Hari ketiga.
"Aku ingin ke minimarket, kau ingin menitip sesuatu?" tanyaku pada Ji Hae yang sedang menonton televisi sambil masih tertidur di kasurnya.
Ia menggeleng, "tidak Josh."
"Oke, aku akan segera kembali," aku pergi meninggalkan ruangan.
Aku langsung pergi ke kasir dimana tempat rokok terpajang.
"Satu bungkus, tolong."
Sang pegawai memberikannya lalu segera kubayar.
Aku duduk di luar minimarket, membuka bungkusnya kemudian mengambil sebatang—menekannya diantara bibirku, lalu membakar ujungnya dengan api.
"Mengapa kau merokok?"
Aku menoleh, melihat Seungcheol yang muncul.
Aku menghembuskan asap kearahnya, ia mengibaskan tangan mengusir asap rokok yang mengebul.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku.
"Aku mendengarnya dari Mingyu, Ji Hae sedang dirawat di rumah sakit."
Ah, dia pasti penasaran mengapa Mingyu meninggalkan dorm terlalu dini hari kemarin.
"Tidak apa-apa, dia hanya merasa tidak sehat dan perlu istirahat," jawabku.
"Aku mengenalmu Josh," balasnya sambil mengambil tempat duduk di depanku. "Kau tidak akan mengisapnya jika itu tidak berarti apa-apa. Tapi sekarang, kau melakukannya," dia menunjuk jarinya ke tanganku yang sedang memegang batang rokok.
"Tidak ada, aku hanya ingin mencobanya setelah beberapa saat," aku menghindari mengatakan sesuatu padanya.
"Kau tahu? Aku berpikir untuk tidak membuat masalah ini menjadi lebih serius. Maksudku, aku tahu kau benci aku melakukan hal itu padanya. Tolong maafkan aku. Pasti sulit untukmu sekarang, kau tidak harus melakukannya sekarang. Tapi tolong, jangan tinggalkan Seventeen. Kami membutuhkanmu Josh, mereka membutuhkanmu, aku membutuhkanmu. Sebagai seorang leader, aku sangat menghargai jika kau bersedia untuk tetap bergabung denganku. Dapatkah kau melakukannya Josh? "
Aku yakin ia terlihat kesulitan ketika mengatakannya, aku bisa melihat ia berusaha keras mengucapkan kalimat itu padaku.
"Tapi dengan satu syarat," kataku.
"Apa itu?" jawabnya.
"Aku ingin kau meminta maaf kepada Ji Hae, kemudian tidak pernah menyinggung hal itu lagi," kataku sambil menghisap rokokku lagi.
"Aku janji," ia mulai tersenyum.Aku tidak bisa berbohong, aku merasa sedikit lega melepaskan satu per satu masalahku. Tampaknya semua menjadi lebih mudah daripada yang aku pikirkan.
Aku membuang putung rokok ke trotoar—menginjaknya, dan menuju kembali ke rumah sakit.
-------
Hari keempat.
Ji Hae sudah merasa jauh lebih baik. Dokter mengatakan bahwa ia bisa keluar sore ini setelah satu suntikan terakhir.
"Apakah kau merasa lebih baik?" tanyaku.
"Sangat," ia tersenyum.
Setelah menerima suntikan terakhir, aku membawanya ke mobil dan pergi meninggalkan rumah sakit.
"Ah aku merasa seperti sudah bertahun-tahun tinggal disana, aku merindukan rumah," ia memutar wajahnya menatapku.
"Jangan khawatir, kau akan segera pulang," aku tersenyum. "Tapi Ji Hae, sebelumnya aku akan membawamu ke suatu tempat," aku menggenggam tangannya.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Seize Her.
Short Story"Aku memejamkan mata sejenak, dan berharap pada saat aku membukanya, semuanya menghilang." -Joshua, merasa frustasi. Saat seorang lelaki broken-home mengejar wanita yang ia pikir cinta sejatinya dan mencoba melupakan masa lalu, ia tidak pernah sadar...