Part 2

325 38 5
                                    


Lima jam yang lalu, aku bukanlah lagi seorang gadis tanpa ikatan. Kini aku telah berstatus sebagai istri seorang laki –laki bernama Kim Jongin. Aku tak bisa sebebas dahulu, aku terikat dalam bingkai rumah tangga yang suci. Kini di sampingku tengah duduk sosok suamiku, laki-laki pertama yang merebut ciuman pertamaku. Kami berdua tengah menikmati adegan demi adegan yang terpancar dari kotak dengan gambar bergerak di depan kami. Kebisuan melanda kami berdua, entahlah, tak ada satupun kata yang terucap.

"Aku akan mengambil minum, kau ingin minum apa?" Tanyaku kaku,

"Soda saja," sahutnya dingin. Segera ku berjalan menuju dapur, mengambil minuman untuk kami, lantas kembali lagi ke ruang tengah di mana Jongin masih asik menatap televisi. Kuberikan soda yang ada di tangan kananku pada Jongin. Hanya senyuman irit yang diberikan olehnya.

"Walau tak ada orang yang tahu kita telah menikah, jagalah dirimu di hadapan semua orang, aku bukannya mau membatasimu, namun kini kau adalah tanggung jawabku" Ujar Jongin tiba-tiba. Aku hanya melongo mendengar penuturannya.

"Aku hanya menjalankan kewajibanku. Aku tak akan menggangu privasimu, maka kau jangan pernah mengganggu privasiku. Namun, kita harus hidup sebagai suami istri, maka kita harus tetap menjalankan kewajiban kita sebagai suami istri."

"Maksudmu?" Tanyaku gagap. Aigo, apakah hari ini aku akan kehilangan kehormatanku? Ah, Bagaimana ini?

"Jauhkan pikiran mesum darimu, Aku tak akan melakukan hal yang begitu penting itu tanpa cinta," tegas suamiku, aku menghela nafas lega.

__***___

"Seminggu ini kau menghilang kemana saja? Kenapa kau tak bisa di hubungi eoh?" Cecar Sehun saat berada di kantin kampus, memang selama seminggu ini aku menghilang dari kampus. Selain mengurus pernikahan, aku juga menjalani liburan 5 hari di Jepang bersama Jongin. Salah satu usaha keluarga agar kami benar-benar menjadi pasangan suami istri.

"Hanya menyegarkan pikiran." Jawabku, wajah Sehun berubah seketika. Ada gurat kegelisahan yang tergambar jelas.

"Apa karena pernyataanku saat pernikahan Yuri Noona?" mataku otomatis melebar, pernyataan cinta yang ia sampaikan padaku entah kenapa tak pernah kufikirkan lagi sejak bertemu Jongin, bahkan saat kami menikah kemudian. Kata – kata itu seperti lenyap begitu saja, padahal sebelum bertemu Jongin, Oh Sehun adalah sosok lelaki yang menggetarkan diriku, tiap kali bersamanya jantungku akan terpacu abnormal.

"Sudahlah Oppa, kita kan saudara, kau adalah anak dari Hye rin ahjumma yang jelas-jelas adalah kakak perempuan ayahku."

"Bukankah cinta tidak mengenal batas negara?" Selanya kembali.

"Kau terlambat oppa." batinku

"Kita sudah terhubung dalam ikatan darah, sudahlah aku tak ingin mendengar semua ini!" Ucapku kesal. Kuletakkan sendok yang ada di tanganku. Kugenggam tas milikku, tentu saja ingin segera beranjak dari lelaki yang ada di hadapanku ini. Tangan kekarnya berhasil mencegah aku untuk segera keluar dari tempat ini.

"Hajiman! Habiskan makananmu, aku akan diam" ucapnnya. Kutatap kedua matanya, berharap dia tak akan membahas permasalahan ini kembali.

Kami melanjutkan acara makan siang kami kembali. Suasana agak tegang berubah menjadi lebih santai. Sehun akan selalu menepati apa yang di ucapkan, tak lama dua orang gadis datang. Mereka ikut bergabunng di meja kami. Gadis yang satu mengenakan setelan rajutan selutut berwana kuning dan jeans bernama Irene, sedangkan gadis imut yang bersamanya adalah Lee Bona yang mengenakan vintage orange kesukaannya.

"Eonni, kemana saja si? Kami tak melihatmu beberapa hari di kampus ini!" Seru Jie Eun seketika.

"Hahaha, kalian ingin tahu saja, ah ya ada gossip apa selama aku tak ada di sini?" Tanyaku berbasa-basi. Kami bertiga adalah sahabat karib semenjak di terima di universitas ini. Irene berusia 3 bulan lebih tua dibandingku, sedangkan Bona sebenarnya berusia 2 tahun lebih muda dariku, namun karena kecerdasannya, ia bisa satu tingkat dengan kami.

"Ada dosen muda dan tampan, tampaknya dia juga berasal dari keluarga terpandang!"

"Jinja?" Ujarku bersemangat, kalau masalah seperti ini, aku pastikan Bona adalah gadis pertama yang tahu semua berita di kampus, bahkan ada semut melahirkanpun dia tahu.

"Nde, dia tampan dan berkarisma, tadi pagi kami sudah melihatnya di kelas manajemen umum." Jawab Irene bersemangat, memang apabila kami tengah membahas mahluk berjenis laki – laki tampan, tanpa dimintapun, kami akan selalu bersemangat. Namun, tetap saja kami hanya memiliki satu perasaan khusus untuk satu laki – laki pilihan.

"Kalian wanita sama saja, kalau sudah membahas laki – laki tampan kalian akan bersemangat!"Kesal Sehun merasa terabaikan.

"Hahaha, kau cemburu Sehun – ssi?" Kekeh Irene lagi, Sehun tak merespon pertanyaan dari Irene. Ia malah menenggelamkan wajahnya pada meja. Justru hal ini makin menambah gelak tawa kami.

"Eh, bukannya sudah jam dua belas lewat lima puluh lima menit?"

"Nde? Waktunya kuliah Manajemen Umum!" Pekik kami bertiga serempak.

xE(¡GU\


A/N

"Coba tebak! SIapa dosen itu?"

terima kasih sudah membaca... aku kira gak ada yang baca.. semoga suka ya..

Part lanjutannya di post besok kalau kuotaku mencukupi.. hehhe


Pink RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang