Chapter 20 - The Savior

4.4K 416 110
                                    

Eliza POV

Beberapa hari berlalu. Mungkin hampir seminggu. Seminggu tanpanya. Ugh. Aku ingin melihat dia. Aku ingin bertemu dengannya.

Keadaanku sendiri sudah membaik. Aku sudah boleh jalan-jalan. Mama juga selalu menemaniku. Well, Papa hanya menjenguk sesekali.

Dan ya, aku terjebak! Di sini! Di Singapore!

Tanpa bisa berbuat apa-apa.

Aku sempat menelpon Olivia beberapa hari yang lalu. Tapi belum sempat aku bicara banyak, sambungan telpon di kamarku di cabut sama pesuruh papa yang selalu jaga 24 jam. Hansip Papa gitu deh. Kebagusan kalau di sebut bodyguard kan? Aih sialan bener.

Ya, Papa ga suka terhadap Olivia. Katanya dia membawa pengaruh buruk padaku dan menyebabkan aku juga menjadi gay sepertinya. What the?

Apa yang harus aku lakukan?

Aku tau papa orang yang sulit. Ya gimana tidak, beliau membuangku waktu itu. Tidak segan-segan mencoretku dari daftar hak warisnya. Walaupun aku juga tidak peduli dengan semua itu. Who cares?

Oh iya aku belum bilang bahwa aku mempunyai saudara angkat. Namanya Brandon. Dia di angkat anak oleh papa karena jenius. So, otomatis dia yang akan menjadi calon hak waris tunggal.

Brandon sendiri berumur hampir 30-an. Berperawakan tinggi, berbadan kekar coklat, cute dan berkacamata. Sekali lihat dia terlihat tegas, tapi setelah dekat dia orangnya asyik. Selain itu dia hobby masak, bahkan  punya big restaurant sendiri di sini. Dia juga menganggapku sebagai adiknya sendiri.

Saat dia tahu aku mengalami kecelakaan dan di rawat di sini, dia segera menemuiku. Tapi waktu itu aku masih sangat lemah. Bahkan untuk berbicara.

Lalu setiap harinya dia menjengukku, walaupun dia sangat sibuk mengurus perusahaan bersama Papa.

Perusahaan Papa sendiri bergerak di bidang pengiriman barang dan jasa. Kakekku yang mendirikannya. Dan kantor pusatnya ada di Aussie yang masih di kelola kakek sampai saat ini.

Tau sendiri kan bahwa jarang banget barang buatan luar negri yang bisa masuk ke Indo? Pasti pengirimannya cuman bisa lewat Singapore atau Australia yang terdekat. Ga bisa langsung ke Indonesia. Dan masuk ke Indo harus melalui bea cukai yang ga sedikit harga yang harus di tebus untuk mengambil barang yang kita pesan. Ya gitulah.

Kakek dan nenek sendiri tidak bisa ke sini. Nenek sudah lemah dan sakit-sakitan. Oh I miss them.

Dan sekarang harapanku hanyalah Brandon. Dia sudah tahu ceritaku dengan Anna. Ya, aku menceritakan semuanya dan Brandon berjanji akan membantuku meyakinkan Papa.

Hari ini aku juga bertemu dengannya, terdengar dari suara sepatu pantofel-nya yang khas.

Tok. Tok.

"Masuk aja", kataku.

"Hai cutie pie. How are you today?", katanya sambil membawa bunga dan bungkusan McD. Brandon selalu terlihat resmi dan perfeksionis. Dia menggunakan setelan jas navy yang terlihat superrr klimis.

"Boring. Ah, you brought me Big Mac? With the sauce and fries too?", kataku kegirangan.

"Yes sweetheart, all yours", katanya duduk di sebelahku. "Sini aku suapin"

Roses and Butterflies (On Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang