"Baik, pak saya akan segera mencari karyawan baru untuk membantu Tuan Song." "..." "Baik. Sesegera mungkin. Semoga Anda lekas sembuh pak!" Yoo Jae Suk menghela nafas setelah mengakhiri pembicaraan via telepon dengan Presdir Song. Ia harus memutar otak dengan keras. Bagaimana Ia bisa mencari karyawan baru dalam waktu sesingkat itu? Mengapa Predir Song harus sakit di saat-saat genting seperti saat ini? Saat ini perusahaan mereka sedang menunggu hari perilisan produk baru. Namun masalah terus saja terjadi. Mulai dari jatuh sakitnya Presdir, proses produksi yang bermasalah belum lagi tangan kanannya sendiri, Tuan Ji Suk Jin tiba-tiba mengambil cuti karena istrinya di Busan tengah melahirkan. Kini Ia masih harus berkutat mencari 3 karyawan baru. Yang satu sebagai pengganti sementara Tuan Ji, yang satu lagi sebagai partner kerja Tuan Kim Jong Kook untuk menyelesaikan masalah produksi sedangkan yang lain sebagai sekretaris anak Tuan Song-Ia akan mengganti posisi sementara ayahnya-
"Hyung, apa yang kau pikirkan?" Haha melenggang masuk tanpa mengetuk pintu sembari memberikan lembaran fact sheet pada Yoo Jae Suk.
"Haish, kau mengejutkanku. Tak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?" Yoo Jae Suk meletakkan kacamatanya di meja.
"Hyung, aku telah mengetuk pintumu sejak tadi. Jadi kupikir kau pasti sedang melamun lagi. Sepertinya kau saat ini kau mempunyai kebiasaan baru ya."
Haha benar. Akhir-akhir ini Yoo Jae Suk memang sering melamun. Pikirannya sering menerawang jauh mencari-cari langkah yang tepat untuk kedepannya. Jika hal ini terus terjadi bukan tidak mungkin Departemen Pemasaran akan mengalami kelumpuhan total. Bahkan mungkin saja perilisan produk baru mereka harus ditunda.
"Ini tidak boleh terjadi." Jae Suk bergumam dalam hatinya sendiri. Ia yakin Ia pasti bisa melalui semua ini. Ya semua akan baik-baik saja, pikirnya. Tak tega membiarkan Haha terus kebingungan dengan kediamannya, Ia segera berterima kasih.
"Terima kasih, Haha. Kau boleh segera kembali ke ruanganmu. Maaf merepotkanmu."
"Tidak masalah Hyung. Aku memang bawahanmu bukan? Jadi kau berhak merepotkanku." Ia menyeringai. Lalu mengendikan bahu. "Aku hanya bercanda Hyung! Jangan terlalu serius mendengarnya." Ia beelalu pergi. Melenggang dengan nyaman bahkan tanpa permisi.
Departemen pemasaran memang begitu kasual dan penuh canda. Tak dapat dipungkiri kehadiran kepala departemen, Yoo Jae Suk menjadi alasan utama dibaliknya. Setiap anggotanya pun begitu dekat layaknya keluarga.
Hal pertama yang dapat dipikirkan oleh Yoo Jae Suk adalah meminta tolong pada juniornya yang saat ini menjadi kepala departemen pemasaran cabang di Pohang.
Tuut.. tuut.. dering demi dering, namun tak jua terdengar suara di sebrang. Sepertinya takdir enggan menolongnya kali ini. Ia memutuskan menjelaskan masalahnya melalui pesan suara "Gary-Ya, aku rasa kau sedang sibuk saat ini. Tapi sempatkanlah sejenak untuk menghubungiku. Aku butuh bantuanmu."
***
Cuaca begitu terik siang ini. Matahari serasa membakar kulit. Gary masih termangu di pinggir lapangan futsal. Ia sengaja menyendiri untuk sementara waktu. pikirannya tak dapat teralih dari kejadian malam tadi.
"Oppa, apa yang kau lakukan disini seorang diri?" Suara itu. Ia hafal betul suara itu. Suara wanita pemilik hatinya. Bahkan hanya mendengar suaranya saja bagai mendapat oase. Ada kesejukan dihatinya. Ia baru sadar betapa rindu telah menguasai sebagian hatinya. Mengoyak seluruh logikanya. Ia baru menemuinya pagi tadi, namun dalam beberapa jam saja tidak bertemu telah membuatnya merana.
Ia menoleh perlahan. Mengerjap beberapa kali memastikan bahwa itu memang Song Ji Hyo, gadis pujaannya.
"Oppa, kau tidak apa-apa?" Song Ji Hyo sedikit membungkukkan badan, sebelah tangan bertumpu pada lutut kirinya sedang yang satu lagi menyentuh pundak sang bos, Kang Gary. Sinar matahari terpantul dari jam tangan yang digunakannya.
"Ah, Ji Hyo-ya. Tentu." Seulas senyum tersungging tanpa rencana. Ia bangkit. Kontan Song Ji Hyo juga turut berdiri tegak kembali.
"Oppa, seharian ini aku mencarimu dimana-mana. Ternyata kau ada disini."
"Mianhe Ji Hyo-ya, aku hanya ingin jalan-jalan saja. mengapa kau mencariku?"
"Oppa, klien kita ingin membahas mengenai perpanjangan kontrak. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kau tidak lupa kan, oppa?"
"Astaga, aku benar-benar lupa. Jam berapa aku harus menemuinya?" Tidak biasanya Ia lupa mengenai janji dengan klien. Apalagi jika urusan kontrak bisnis. Sepertinya cinta telah membungkam semua keprofesionalannya.
"Ah, Oppa. Kau telah membuat janji bertemu pukul 3 sore. Palli Oppa, pergilah ke ruanganmu. Disana aku telah meletakkan dokumen yang kau perlukan."
"Terima kasih. Kau selalu membantuku di saat-saat seperti ini Ji Hyo-ya. Aku tidak tau apa yang akan terjadi jika tidak ada dirimu." Ia menatap Ji Hyo dengan hangat. Sangat hangat malah. Beruntunglah cuaca terik siang ini memaksa Ji Hyo menyipitkan mata sehingga Ia tak menyadari tatapan macam apa yang diberikan atasannya.
"Kaja, Oppa!" Ji Hyo berbalik hendak melangkahkan kaki menuju kantor sebelum akhirnya Gary meraih tangan kirinya. "
"Maukah kau menemaniku kali ini? Aku rasa 2 jam tidak akan cukup untuk mempelajari semua dokumen itu. Sayangnya, Aku butuh bantuanmu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Of Love
Fiksi PenggemarSong Ji Hyo, gadis berhati beku namun memiliki tanggung jawab moral yang luar biasa. Ia tak percaya cinta namun percaya akan kewajiban. Ia tak tergila-gila dengan harta maupun kasih sayang, satu-satunya yang dikejarnya hanyalah pengalaman. Ia berhar...