnya. Setelah kelas selesai, ia keluar kampus, sopirnya sudah menunggu ia diluar. Pak Joko namanya. Ia sudah mengganggap Pak Joko ayahnya sendiri, semua ini akibat keluarganya yang bisa dibilang hancur setelah kematian ibunya, ayahnya kerja dari pagi hingga malam, ia jadi senang minum minuman keras, meskipun harta kekayaan yang dimiliki keluarganya sangat banyak, Nathan merasa kesepian , ia tidak pernah mendapat kasih sayang dari ayahnya, mendapakan kasih sayang layaknya seorang anak, bahkan ia jarang sekali bertemu dengan ayahnya dalam kondisi sadar, saat ia bertemu dengan ayahnya, ayahnya selalu dalam keadaaan mabuk, jika sudah mabuk Nathan langsung masuk ke dalam kamarnya menutup pintu lalu dikunci, ia trauma dengan kejadian masa kecilnya, Ayahnya memukulinya menggunakan sabuk di punggungnya, malam itu jika Pak Joko tidak datang membantu Nathan mungkin Nathan bisa mati. Ia sangat menyayangi Pak Joko dan Istrinya Bi Minah yang juga bekerja di rumahnya sebagai pembantu, bisa dibilang Pak Joko dan Bi Minah adalah orangtua asuh Nate.

Nate yang merasa bingung antara menolak atau menerima pertemuan itu dengan Direktur PT. Angkasa Jaya itu bercerita pada pak Joko

"Pak, saya ini kalo lulus kuliah langsung kerja gimana?"

"ya bagus to den, lha wong orang lain aja berusaha mencari kerja susah payah, kalo raden bisa kerja habis kuliah ya bagus to den, bikin bangga papa"

"tapi kalo langsung saya diberi jabatan tinggi bagaimana?"

"tambah bagus den, gajinya banyak, bisa bikin Papa kamu bangga"

"tapi bukannya dengan umur yang masih muda dan langsung jabatan yang tinggi, tambak bikin kita banyak musuh ya Pak? Saya nggak mau punya musuh Pak, saya nggak mau cari masalah, saya nggak mau membuat orang lain sengsara"

"apanya yang sengsara to den? Kamu itu bisa aja, raden kan pinter, sopan, ya cocok kalo dikasih jabatan yang tinggi karena tanggungjawabnya juga besar, kalo orang yang rendahan minta dikasih jabatan yang tinggi ya mohon maaf den, nggak bisa, mereka nggak bakal bisa mengatur sedemikian hal untuk sebuah perusahaan. Ngapain juga raden mikirin musuh karena jabatan yang tinggi, adanya raden disegani bukan dibenci. Lagian kadang-kadang egois itu perlu kok den"

"gitu ya pak...ah, sudahlah pak, aku tidak mau memikirkan hal ini, terlalu berat"

"yang sabar ya den..."

Nathan tidak menanggapi perkataan Pak Joko yang terakhir, entah kenapa hari itu kepalanya terasa sangat berat, tidak lama ia rebahan di kursi mobil, ia sudah tertidur pulas. Saat terbangun ia sudah ada di kasur kamarnya, Ia tidak ingat bagaimana ia bisa sampai di kamarnya, ia juga belum ganti baju, masih menggunakan baju yang sama saat di kampus. Nathan langsung bergegas mandi dan makan, lalu kembali ke kamarnya, lagi-lagi ayahnya belum pulang, Ia sempat bertanya pada Bi Minah, tapi Bi minah juga tidak tahu ayahnya sudah pulang atau belum. Nathan memutuskan untuk menunggu ayahnya. 1 jam berlalu tapi Ayahnya juga tak kunjung datang, Nathan sudah merasa penat, dan ia akhirnya masuk ke kamar. Ia harusnya memberitahu Hillary, tapi ia tidak memberitahunya, Nathan yakin pasti cewek yang dicintainya secara diam-diam ini akan menghujaninya dengan berbagai ejekan.


FAITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang