Ilustrasi: Gajah Antisura, gajah ningrat di kerajaan Hastina.
Bandung, di masa sekarang...
Ganes menatap layar laptopnya sembari membuka-buka situs Wattpad, situs tempat tempat dia menulis novel amatiran yang mengisahkan tentang dunia pewayangan. Pemuda yang memang menggemari wayang semasa kecilnya itu juga suka sekali menulis. Kini sepertinya dunia mulai melupakan keberadaan budaya wayang yang diwariskan oleh nenek moyang ini, sehingga Ganes tidak rela kisah pewayangan terancam menghilang begitu saja. Kisah yang menurutnya merupakan mahakarya yang juga mengandung nilai sejarah luar biasa ini akan kembali dituliskannya, walau dalam versinya sendiri serta diusahakannya sebisa mungkin menyesuaikan dengan gaya penulisan modern agar menarik minat banyak pembaca.
Matanya terpaku pada bagian layar yang menampilkan jumlah terbacanya novel hasil karyanya yang bertajuk Mahacintabrata. 'Hmm, sudah mencapai angka ribuan,' desahnya dalam hati, tampak tidak puas. Angka itu masih jauh dari harapan, jauh dari beban yang ditumpukan kepadanya dalam misi besar ini. Dia tidak mungkin bisa melaksanakan misi ini tanpa ada usaha dan gebrakan yang lebih hebat dan nyata. Apalagi novelnya kini sudah memasuki bagian cerita tentang Pandawa yang disadarinya akan penuh kontroversi. Ganes mendesah dalam hati, dia tidak bisa melakukan ini sendirian.
Tangan kanannya yang memegang mouse lalu bergerak cepat mengeser dan mengeklik untuk membuka situs email miliknya. Kemudian jari-jarinya begerak cepat mengetik sebuah email yang akan dikirim kepada seseorang yang menurutnya akan membantu mengemban misi ini sekaligus akan memiliki peranan besar nantinya.
'Hmm, Pak Iyas... seharusnya dari awal aku mengecek nama lengkap Bapak... Semoga belum terlambat...' desahnya lagi dalam hati sambil terus mengetik email yang ditujukan kepada seseorang yang bernama Vyasa Khrisna Dvaipayana itu.
***
Padepokan Saptarengga, dahulu kala di zaman Mahabharata
Begawan Abiyasa tengah dalam perjalanan untuk menengok menantu dan cucu-cucunya, yaitu Dewi Kunti dan kelima anaknya, Pandawa atau anak-anak Pandu, yang kini telah menghabiskan belasan tahun tinggal di padepokan Saptarengga. Belum ada kejelasan kapan mereka akan kembali ke istana Hastina, tempat dimana mereka seharusnya berada dan bertahta sesuai haknya sebagai keturunan putranya, mendiang Raja Pandu Dewanata yang meninggal dunia sejak Pandawa masih kecil.
Ketika sudah mendekati daerah padepokan tempat Pandawa menetap, dilihatnyalah kehebohan yang sedang terjadi. Orang-orang dan para brahmana yang berada di sekitar padepokan tengah menonton dan berseru-seru seakan menyaksikan suatu tontonan yang menarik. Rupanya seekor gajah yang luar biasa besar dengan gading yang sangat panjang dan tajam, sedang berada di tengah-tengah padepokan. Begawan Abiyasa yang bijaksana segera dapat mengenali sosok gajah tersebut. Dan sungguh terkesima dirinya setelah melihat ada dua sosok manusia yang masih remaja berada di atas gajah tersebut, sedang duduk dengan tenang dan santai. Dua remaja itu tidak lain dan tidak bukan adalah cucunya, Yudhistira dan Arjuna.
Saat Begawan Abiyasa masih terkesima dari kejauhan, sosok gajah tersebut kemudian mulai bergerak dan berjalan, sehingga membuat kerumunan orang pun menyingkir dengan sendirinya karena tidak ingin menghalangi dan terinjak oleh sang gajah. Dengan cepat gajah tersebut melangkah seolah hendak meninggalkan padepokan Saptarengga dengan tetap membawa Yudhistira dan Arjuna di punggungnya. Yudhistira dan Arjuna berpandangan dengan heran tanpa tahu harus berbuat apa. Hanya Begawan Abiyasa yang mengetahui kemana sang gajah akan pergi, sehingga dia pun bergerak mendekati kemudian menghadang arah pergi sang gajah sambil berseru, "Berhentilah, wahai Gajah Antisura!"
Gajah Antisura pun menghentikan langkahnya dan tampak mengenali sosok Begawan Abiyasa. Abiyasa kembali berseru, "Terimakasih atas petunjuk dan kesediaanmu mengangkat kedua cucuku. Namun sekarang turunkahlah kedua cucuku dan kembalilah ke hutan tempatmu sebelumnya berada, wahai Gajah Antisura!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHACINTABRATA III: ARJUNA MENCARI CINTA
Historical Fiction"Mahacintabrata" adalah sebuah novel modern bagi penyuka wayang atau siapa pun yang ingin tahu tentang seni warisan budayawan Indonesia ini. Kisah pewayangan akan diceritakan dengan bahasa yang sangat menarik dan mudah dicerna, sehingga membuat pemb...