Bab IX : Serpihan masa lalu

687 24 10
                                    

Kala jingga terbangun dan anehnya rasa sakit itu hilang digantikan dengan rasa bingungnya, saat membuka matanya semuanya terasa asing, bukankah ia tadi ada di dekat gua lebah dan dimana pula dokter sombong itu.

"apakah aku ada di alam lain,apa aku sudah mati dengan kata lain aku telah kalah" batin jingga, namun kemudian ia buru-buru mengenyahkan pikiran tersebut, ia mendekap dirinya karena udara sangat dingin hingga menusuk tulangnya, ia melihat keatas langit yang gelap yang mengeluarkan guntur padahal bulan sedang dalam keadaan sempurna.

"aneh"

ia berjalan menyusuri perkampungan yang sangat sepi, mungkin mereka sudah terlelap dan nyenyak ditempat peristirahatannya masing-masing. ia kelelahan mengelilingi perkampungan yang asing tersebut, ia memutuskan untuk duduk disebuah batu yang tidak terlalu besar  yang kebetulan berada disitu, ia mulai mencium bau seperti bau kemenyan yang menyengat dan udara menjadi semakin dingin. dalam setengah sadarnya karena ia sedikit mengantuk, ia melihat seekor harimau putih yang sedang menatapnya, reflek ia menegakan tubuhnya dan memasang kuda-kuda namun harimau putih itu tidak bergeming malah meninggalkannya karna rasa ingin tahunya yang tinggi, Kala jingga mengikuti arah kemana Harimau itu pergi namun karena dia yang kurang fokus atau apa, tiba-tiba harimau putih itu menghilang tepat didepan rumah pangggung yang tidak jauh dari perkampuangan trsebut.

di selasar depan rumah ia dapat melihat perempuan yang paling cantik yang pernah ia lihat sedang mengelus perutnya yang besar, wajah cantiknya terlihat khawatir entah apa yang sedang dipikirkannya, lalu  tiba-tiba seorang pria dari belakang memeluknya menenangkan, mungkin itu suaminya.

Kala jingga ingin mendekat tetapi ia tidak mau menganggu momen kebersamaan mereka ,mengintipnya saja sudah tidak dibenarkan tetapi aku harus tahu aku ada dimana.

Tidak ada pilihan lain, ia harus bertanya pada pasangan tersebut, langkahnya terhenti ketika ada 3 orang mendatangi mereka, seorang kakek yang sanat tua tapi kelihatan bercahaya, seorang pemuda dan pemudi, mereka terlibat perbincangan.

ia melihat wanita cantik itu menitikan air matanya kemudian menghapusnya, ia mengangguk kemudian 3 orang itu masuk kedalam rumah dan membawa seorang anak laki-laki sekitar 7 tahunan yang memberontak tak ingin dibawa orang - orang tersebut. kalau dilihat-lihat anak laki-laki itu mirip dengan dokter sombong itu, ia makin mendekat dan benar saja ia adalah versi kecil dari dia.

" Ibu, ayah kumohon akut idak ingi pergi, aku ingin bersama kalian" ucap anak itu memohon sambil melepaskan pegangan dari orang-orang tersebut.

"Daru, maafkan kami..ini demi kebaikanmu. ibu dan ayah berjanji akan berusah sekuat tenaga agar kita dapat berkumpul kembali" ibu dan ayanhnya memeluknya dengan sayang seakan mereka tidak akan pernah berpelukan kembali. anak itu tetap menggelang dan memohon.

"ibu aku belum melihat adiku,, tolong izinkan aku tinggal sampai ia lahir ibu" 

ibunya menggelang tegas, kemudian mencium kening anaknya 

"tidak nak, Kau harus jadi kuat agar mampu melindungi adikmu, maukan" 

Daru kecil mengangguk meskipun tidak dapat menghentikan tangisnya, lalu dengan secepat kilat mereka sudah pergi dari hadapan kedua pasangan tersebut yang saling berpelukan menguatkan.

"Permisi..." 

"Permisi.." Jingga mengucapkannya lagi karena kedua orang tersebut tidak meresponnya bahkan ia sampai mengetuk-ketuk meja dihadapan mereka.

"Awww" Jingga mencubit lengannya sendiri,takutnya ini tidak nyata lalu kedua orang tersebut meninggalkan jingga.

namun saat ingin mengikuti mereka, seakan ada yang menariknya menjauh dari mereka,tiba tiba saja ia sudah di gua lebah namun keadaanya sangat berbeda, lebah-lebah itu menjaga pint u masuknya, saat ia masuk ia mendengar suara erangan kesakitan dari seorang wanita dan ia sedang melahirkan dibantu dengan seseorang yang ia panggil Harwati,suaminya setia mendamipinginya.

"oek..oekkk" tangis pecah bayi menimbulkan rasa haru bagi mereka dan dirinya, entah kenapa ia juga merasa bahagia melihat momen itu tanpa terasa ia menitihkan air matanya.

"Selamat kalian mendapatkan anak perempuan yang sangat cantik, ka gumara dan pitaloka" ucap wanita yang bernawa wati itu, kedua pasangan tersebut tersenyum getir.

"namanya Kala Jingga Peto Alam,bagaimana pita, kau setuju kan?" ucap Gumara sambil mengusap pipi anak perempuannya dan dibalas dengan anggukan istrinya yang dipenuhi dengan rasa cemas.

deg,hati kala jigga berdesir dan mulai mempertanyakan apa arti ini semua, kenapa anak perempuan itu memiliki nama yang sama dengan dirinya, apakah itu dirinya tetapi terasa tidak mungkin, dia seorang Saga dan bukan manusia Harimau.

ia memandangi kedua pasangan tersebut dan menatapnya lama sekali

"ayah, ibu, apakah ini kalian,apakah itu mungkin ?"

kembali kedua pasangan tersebut harus kehilangan anaknya, mereka menyerahkan anak perempuan tersebut kepada Wati. Kala jingga seperti tak rela.

"Kumohon jangan serahkan dia, dia masih bayi, apa kalian tega" jingga memohon kepada kedua pasangan tersebut dan lagi mereka tak meresponnya. Air matanya tidak dapat ditahan sekan dirinyalah yang merasakan apa yang dirasakan bayi perempuan tersebut.

"kumohon jangan,, jangan,,, ibu, ayah"

"Maafkan kami,,," ucap mereka lirih saat dirinya tertarik kembali oleh suatu kekuatan lalu disinilah ia ditengah medan pertempuran.

pertempuran berlangsung sengit, ia melihat pitaloka dan gumara merubah wujud mereka menjadi harimau begitu pula ke 5 orang lainnya. musuh mereka sedang tertawa bahagia apalagi senik dan seorang laki-laki yang ia panggil Dasa laksana tertawa terbahak karena melihat ke tujuh manusia hraimau itu kelelahan menghadapi pasukan iblis mereka.

ia ingin membantu mereka, tetapi seperti ada kekuatan yang menahannya.

ke 5 lima manusia harimau itu telah gugur tinggal pitaloka dan gumara menghadapi mereka semua.

lalu ia melihat pitaloka melakukan gerakan jurus yang mampu membuat bumi Andalas gempa 

"aku tidak punya pilihan lain"

kekuatan itu menariknya kembali dan ia terbangun dengan nafas yang terengah-engah dengan keringat yang sudah membasahi bajunya.

dihadapannya ia melihat dokter sombong itu yang kelihatannya cemas, tanpa dikomando Andaru memeluknya erat.

"Adiku"


NP:akhirnya bisa nyelesaiin bab ini, gimana menurut kalian??  siapa yang kangen sama  GUmara dan pitaloka???? ,

bab selanjutnya minggu depan yah,,,bye



Kumayan : Kebangkitan Harimau putihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang