Prolog

59 2 2
                                    

Wanita dengan dress simple berwarna putih tengah berdiri di depan pintu. Menekan bel dan menunggu jawaban dari pemilik pintu. Dibukanya pintu itu dan menampakan sosok laki-laki yang lumayan tampan.

"Oh hai Violis. Ada angin apa kau kesini?" Sapa laki-laki itu. "Biarkan aku masuk Jimmy" balas wanita yang diyakini namanya Violis itu. "Oh okay kau tampak lelah"

Violisa pun memasuki apart James dengan lesuh. Entah apa yang sudah terjadi padanya. "Kau tau Jimmy saat kesini aku seperti melewati cobaan hidup yang sangat sulit" gerutu Violisa. "Tidak" tanggap James. "Jimmy! Aku sedang tidak ingin bercanda !"pekik Violisa membuat James menutup telinga.

"Sudahlah Vio kau ini. Ayo duduk lah dulu" James membujuk Violis yang tengah melipat tangannya di depan dada sambil menatap James marah. James pun menuntunnya untuk duduk di sofa.

"So Vio what happened?" Tanya James setelah mereka duduk di sofa. "Aku kesal dengan mereka. Aku memang sudah rencana untuk ke apart mu setelah pemotretan dan kau tahu apa yang terjadi. Ratusan paparazzi memotretku. Ini Gila! Aku lebih senang jika mereka meminta foto bersama daripada begitu. Mereka sok seperti wartawan. Bertanya hubunganku dengan Nick. Yang benar saja. Kita hanya jalan pagi setelah kita bertemu di Prom night. Dunia ini sungguh gila Jimmy" jelas Violisa panjang lebar.

"Nick? Nick who?" Tanya James. "Nick Jonas Jim. Kita bertemu semalam di Prom Night. Dan tadi pagi kita jalan-jalan untuk menghirup udara segar" jawab Violisa seadanya. "Oh okay dekat dengan Nick Jonas rupanya. Keren itu Vio. Kau bisa naik pamor" timpal James.

Sebuah bantal meluncur kearah James. "Aww"
"Enak saja kau. Aku bukan orang yang haus akan pamor ya Jim" bantah Violisa. "Baiklah baiklah"

"Umm Jimmy I think I have to go now. Ada pemotretan setelah ini" pamit Violisa pada akhirnya. "Oh okay. Singkat sekali kunjunganmu ini Vio" kata James. "Mau bagaimana lagi. Kapan-kapan aku akan mampir lagi Jimmy" ucap Violisa sambil beranjak dari tempat duduknya. "Baiklah Vio"

Violisa memeluk James lalu keluar dari apartement James.

***

"Ayolah Violisa. Kau pasti bisa. Hanya untuk sementara kok. Kau bisa sedikit menaikan pamormu" bujuk Manager Violisa. "Tidak bisa Tuan Paul. Aku tidak ingin terlihat menggoda seorang lelaki demi menaikkan pamorku. Itu sangat menjijikan" jawab Violisa sebal.

Semua orang berpikir membuat kabar settingan akan menaikan pamor. Iya mereka semua akan untung tapi selain untung bagi Violisa dia yang akan malu. Sedangkan si manager akan duduk sambil senyum senang karena kenaikan job Violisa. Cih tidak adil.

"Tapi Vi--" dipotong oleh Violisa. "Tidak Tuan Paul. Aku tidak ingin. Sudah cukup untuk hari ini. Aku ingin pulang" kata Violisa sambil bangkit dari kursinya dan keluar ruangan.

Violisa terus berjalan di tengah keramaian malam di Los Angeles. Malam-malam begini tidak baik jika seorang perempuan sendirian. Apalagi dia seorang model yang sedang terkenal saat ini. Bagaimana jika ada penculik dan menculiknya lalu meminta tebusan. Violisa tak pernah memikirkan keamanannya.

Di sebrang jalan ada seorang pria yang tengah memperhatikan Violisa. Tunggu, dia seperti melihat wanita itu. Dia pun mengejar Violisa. Untung lampu merah ini mau berkompromi sehingga menunjukan hijau untuk pejalan kaki.

"Eh eh tunggu" ucap laki-laki itu sambil menarik lengan Violisa. Violisa yang sadar sedang di tahan tangannya pun langsung berbalik. "Maaf siapa ya?" Tanya Violisa ragu. Kini baru dia merasa ketakutan. Menyesal kan kau Violisa.

"Umm aku Luke. Apakah kau Violisa? Violisa Jermison? Model majalah Vogue yang baru saja terbit?" Tanya Luke beruntut yang sebenernya intinya sama apakah wanita ini Violisa. "Ya itu saya. Tapi Luke? Luke siapa?" Violisa benar-benar tak mengenali pria yang ada dihadapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Famous?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang