Kita takkan pernah tau Kapan dan dimana kita bisa melihat bintang

266 15 4
                                    


Kita takkan pernah tau,

Kapan dan dimana kita bisa melihat bintang,

Seperti halnya kapan dan dimana,

Kita akan kehilangan orang yang kita sayangi.

***

Vega

Vega meletakkan buku matematika nya diatas meja, ia menghela nafas panjangnya yang sedari tadi ia tahan. Baginya, sekolah adalah hal yang paling membosankan, hal yang sangat ia benci dari pada apa pun.

Ruang kelas itu kosong, namun suara murid terdengar jelas sampai ketelinga Vega. Jam istirahat biasanya digunakan para murid untuk berkumpul atau menghabiskan waktu dikantin bersama teman-temannya. Berbeda dengan Vega yang saat ini lebih memilih berkutat dengan buku latihan matematika miliknya. Sebelum bel masuk berbunyi, Vega memutuskan untuk menghampiri adiknya di kelas X.3.

"Lyra," Sapa Vega

"Iya kak? Apa kakak sudah memakan sesuatu? Kayaknya kakak letih banget." Lyra mengamati kantung mata milik Vega

"Kamu tahu aja apa yang kakak kerjain." Ucap Vega sambil menyeringai geli

"Kak, ini ambillah. Aku udah makan beberapa bagian." Lyra menyodorkan kotak makan miliknya yang berisi sanwidtch.

"Lyra... Thank you" Ucap Vega sambil mengusap kepala adik kecilnya itu

"Kak Vega harus kuat, makan yang banyak. Biar kita bisa ketemu dan main lagi sama kak Alta."

Vega hanya tersenyum pahit saat Lyra menyebut nama Alta lagi, sejak kepindahan Alta lah Vega menjadi seseorang yang menutup diri dan menjalani hari nya dengan belajar matematika.

***

Alta

Alta menimang-nimang bola basket miliknya, kini ia berada di lapangan tempat ia latihan basket. Ia memikirkan Vega yang ia tinggalkan tanpa ucapan selamat tinggal saat itu.

"Ta, lempar bola nya," Panggil Aqila

"Eh iya, maaf ngelamun tadi." Ucap Alta saat kembali fokus pada latihannya.

"Setelah ini kita bakal latihan Judo," Aqila mengingatkan Alta tentang jadwal kegiatannya hari ini.

Aqila adalah sepupu Alta yang kini sibuk homeschooling dan latihan berbagai jenis olahraga bersama Alta. Aqila adalah sepupu perempuannya yang paling tangguh, begitu melihat Aqila, Alta akan ingat petinju wanita yang bernama Cecilia Braekhus. Seorang petinju wanita yang sudah memenangkan 27 pertandingan resmi. Dia juga mendapatkan gelar WBBA Female Walterweight dari WBO tahun 2010, masih banyak gelar yang Cecilia dapatkan namun Alta tak bisa memngingat semua nya, karena ia hanya pernah menonton beberapa kali pertandingannya di layar kaca.

"Ta, Kamu bakalan melamun sampe rasi bintang ganti?" Tanya Aqila sambil membereskan tas olahraga miliknya.

"Aqila, aku harus pergi."Alta mengingat sesuatu yang penting kali ini

"Kemana? Kamu harus latihan Ta,inget hari ini kita ujian Judo pergantian sabuk!!" Aqila sedikit berteriak pada Alta yang sudah berlari agak jauh dari lapangan, dan yang terlihat hanyalah lambaian tangan Alta.

***

Lyra

Langit-langit begitu cerah seakan matahari sedang tersenyum pada bumi memberikan sebuah kabar baik hari itu. Lyra kembali mengecek e-mail nya yang ia kirim beberapa bulan yang lalu kepada Alta.

Sederet pesan terkirim, namun belum ada jawaban. Ya, hampir satu tahun ini Alta tak ada kabar. Lyra merindukan sosok Alta yang sudah seperti keluarganya sendiri, baginya mempunyai kakak seperti Alta akan membuat hidupnya bertambah istimewa.

"Apa kak Alta lagi sibuk?" Batin Lyra

Tak lama setelah ia mengecek e-mailnya, Vega datang menemuinya sambil tersenyum dan memperlihatkan kantung mata nya yang lelah. Bagi Lyra, Vega adalah kakak nya yang paling ia sayangi, jarak usia mereka hanya berbeda dua tahun saja. Kini Vega duduk di bangku kelas XII, dan Lyra berada di bangku kelas X.

"Lyra" Sapa Vega

"Iya kak? Apa kakak sudah memakan sesuatu? Kayaknya kakak letih banget." Lyra mengamati kedua kantung mata milik kakaknya itu

"Kamu tahu aja apa yang kakak kerjain." Ucap Vega sambil menyeringai geli

"Kak, ini ambillah. Aku udah makan beberapa bagian." Lyra menyodorkan kotak makan miliknya yang berisi sanwidtch, sengaja ia siapkan untuk ia bagi pada kakaknya ini.

"Lyra... Thank you," Ucap Vega sambil mengusap kepala Lyra.

"Kak Vega harus kuat, makan yang banyak. Biar kita bisa ketemu dan main lagi sama kak Alta." Lyra kembali berharap bahwa Alta akan kembali berada disekitar mereka.

Vega hanya tersenyum pahit saat Lyra menyebut nama Alta, melihat ekspresi kakaknya itu Lyra hanya bisa terdiam dan berharap akan ada keajaiban yang bisa membuat mereka berkumpul lagi.

***

Vega

Vega melangkahkan kaki nya kedalam rumah yang ia anggap sebagai penjara bagi nya, Vega sulit menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya tak punya hati sebaik yang Vega kira.

Masih jelas ingatan Vega saat ayahnya berusaha menjauhkan Alta darinya, menurutnya itu sungguh keterlaluan. Bahkan hanya untuk sekedar kehilangan sebuah saham di perusahaan.

Ayah Alta terlibat kasus penjualan saham yang ia tanam bersama ayah Vega, entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja ayah Vega marah besar karena sebagian saham terjual dengan perusahaan saingan mereka sendiri, tanpa pikir panjang lagi, ayah Vega melaporkan semua itu kepada dewan direksi perusahaan dan ayah Alta dipecat dari perusahaan lalu bangkrut.

Sejak kejadian itu, ayah Vega melarang Vega untuk berteman dengan Alta lagi. Vega ibgin meminta penjelasan namun ayahnya hanya mengucapkan satu kalimat.

"Orang yang malas akan jatuh seperti itu," Ayah Vega menganggap ayah Alta adalah orang yang tidak mau bekerja dan hanya memanfaatkan beberapa bagian saham saja yang bisa dijual dengan cepat.

Vega hanya tersenyum pahit mengingat kata-kata yang ayahnya ucapkan itu, kini ia merebahkan tubuh mungilnya dan berteman dengan dunia mimpinya...

Summer TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang