jangan lupa di putar ya lagunya biar feelnya dapet :)
-All Author POV-
Aroma campuran espresso dan susu yang menghasilkan cappuccino tercium jelas oleh seorang gadis berseragam. Park Jiyeon, gadis berwajah cantik dengan rambut sedikit ikal itu memejamkan mata sejenak. Matanya terbuka dan ia bisa langsung melihat sebuah gelas kertas berisi cappuccino mengepul kini di arahkan padanya.
"Cappuccino,"
Mendengar suara berat itu, Jiyeon mengangkat wajah dan langsung bertatapan dengan mata hitam tajam Myungsoo -pria yang ia kenal beberapa minggu lalu saat menghabiskan waktu untuk duduk di tamandekat rumahnya.yang kini tersenyum ramah. Dan dia tidak cukup bisa memahami apa yang dirasakan saat mata hitam di hadapannya kini selalu bisa membuatnya terdiam dengan wajah bodoh.
Karena Jiyeon tetap bergeming, Myungsoo meraih tangan Jiyeon dan meletakan gelas kertas yang disodorkan tadi. Tapi Jiyeon langsung tersentak dan hampir membuat cappuccino hangat itu jatuh di tangan putihnya jika saja Myungsoo tidak menggenggam kedua tangan Jiyeon agar tetap memegang gelas kertas tersebut.
Udara dingin bahkan terlihat mendung di atas langit tidak membuat Jiyeon kedinginan, gadis berusia 18 tahun itu merasa pipinya memanas. Selama beberapa detik karena Myungsoo belum juga menarik tangan. "Jangan sampai terjatuh lagi, jika tidak tanganmu akan sakit," katanya ringan lalu duduk di samping Jiyeon saat ia merasa gadis itu sudah bisa memegang gelas kertas itu dengan benar.
"gumawo, myungsoo oppa." Jiyeon tersenyum kaku. Menggenggam gelas kertas itu dengan kedua tangan. Sesaat ia mendesah pelan ketika kehangatan cappuccino di dalam gelas kertas menjalari ujung jari dan tangannya.
"Menunggu hujan lagi?" tanya Myungsoo sambil menyesap cappuccino miliknya. Tersenyum tipis melihat orang-orang yang ada di taman itu tengah bersiap meninggalkan tempat ini.
"Ne, tentu saja. Aku tidak ingin melewatkan hujan-hujan terakhir bulan ini," gumam Jiyeon dan mengadah. Menatap lengit gelap yang kini menutupi kota Seoul. "Apa musim dingin nanti tidak akan ada hujan? Aku tidak suka jika tidak ada hujan."
"Kau tidak takut sakit? Jika ketahuan bermain hujan terus kau bisa-bisa dimarahi," Myungsoo menoleh ke arah Jiyeon. Melihat gadis yang menatap langit dengan mata terpejam dan ia bisa melihat gadis itu menghela napas panjang seolah ada beban berat yang dirasakan... tapi bagaimana bisa? Gadis usia belasan tahun seperti Jiyeon yang terlihat baik-baik saja memiliki masalah berat.
"aniyo," Jiyeon menghela napas lagi dan menatap kepulan asap dari cappuccino miliknya. "Mereka terlalu sibuk dengan urusan sendiri."
Myungsoo terdiam untuk sesaat. Kali ini ia tahu jika Jiyeon mungkin saja salah satu dari sekian banyak anak yang kurang perhatian orangtua karena kesibukan pekerjaan. "Mereka pasti mengkawatirkanmu," kata Myungsoo lalu mengusap kepala Jiyeon, tersenyum dan meletakan gelas keratas miliknya. "Bagaimana jika ikut dengan oppa ke suatu tempat, kau mau?"
Jiyeon mengangkat kepalanya. Beberapa detik terlewatkan, gadis itu hanya bisa memandang Myungsoo. Hatinya kembali merasakan perasaan aneh, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan pada pria lain atau bahkan teman-teman prianya. Ada yang berbeda dan ia belum bisa meyakini apa yang kini dirasakan, terlebih Myungsoo terpaut usia jauh di atasnya.
"Bagaimana?"
"Ah, ne." Jawab Jiyeon mengangguk dan detik berikutnya ia terpaku melihat uluran telapak tangan Myungsoo yang mengarah padanya.
"kajja," Myungsoo meraih tangan Jiyeon, menggenggam ringan tangan dingin gadis itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
On Rainy Days
FanfictionDi antara kesunyian,.. Aroma tanah saat butiran hujan terjatuh.. Hingga angin dingin yang menerpa wajah dan membelai kulit,.. Kesepian itu seolah semakin menenggelamkan,.. Hanyut dalam dunia yang terasa lebih baik atau mungkin mencoba merasa lebih b...