Suka... ya aku mungkin hanya menyukainya.
"Pulang sekolah kamu ada urusan gak Ra?"
Aku sedikit menaikkan sebelah alisku, sedetik kemudian aku mengangguk menjawab pertanyaan sahabatku itu, Salsa.
"Pembinaan lagi?" Aku mengangguk kembali, bisa kulihat Salsa mengecurutkan bibirnya sehingga membuatnya terlihat sangat manis.
"Kenapa Sa? Besok aku gak ada pembinaan kok. Mau ke perpustakaan kan?"
Salsa tersenyum lebar setelah mendengar perkataanku tadi. Ya, kami memang selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku di perpustakaan umum. Disana adalah tempat kami menjernihkan otak dan pikiran kami.
"Oke,besok ya Ra.."
Aku mengangguk, kembali memfokuskan pikiranku pada soal-soal Kimia yang sudah tersaji di atas mejaku. Ya. Aku sangat menyukai mata pelajaran yang satu ini. Entah mengapa, sejak aku bertemu dan mengetahui ata pelajaran Kimia di bangku SMP, aku langsung menyukainya.
"Ssst.. Ra?" Aku menoleh, Salsa menyerahkan secarik kertas padaku. Aku mengambilnya kemudian membaca tulisan Salsa yang tertulis di kertas itu.
"Kamu msih suka sama Dika?"
Aku tersenyum kecil ketika membacanya, kutolehkan kepalaku kea rah Salsa yang menunggu balasan dariku.
"Gimana?" Tanya Salsa dengan suara yang sedikit berbisik karena tidak ingin ada yang mendengarnya.
Saat ini kami masih ada di jam pelajaran Kimia, namun guru kami berhalangan datang dan hanya menyampaikan tugas yang harus kami kerjakan. Aku menulis beberapa hurug di atas secarik kertas tadi menjawab pertanyaan Salsa. Setelah itu aku mengembalikan kertas tersebut pada Salsa.
"Ra.." AKu melihat Salsa menuliskan sesuatu di secarik kertas lain dan memperlihatkannya padaku.
"Bohooooong!"
Aku tertawa kecil memacanya, Salsa mengembungkan kedua pipinya. Ia kembali menuliskan sesuatu dan aku menunggunya kembali membentangkan secarik kertas itu.
"Jujur Ra.."
Aku berpura-pura berpikir saat itu, apa yang harus aku jawab? Bukankah aku masih menyukainya? Ya, aku menyukainya dari dulu dan sampai detik ini pun jantungku akan berdebar cepat ketika menyebutkan namanya di dalam pikiranku.
"Kita bicara nanti Sa.." Sahutku dan kembali mengerjakan soal-soal Kimia yang sempa aku abaikan tadi.
Sudah beberapa hari ini aku tidak pernah mencari tahu kabar Dika, kami memang tidak sekelas. Bahkan aku tidak yakin dia mengenalku. Aku mengenalnya sejak aku duduk di bangku SMP, ya sudah lama memang. Aku dan Dika bersekolah di SMP yang sama, begitupun sekarang kami masih berada di sekolah yang sama. Entah suatu kebetulan atau bukan, aku hanya bisa bersyukur ketika mengetahui kami masih bisa bertemu selama 3 tahun lagi.
Suatu waktu ketika aku selesai dengan pembinaanky tepat pukul 4 sore, aku menelusuri koridor sekolah yang sudah sepi tanpa ada murid-murid yang berlalu lalang lagi. Aku mulai melewati kelas-kelas XI dengan pinta dan jendela yang sudah tertutup rapi. Di ujung koridor aku bisa mendengarkan suara langkah kaki yang mulai terasa semakin mendekat. Aku rasa itu adalah murid yang sama denganku, dia mungkin baru saja selesai dengan pembinaanya. Aku tetap melanjutkan langkahku sehingga aku hampir sampai di ujung koridor. Ketika satu sosok mulai tampak tepat sebelum aku sampai di ujung koridor, aku menghentikan langkahku.
"Aku kira udah gak ada orang di sekolah.." Aku masih diam dengan tatapan tidak percaya, entahini mimpi atau bukan. Aku hanya tidak ingin terbangun terlalu cepat, dan getaran itu kembali kurasakan di dalam dadaku.