Gadis Berjubah Merah itu...

37 6 11
                                    

Suara aneh itu datang lagi malam ini, sepertinya ia mengincar sesuatu... angin yang lembut menerpa wajah gadis berjubah merah yang kini diam-diam menyusup kedalam apartemen di dekat hutan...

"Molly, habiskan susu mu lalu pergi tidur," suara ibu membuat bayangan dongeng yang kubaca menjadi hancur berantakan.

"Ibu bisakah kau tidak beteriak saat melewati kamar ku?"

"Tidak,jika ibu tidak berteriak maka kau tak akan mendengar nya,"

Kini lampu kamar mereka sudah padam, ta ada lagi suara televisi dan suara radio yang biasa nya di putar setiap pukul 10 malam.

Entah kenapa beberapa hari ini ibu agak sedikit aneh, tidur lebih awal, sibuk dengan komputernya dan selalu mengomeli aku yang kerap kali membaca dongeng horor.

"Apa ibu sudah tidur?" tanya ku yang diam-diam mengintip kamar ibu.
Tak ada jawaban, sudah pasti ibu sudah tidur jika tak ada sahutan sama sekali.

Aku melirik jam dinding, sudah tengah malam tepat pukul 12 bel tengah malam pun berbunyi dengan seram nya, aku menyusuri ruang tamu dan menuju ke dapur untuk menaruh gelasku.

Apartemen tempat kami tinggal sudah lumayan tua, tapi tak ada yang aneh di sini sampai pada malam ini, aku mendengar sebuah suara seperti seseorang yang mengepak barang nya.

"Siapa disana?" tanya ku, tanpa pikir panjang aku mengintip lewat pintu dan melihat sesosok wanita dengan jubah merahnya.

Ia sibuk mengepak barang, memasukkan sebuah kardus ke kamar sebelah.

"Hai nona, apakah kau tetangga baru kami?" tanya ku dengan sopan.

Ia mengangkat kepala nya namun tak sempat aku melihat wajah nya, ibu sudah menarikku masuk ke dalam rumah.

"Ibu, kau belum tidur?" tanyaku kaget

"Sedang apa kau tengah malam begini? Cepat tidur, kau harus sekolah besok," ibu kembali mengomeliku, lalu mengunci pintu dan kembali ke kamar nya.

"Aku hanya ingin menyapa tetangga baru kita," gumamku

---

Pagi ini aku bergegas keluar apartemen untuk menyapa tetangga baru ku itu, tapi tampak nya ia sedag pergi.

Aku hanya menemukan pak Jean yang sedang membersihkan halaman sekitar.

"Selamat pagi pak," sapa ku

"Pagi Molly, berkelana lagi hari ini?"

"Ya!! Aku pasti akan menemukan misteri apartemen ini,"

"Jangan terlalu berkhayal nak, apartemen ini aman."

"Dia banyak berkhayal," Ibu mengajakku masuk ke dalam mobil.

Ibu mengantarku sampai ke gerbang sekolah, aku melambaikan tangan ketika ibu memutar mobilnya untuk menuju tempat kerja nya.

Kini aku duduk di bangku kelas yang membosankan, hingga aku lulus SMP nanti, aku akan memilih jurusan sastra di bangku SMA.

"Molly, apakah ada hal yang seru lagi di apartemen mu?"

Ini Clara, teman baikku. Aku dan Clara selalu bertukar dongeng horor buatan kami. Clara adalah penulis dongeng yang bisa ku acungi 4 jempol sekaligus.
---

Gadis berjubah merah itu datang lagi, ia menyusup melewati koridor mencari mangsa... ia terkenal menjadi seorang pembunuh berantai, banyak orang yang mengatakan bahwa jubah nya berwarna merah karena darah...

----

Malam ini aku mengetuk pintu apartemen sebelah, memastikan nona berjubah merah itu bukanlah seseorang yang menyeramkan.

Aku mengetuk pintu nya berulang kali namun tak ada jawaban.Hari berikutnya hal yang sama aku lakukan, tapi kali ini aku berhasil melihat nona berjubah merah itu menatap ku sinis, tapi ia tersenyum ramah.

"Silahkan masuk," ucap nya

Aku masuk ke dalm apartemennya dan melihat betapa sedikitnya barang di dalam apertemen nya.
Ia bahkan tak mempunyai kasur untuk tidur.

"Nona, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Sebentar, aku kehabisan air minum, biar aku beli dulu"

Ku pikir, jarak dari supermarket ke apartemen tidaklah jauh, namun sudah satu jam aku menunggu di ruangan ini.

Dan samar-samar aku mendengar suara ibu.

"Molly, ayo pulang!!" aku langsung mengikuti ibu dan kembali ke kamarku tanpa menunggu nona berjubah merah itu datang.

Hari berikutnya aku kembali mencari tetangga ku itu, namun gagal. Aku tak melihatnya beberapa hari ini, sudah tiga hari tepatnya.

Namun malam ini aku bertekad menunggunya di depan pintu untuk menanyakan hal yang mungkin tidak masuk akal.

Berjalan lah gadis berjubah merah, ia membawa sebuah pisau dan korek api, senyumnya mengembang seakan melihat mangsa... ia lelah setelah berjalan jauh mengitari hutan mencari mangsa selanjutnya...

----

"Hai nona" sapa ku"kenapa kau pergi saat aku membeli minuman?"

"Aku hanya mengikuti perintah ibu."

"Tak usah pikirkan ibu mu,"

"Tapi, aku hanya penasaran padamu, apakah kau seorang pembunuh berantai?" tanya ku spontan.

Malam yang gelap itu membuatku takut, seakan nona berjubah merah ini mengintaiku dan ingin memburuku.

Aku takut, aku kehilangan nafas, ia mengeluarkan pisaunya lalu siap untuk mencabik-cabik tubuhku, aku ingin berteriak namun sepertinya sia-sia.

Ibu tak bisa mendengarku dari ini, tangannya sudah menggapai kerongkoganku, seakan tak bisa melawan aku hanya melihat cahaya kecil sebelum aku benar-benar kehabisan nafas.

Ia tersenyum kepadaku , gadis berjubah merah itu melambaikan tangannya. Aku ingat, dia adalah sahabatku yang dulu hilang di hutan dan dibunuh dengan kejam oleh pamannya.

Aku merasa bersalah karena mengajaknya bermain dihutan saat itu, aku merindukannya namun tak bisa menjaga nya...

----

Ibu mendekapku dengan erat, ia meneteskan banyak airmata. Aku berada di ruang ICU dengan sekelompok dokter berjubah putih dengan tulisan "psikiater"

"Ibu," panggil ku
"Molly , sadarlah dan ibu mohon kembali lah. Kau tak bersalah,"

Aku terdiam dan hanya menatap ibu, dahiku berkerut penuh tanya, dokter pun mulai menjelaskan apa yang terjadi padaku.

"Molly, untuk satu bulan kedepan, kau harus menjalahi terapi. Kau mengalami gangguan psikosis schizophrenia tingkat halusinasi,"

"Ibu, apa yang dokter ini bicarakan?"

Belum sempat aku mendengar jawaban ibu ku, mataku sudah tertutup dan aku tak sadarkan diri karena bius.

the end....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Berjubah Merah Itu....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang